Keluarga Siddhattha Gotama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengetik-AM (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 3:
Terpisah dari dunia, ia kemudian menikahi Yaśodharā (Yaśodharā adalah putri Raja Suppabuddha dan Amita), dan bersama-sama mereka memiliki satu anak: seorang putra bernama Rāhula. Baik Yashodhara dan Rāhula kemudian menjadi murid Sang Buddha.
== Ayah ==
Ayah [[Siddhartha Gautama|Siddharta]] bernama '''[[Śuddhodana]].''' Raja [[Śuddhodana]] adalah pemimpin rakyat suku Shakya di Kapilavastu.
Ayah Suddhodana adalah [[Sinahanu]], ibunya bernama Ratu [[Kaccanā]]. Putra Śuddhodana yakni Siddharta menikahi [[Yasodhara|Yasodharā]] sepupunya yang adalah putri Suppabuddha dan adik perempuan ayahnya. Istri-istri Śuddhodana yakni [[Mahamaya]] dan [[Mahapajapati Gotami]] keduanya adalah ibu dan ibu-tiri dari Buddha. Anak-anak lain dari Śuddhodana adalah [[Nanda (bhikkhu Buddhis)|Puteri Sundari Nanda]] dan [[Nanda (Buddhis)|Pangeran Nanda]].
== Ibu Kandung ==
Ibu [[Siddhartha Gautama|Siddharta]] bernama '''[[Mahamaya]],''' yang menikahi raja Suddhodana. Mahamaya merupakan kakak dari [[Mahapajapati Gotami]].
"Maya" berarti "ilusi" atau "pesona" dalam bahasa Sanskerta dan Pali. Maya juga sering disebut Mahamaya (Maya yang Agung) dan Mayadevi (dewi Maya). Di dalam bahasa Tibet, dia juga disebut [[Gyutrulma]]. Ratu Mahamaya lahir di Kerajan [[Devadaha]] di Nepal.
== Ibu Angkat ==
[[Mahapajapati Gotami|Mahamajapati Gotami]], atau wanita pertama yang ditahbiskan menjadi [[bhikkhuni]]. Mahamajapati Gotami merupakan ibu angkat [[Siddhartha Gautama|Siddharta]]. [[Mahapajapati Gotami|Mahamajapati Gotami]] diangkat menjadi Ratu dan Ibu angkat pangeran oleh Raja [[Śuddhodana|Suddhodana]] karena meninggalnya Ratu [[Mahamaya]].
== Istri ==
Istri pangeran Shiddharta bernama [[Yasodhara]] yang dinikahi oleh Shiddharta pada usia 16 tahun.
=== Riwayat Hidup ===
Yasodhara adalah anak perempuan dari Raja [[Suppabuddha]], dan [[Pamitā]], adik perempuan ayah Pangeran Siddhatta, Raja [[Suddhodana]]. Ayahnya adalah pemimpin suku [[Koliya]] dan ibunya berasal dari suku [[Shakya]]. Sakya dan Koliya adalah cabang dari klan Ādicca atau Ikśvāku. Tidak ada klan lain yang dapat menyamai kedua keluarga ini di daerah tersebut sehingga banyak pernikahan yang dilakukan antara kedua keluarga ini.Yasodhara dinikahi Pangeran Siddhatta tepat pada usia 16 tahun, usia yang sama pula untuk Pangeran Siddhatta karena mereka lahir pada tanggal yang sama. Pada usia 29 tahun dia melahirkan seorang putra yang diberi nama [[Rahula|Rāhula]]. Pada hari kelahiran anaknya itu Pangeran Siddhatta pergi meninggalkan istana. Yasodhara menjadi sangat sedih. Mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa, dia pun memutuskan untuk tidak lagi memakai perhiasan dan hanya mengenakan jubah kuning dan makan sehari sekali. Meskipun keluarga aslinya mengirimkan pesan untuk menerimanya kembali, dia tidak menerima tawaran tersebut. Beberapa pangeran pun melamarnya tetapi dia menolaknya. Selama enam tahun pengembaraan Pangeran Siddhatta, demikian pula Putri Yasodhara mengikuti kabar suaminya.
Ketika Buddha mengunjungi Kapilavastu atau [[Kapilavatthu]] sesaat setelah pencerahannya, Yasodhara tidak pergi melihat suaminya tetapi meminta Rahula untuk pergi menghadap Buddha dan meminta warisan padanya. Beberapa waktu setelah anaknya menjadi seorang samanera, Yasodhara juga memasuki Sangha dan menjadi seorang biksuni. Dia dianggap sebagai yang terpandang dalam hal penguasaan kekuatan supernatural di antara para biksuni. Yasodhara meninggal pada usia 78 tahun, dua tahun sebelum Parinibbāna Buddha.
=== Nama ===
Arti nama Yasodhara (Sansekerta) adalah ''yasas'' yang berarti "kemenangan, kegemilangan" + ''dhara'' yang berarti "pembawa" (berasal dari akar kata ''dhri'' yang artinya "membawa, mendukung"]. Oleh karena itu Yasodhara berarti ''Pembawa Kemenangan''. Nama-nama lain yang disematkan padanya selain Yasodhara adalah Yasodhara Theri, Bimbadevi, Bhaddakaccana dan Rahulamata (ibu [[Rāhula|Rahula]]).
