Pehkulon, Papar, Kediri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Templat dengan kontrol karakter Unicode) |
|||
Baris 19:
'''1. Kondisi Sosial Politik'''
Pedang peperangan terus mengoyak ketenangan pulau Jawa setelah mangkatnya Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1645 M.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Pemberontakan demi pemberontakan, mulai Trunojoyo yang berpusat di Kediri pada antara tahun 1674-1680 M[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Sementara itu pasca perjanjian Giyanti[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Pada tahun (1797-1810) cucunya yang bernama '''Ronggo Prawirodirjo III''' menjabat Bupati Madiun ke 16 beliau juga menantu Sultan Hamengku Buwono II atau suami dari Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, Ronggo Prawirodirjo III gugur saat perang melawan Pasukan Yogyakarta, atas kehendak Belanda di Kertosono (17-12-1810), kemudian dimakamkan di pemakaman Banyu Sumurup. Tahun 1957 oleh Sultan Hamengku Buwono IX, Ronggo Prawirodirjo III dimakamkan kembali di Pemakaman Giripurno, Gunung Bancak disamping makam Permaisurinya yaitu GKR Maduretno. Beliau mempunyai penasehat keagamaan yang bernama Kyai '''Bilawi''' yang merupakan putra dari Kyai Muhammad bin Umar Banjarsari Madiun. Kyai Bilawi ini juga di makamkan di Pemakaman Giripurno Gunung Bancak, Magetan.
Baris 29:
Pada tanggal 1 Januari tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan atau kendali atas daerah-daerah jajahan diambil oleh Pemerintah Belanda, keadaan Kerajaan Jawa diperparah akibat pergantian VOC ke tangan pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1808 M Hindia Belanda membuat jalan raya dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Besuki) tujuannya sebagai pos pertahanan untuk menghadapi Inggris. Selain itu Pemerintahan Hindia Belanda juga menjadikan para Bupati di pesisir Jawa sebagai pegawai negeri dengan mendapatkan gaji tetap dari pemerintah Hindia Belanda (1808 M). Pada tahun 1811 M Hindia Belanda tidak mau membayar uang sewa lagi atas daerah pesisir kepada Kerajaan. Hal inilah yang menjadi kerisauan kerajaan karena pendapatannya akan berkurang. Alasan Hindia Belanda melakukan kebijakan ini agar dapat menutupi kerugian dan hutang VOC yang besar pada pemerintahan Kerajaan Belanda dan mengefisienkan administrasi pemerintahan.
Situasi politik yang tidak menentu di perparah dengan adanya perang Diponegoro yang meliputi sebagian besar wilayah kerajaan Mataram di Jawa seperti Semarang, Kedu, Bagelan, Tegal, Pati, Pekalongan, Pacitan, Banyumas, Rembang, Bojonegoro, dan Kediri. Peperangan yang terjadi antara tahun 1825-1830 ini menelan korban tidak kurang 15000 tentara dan menghabiskan biaya lebih dari 20 Juta Gulden. Sementara pada penduduk pribumi hampir 200.000 ribu hilang atau meninggal.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Pada tahun [[1830]] pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah terlibat perang Jawa terbesar ([[Perang Diponegoro]], [[1825]]-[[1830]]), Gubernur Jenderal Judo mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan. Sistem tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa tanah kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai 40% dari hasil panen utama desa yang bersangkutan. Van den Bosch ingin setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanam komoditas ekspor ke [[Eropa]] ([[kopi]], [[tebu]], dan [[nila]]). Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian tanah garapan (minimal seperlima luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari kerja untuk bekerja bagi pemerintah.
Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang pajak tanahnya. Bila pendapatan desa dari penjualan komoditas ekspor itu lebih banyak daripada pajak tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima kelebihannya. Jika kurang, desa tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari sumber-sumber lain. Sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak tahun [[1830]] sampai tahun [[1835]]. Menjelang tahun [[1840]] sistem ini telah sepenuhnya berjalan di [[Jawa]].[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Pabrik gula mulai banyak didirikan untuk mendukung kebijakan ekonomi tersebut di daerah-daerah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pabrik-pabrik gula yang berproduksi khususnya di Pulau Jawa. Selain itu, banyaknya tenaga kerja dari penduduk sekitar dan bahan baku tebu yang diambil dari lahan perkebunan penduduk sekitar pabrik dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong majunya perekonomian di daerah tersebut. Namun, dampak langsung dari pendirian pabrik tersebut kebutuhan akan persediaan kayu yang cukup besar, sehingga menyebabkan hutan lenyap, lahan yang sedianya subur dan dipergunakan untuk menghasilkan beras, ditanami tebu dan banyak buruh yang diambil dari penduduk sekitar dipekerjakan secara paksa.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Pada tahun 1835 M wilayah mancanagara (diluar karesidenan Surakarta dan Yogyakarta) dijadikan pemerintah Hindia Belanda sebagai lahan tanam paksa yang berlangsung hampir 40 tahun. Lahan rakyat yang diwajibkan untuk tanam paksa hanya 1/5 dari miliknya tapi pada prateknya 1/2 lebih lahan digunakan. Lahan rakyat itu ditanami produk-produk pertanian yang mempunyai harga jual tinggi. Sejak saat itu diperkenalkan produk pertanian yang baru di Jawa. Diantaranya adalah tebu, nila dan lada.
Tanam paksa berakhir sejak dibuatnya UU Agraria tahun 1870M. Sejak saat itulah muncul privatisasi dan liberalisasi di Hindia Belanda. Para petani tidak lagi diwajibkan bercocok tanam secara paksa tetapi mulai menjadi buruh kontrak ataupun menyewakan lahan tanahnya bagi perusahaan swasta asing. Buruh kontrak tersebut dipekerjakan pada perkebunan dan pabrik milik perusahaan asing. Sejak saat itu diperkenalkan produk perkebunan yang baru di Jawa. Dan sejak saat itulah kapitalisasi dan industrialisasi hadir di Pulau Jawa.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Kesenjangan sosial antara golongan priyayi (bangsawan-red) dengan rakyat semakin besar. Sebaliknya pada tahun 1840 M perdagangan dan pelayaran Orang Jawa mulai marak kembali karena pemerintah Hindia Belanda mulai memberikan keluasaan. Dibuktikan dengan adanya pelayaran Orang Jawa yang naik haji ke Mekah meningkat drastis sejak separuh kedua abad ke 19M. Golongan yang naik haji terutama adalah golongan pedagang karena meningkatnya perekonomian terutama perdagangan pada paruh abad ke-19M.
Baris 55:
Mereka mulai membuat jalan disebelah selatan situs Watu Jagak. Jalan utama ini membentang dari sebelah timur wilayah yang sekarang menjadi lokasi Masjid Ar-Rosyad ke arah barat sampai batas perempatan jalan rumah Pak Sumiran (almarhum mbah Randung) yang sekarang di buat jalan Paving Block. Kemudian jalan selanjutnya adalah selatan sungai Kali Lanang yang membentang dari arah depan rumah Pak Jogo Tirto (Mantan) ke timur arah Mushola at-Taubat. Penduduk menempati wilayah-wilayah sekitar jalan utama desa tersebut.
Setelah tata letak Perkampungan selesai, mbah Joyorejo berkenan untuk kembali ke daerah asalnya, masyarakat mengharapkan seorang pemimpin pengganti mbah Joyorejo dan beliau memilih salah seorang dari daerah Logujek Papar yang bernama '''Bulawi'''.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
'''MASA PEMERINTAHAN DESA KRECO'''
Baris 63:
'''A. Masa Perintisan Desa dan Perkampungan (Babad Desa)'''
Tidak ada sumber tertulis atau peninggalan yang otentik selain dari sumber cerita lisan para sesepuh Desa bagaimana awal terbentuknya perkampungan atau Desa Pehkulon. Hanya seperti yang di ceritakan pada masa awal kedatangan bahwa ada sekelompok orang dari Mataram yang datang di pimpin oleh seorang yang bernama '''Joyo Rejo''' yang konon berasal dari Bagelen Purworejo atau menurut cerita yang lain berasal dari Demak.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Bagelen sebagai daerah pertanian paling produktif karena wilayahnya yang dilewati empat sungai besar menjadikannya sebagai wilayah tanah pemasukan pajak untuk kas keraton sebagai gaji untuk para pejabat keraton sejak zaman Sultan Agung.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Dengan latar belakang seperti ini kemungkinan kedatangan para penduduk awal yang di pimpin oleh mbah Joyo rejo sangat besar terjadi setelah perjanjian Giyanti tahun 1755. Latar belakang militer serta kemampuan teknik pertanian yang sudah cukup baik sangat memungkinkan mereka untuk mengatur dan mengolah tanah baru yang mereka buka.
