Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi

!Bahasa Jawa</br />Standar

!Bahasa Jawa</br />Standar

!Bahasa Jawa</br />Standar

!Bahasa Jawa</br />Standar{{Sfn|Arifin|2006|p=2}}

!Bahasa Jawa</br />Standar

|{{gcl|1SG}}</br />'aku, saya'

|{{gcl|1PL.EXCL|persona pertama, jamak eksklusif}}</br />'kami'

|{{gcl|1PL.INCL|persona pertama, jamak inklusif}}</br />'kita'

|{{gcl|2SG}}</br />'kamu, Anda'

|{{gcl|2PL}}</br />'kalian'

|{{gcl|3SG}}</br />'dia, ia, beliau'

|''piambake, </br />tiange''

|{{gcl|3PL}}</br />'mereka'

|''de'e kabeh, wonge, </br />arek-arek''

!Bahasa Jawa</br />Standar

Sisipan ''-u-'' digunakan untuk memberikan penekanan dengan makna ‘sangat’ pada suatu kata.{{Sfn|Krauße|2017|p=41}} Sisipan ini berbeda dengan [[Diftong|pendiftongan]] pada bahasa Jawa Standar yang memiliki fungsi serupa,{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=145}} karena sisipan ''-u-'' tidak menghasilkan diftong dan tidak terbatas pada [[Kata sifat|kata sifat]]. Pada kata yang diawali vokal, sisipan ''-u-'' diletakkan di awal kata dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'', ''-w-'', atau ''-uw-''. Pada kata yang diawali konsonan, sisipan ''-u-'' diletakkan sebelum vokal pada suku kata pertama dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'' atau ''-uw-''. Jika vokal yang mengikuti sisipan adalah {{IPA|/u/}}, sisipan selalu diwujudkan dengan alomorf ''-uw-''.

Salah satu ciri khas dialek Arekan adalah tutur kata yang dianggap lugas, tegas, dan kasar, dibandingkan dengan [[Bahasa Jawa Surakarta|bahasa Jawa Standar]] yang cenderung halus, lembut, dan secara jelas [[Bahasa Jawa#Tingkat%20tutur tutur|menunjukkan tata krama]]. Hal ini muncul dari perbedaan nada bicara dan jarangnya penggunaan kosa kata dengan tingkat tutur tinggi.{{Butuh rujukan}} Berikut ini merupakan beberapa contoh kalimat percakapan dalam dialek Arekan dan bahasa Jawa Standar:

|''còngòk{{Efn|''Congok'' berasal dari gabungan kata ''kacong'' ([[Bahasa Madura|bahasa Madura]]) dan ''goblok''}}''