== Siddharta ==
'''Buddha Gautama''' dilahirkan dengan nama '''Siddhartha Gautama''' menjadi '''Sang [[Buddha]]''' (secara harfiah: orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal sebagai '''[[Sakyamuni]]''' ('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai '''[[Tathagata]]'''. Siddhartha Gautama adalah [[guru]] [[spiritual]] dari wilayah timur laut India yang juga merupakan pendiri [[Agama Buddha]] Ia secara mendasar dianggap oleh pemeluk Agama Buddha sebagai Buddha Agung (Sammāsambuddha) pada masa sekarang. Waktu kelahiran dan kematiannya tidaklah pasti: sebagian besar sejarawan dari awal abad ke 20 memperkirakan kehidupannya antara tahun 800sm+- c. 680, ada juga yang berpendapat tahun 623 SM sampai 543 SM; baru-baru ini, pada suatu simposium para ahli akan masalah ini, sebagian besar dari ilmuwan yang menjelaskan pendapat memperkirakan tanggal berkisar antara 20 tahun antara tahun 400 SM untuk waktu meninggal dunianya, sedangkan yang lain menyokong perkiraan tanggal yang lebih awal atau waktu setelahnya.
Baris 36:
Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam [[agama Buddha]], keterangan akan kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang dipercayai oleh penganut agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan dihafalkan oleh para pengikutnya. Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan Siddhartha Gautama diberikan secara lisan, dan bentuk tulisan pertama kali dilakukan sekitar 400 tahun kemudian. Pelajar-pelajar dari negara Barat lebih condong untuk menerima biografi Buddha yang dijelaskan dalam naskah Agama Buddha sebagai catatan sejarah, tetapi belakangan ini "keseganan pelajar negara Barat meningkat dalam memberikan pernyataan yang tidak sesuai mengenai fakta historis akan kehidupan dan pengajaran Buddha."
=== Riwayat hidup ===
==== Kelahiran ====
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun [[623 SM]] di [[Taman Lumbini]], saat Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan [[pohon sala]]. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga [[teratai]].
Baris 48:
# Seorang pertapa.
==== Masa kecil ====
Sejak kecil sudah terlihat bahwa Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai, selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di [[istana]] yang megah dan indah. Pada saat berusia 7 tahun, Pangeran Siddharta mempunyai 3 kolam bunga teratai, yaitu:
Baris 61:
* Istana Musim Hujan (''Subha'')
==== Masa dewasa ====
Kata-kata pertapa [[Asita]] membuat Raja Suddhodana tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian, sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Baris 71:
Setelah itu Pangeran Siddhartha meninggalkan [[istana]], keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia [[tua]], [[sakit]] dan [[mati]]. Pertapa Siddharta berguru kepada Alāra Kālāma dan kemudian kepada Uddaka Ramāputta, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian dia bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya dia juga meninggalkan cara yang ekstrem itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
==== Masa pengembaraan ====
Di dalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa [[Bhagava]] dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa [[Alara Kalama]] dan pertapa '''[[Uddaka Rāmaputta|Udraka Rāmaputra]]''' . Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai ''Pencerahan Sempurna''. Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke [[Magadha]] untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela, di tepi Sungai [[Nairanjana|Nairanjana(Naranjara)]] yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di Hutan [[Bodh Gaya|Uruvela]], tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Baris 86:
Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi pada bulan [[Waisak]] ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut [[kalender lunar]]. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna [[biru]] (nila) yang berarti bhakti; [[kuning]] (pita) mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; [[merah]] (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih; [[putih]] (Avadata) mengandung arti suci; [[jingga]] (mangasta) berarti semangat ; dan campuran sinar tersebut (prabhasvara)
==== Penyebaran ajaran Buddha ====
Buddha memberi pelajaran tentang dharma kepada lima pertapa di Taman Rusa
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain: Buddha Gautama, [[Shakyamuni|Buddha Sakyamuni]], [[Tathagata]] ('Ia Yang Telah Datang', Ia Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Dia di hutan Uruvela merupakan murid pertama Buddha yang mendengarkan khotbah pertama [[Dhammacakka Pavattana Sutta]], di mana Dia menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukan-Nya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan "Empat Kebenaran Mulia".
Baris 94:
Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon [[Sala (pohon)|sala]] di Kusinagara, memberikan [[khotbah]] Dharma terakhir kepada siswa-siswa-Nya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme [[Mahayana]], 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM).
=== Sifat Agung Buddha ===
Buddha menjelang [[Parinirwana]].
Baris 116:
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah di dalam berbagai kesempatan yang pada hakikatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakikat yang hakiki dari seorang Buddha. Buddha adalah perlambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
=== Wujud dan kehadiran Buddha ===
Buddha tidak hanya dapat mengetahui dengan hanya melihat wujud dan sifat-Nya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui [[Buddha]] adalah dengan jalan membebaskan diri dari hal-hal duniawi/menjalani hidup dengan mempraktekkan jalan mulia berunsur delapan. Buddha sejati bukanlah wujud jasmani, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujud-Nya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujud-Nya atau sifat-Nya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.
== Anak ==
Anak [[Siddhartha Gautama|Shiddharta]] dan [[Yasodhara]] adalah [[Rāhula|Rahula]], yang bearti belenggu.
|