Peran mbah Joyo Rejo dalam proses babad dan penataan desa adalah sebagai pemimpin sementara mereka. Setelah dirasa cukup beliau dikatakan kembali atau pergi lagi dari wilayah baru ini, dan mengangkat seorang pengganti yang sangat mungkin berasal dari kerabat atau daerah yang sama dengan beliau, Bagelen.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Tugu berbentuk persagi panjang dari batu yang dikenal oleh orang-orang sebagai situs Watu Jagak sangat berkaitan erat dengan awal mula pembukaan wilayah perkampungan ini. Ada berbagai kemungkinan apa dan bagaimana fungsi dari watu jagak ini. Kemungkinan pertama watu jagak ini di buat oleh mbah Joyo sebagai penanda Desa atau semacam prasasti. Kemungkinan kedua watu jagak ini sudah ada sebelum orang-orang datang yang mungkin peninggalan purba atau peninggalan masa Hindu yang memang banyak berada di wilayah Kediri yang kemudian di alih fungsikan sebagai tugu penanda desa. Hal ini memerlukan penelitian arkeologis lebih lanjut. Tetapi jelas menurut semua orang Watu Jagak ini bukan merupakan kuburan atau makam dari mbah Joyo Rejo.
'''B. Masa Pemerintahan Mbah Bulawi (1762-1802 M)'''[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Tidak ada keterangan tertulis dari masa ini kecuali hanya cerita lisan bahwa beliau berasal dari Logujek Papar Kediri, yang di tahbiskan menjadi pemimpin Desa untuk menggantikan Mbah Joyo Rejo. Dari asumsi ini, melihat analisis Rickfles bahwa terjadi gelombang perpindahan penduduk besar-besaran dari Jawa tengah karena tekanan ekonomi akibat kebijakan politik[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
Penunjukkan mbah Bulawi sebagai pemimpin Desa pada saat itu mengisyaratkan bahwa para penduduk pendatang tersebut belum ada yang siap atau memang terdiri dari kalangan masyarakat yang memerlukan pimpinan orang yang cukup kuat secara pribadi selain yang pasti berasal dari keturunan yang lebih tinggi derajat sosialnya sebagaimana tradisi kepemimpinan pada saat itu. Dan mbah Bulawi dianggap sosok yang tepat untuk di jadikan pemimpin mereka di mungkinkan karena berasal dari jaringan yang sama dan jelas telah dikenal dengan baik sebelumnya oleh mereka.
Baris 81:
Rentang waktu yang lama yakni sekitar 40 tahun menurut tradisi lisan dari masa pemerintahan mbah Bulawi ini, menambah kemungkinan pertambahan penduduk yang semakin padat ditambah situasi politik dari pusat-pusat pemerintahan Jawa (Mataram) yang justru semakin tidak kondusif bagi rakyat. Sebagai Lurah beliau diberi tempat di sebelah selatan Kali Lanang (ketika masih belum disatukan dengan sungai Srinjing) di pekarangan yang sekarang menjadi rumah Mbokdhe Suparmi (Almarhumah) sampai timur batas pekarangan mbah Wiji.
Belum diketahui dengan pasti bagaimana keadaan pemerintahan pada saat itu, serta apakah beliau mempunyai keturunan serta siapa saja keturunannya.[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
'''C. Masa Pemerintahan Mbah Prawiro Sentiko (1802-1847)'''
Baris 87:
'''D. Masa Pemerintahan Mbah Wongso Semito (1847-1879)'''
----[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
[[:Berkas:///E:/BUKU BUKU PENTING/Coretanku/SEJARAH DESA PEHKULON/SEJARAH DESA PEHKULON.docx#
|