Amrus Natalsya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dasimarajo (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Infobox person | honorific_prefix = | name = Amrus Natalsya | honorific_suffix = | native_name = | native_name_lang = | image = | image_size = 200px | alt = | caption = | birth_name = Amrus | birth_date = {{Birth date|1933|10|21}} | birth_place = Natal, Sumatera Utara, Hindia Belanda | disappeared_date = | disappeared_pl...'
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan
 
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 50:
| successor =
| party =
| movement = Bumi Tarung
| opponents =
| boards = |religion
Baris 82:
'''Amrus Natalsya''' ({{lahirmati|[[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Sumatera Utara]], [[Hindia Belanda]]|21|10|1933||||}}) adalah seorang pelukis realisme dan seniman patung kayu Indonesia.
 
==Latar belakang==
Amrus merupakan seorang [[Orang Minang|Minangkabau]] yang lahir dari pasangan Rustam Syah Alam dan Aminah di [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Sumatera Utara]]. Nama pemberiannya adalah Amrus, anagram dari nama ayahnya. Namun ketika bersekolah di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], ia menambahkan Natalsya pada nama belakangnya. Ini kombinasi dari nama kampung halamannya "Natal" dan nama kakeknya "Syah Alam", seorang jaksa yang pandai bermain biola. Amrus menyelesaikan sekolah dasar di Natal, dan melanjutkan sekolah menengah di [[Kota Medan|Medan]]. Sambil bersekolah di Medan, dia juga menjadi calo tiket bioskop, dan sering berkelahi untuk memperebutkan pelanggan.<ref>Pusat Data Dan Analisa Tempo, Amrus Natalsya: Seni dan Sanggar Bumi Tarung</ref>
 
==Kehidupan==
Setelah lulus SMA, ia masuk [[Akademi Seni Rupa Indonesia]] di Yogyakarta pada tahun 1954. Pada pameran siswa di [[Museum Sonobudoyo]], patung kayunya "Seorang Buta yang Terlupakan" dibeli oleh presiden [[Soekarno]]. Pada tahun yang sama di [[Kota Bandung|Bandung]], ia berpartisipasi dalam pameran yang bertepatan dengan [[Konferensi Asia-Afrika]]. Dalam pameran tersebut ia memamerkan karya terbarunya "Tangisan yang Tak Terdengar", yang dipuji oleh kritikus seni [[Amerika Serikat]], Claire Holt. Holt menulis:<blockquote>... Betapa luar biasanya sang seniman yang menampilkan penderitaan dan perjuangan jiwa pada pameran ini. Amrus adalah pematung muda paling orisinal dengan karya-karya berkualitas yang jarang Anda lihat pada seniman Indonesia lainnya. - <ref>Misbach Tamrin. Amrus Natalsya Wood Painting. Etty Mustafa Collection. Editor Misbach Tamrin, K.P. Hardi Danowijoyo. Jakarta: Rumah Budaya Hardi, 2014, p. 25</ref></blockquote>
 
Pada tahun 1957, ia menggelar pameran tunggal pertamanya di [[Jakarta]]. Dalam pameran itu ia mempersembahkan pahatan kayu setinggi empat meter. Pada tahun 1959, dia bersama [[Batara Lubis]], dan kartunis A. Sibarani, mewakili Indonesia pada Pekan Pemuda Internasional di [[Wina]]. Dalam perjalanan pulang menuju Indonesia, mereka mengunjungi [[Uni Soviet]] dan [[Cina]]. Tahun berikutnya dia pergi ke [[Jeddah]], [[Arab Saudi]] atas undangan walikota untuk membuat panel kayu dengan kaligrafi. Disaat yang sama ia melakukan ibadah haji.
 
Pada tahun 1960, pada pameran mahasiswa di Jakarta, ia memamerkan lukisan di atas kanvas. Lagi-lagi ia menarik perhatian Soekarno yang kemudian membeli lukisannya yang berjudul "Teman-temanku". Pada tahun 1961, bersama mahasiswa lain (Misbach Tamrin, [[Kuslan Budiman]], Adrianus Gumelar, dan lain-lain) ia mendirikan bengkel seni "Bumi Tarung" di Jakarta.<ref>[[Misbach Tamrin]]. Amrus Natalsya dan Bumi Tatung. Bogor: Amnat Studio. 2008</ref><ref>Bumi Tarung Perupa Lekra // "Tempo", 1 Oktober 2013</ref> Pada saat yang sama ia mengikuti kegiatan [[Lembaga Kebudayaan Rakyat]] (Lekra) yang berada di bawah naungan [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>The Journey of Indonesian Painting: The Bentara Budaya Collection. Jakarta: Bentara Budaya, 2008, h. 12</ref>
 
Setelah peristiwa [[Gerakan 30 September|30 September 1965]], ia ditangkap dan ditahan tanpa pengadilan. hinggaPatung-patung tahunkaryanya 1973dibakar saat pergantian pemerintahan [[Orde Lama]]. Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1973, ia bekerja di bengkelnya di [[Pasar Seni Ancol]].<ref>[httphttps://wwwdinaskebudayaan.tokohindonesiajakarta.comgo.id/biografiencyclopedia/articleblog/285-ensiklopedi2018/04/691-pematung-kayu-yang-fenomenal TokohIndonesia.com Amrus-Natalsya Ensiklopedi Tokoh IndonesiaJakarta, <!Amrus - The header was added by the bot ->Natalsya]</ref> Disini dia menguasai genre baru -- gambar di papan tulis, yang menjadi sangat populer di kalangan kolektor.
 
Namun ia tidak meninggalkan kegemaran lamanya pada patung kayu. Pada sebuah pameran di Pusat Kebudayaan Jakarta di tahun 1998, patung "Bahtera Nuh" karyanya diakui sebagai karya terbaik pameran dan dibeli oleh Museum [[Universitas Pelita Harapan]]. Adapun gambar-gambar di papan, seri yang paling mengesankan adalah "Pecinan", yang dibuatnya ketiga [[Sinofobia|anti-Cina]] sedang menggema di tahun 1998. Tahun 1999 karya ini dipamerkan di Mon Monk Gallery yang bergengsi.<ref>Amir Sidharta. Chinatown. [Jakarta]: Galeri Mon Decor, 2004</ref> Pada tahun 2004, ia kembali mengadakan pameran tunggal di Mon Monk Gallery, dan satu tahun kemudian di Canna Gallery. Koleksi lukisan dan pahatannya banyak dimiliki oleh kolektor Indonesia Etty Mustafa, yang telah mengoleksi karya-karyanya sejak 1995.<ref>Misbach Tamrin. Amrus Natalsya Wood Painting. Etty Mustafa Collection. Editor Misbach Tamrin, K.P. Hardi DAnowijoyo. Jakarta: Rumah Budaya Hardi, 2014</ref>
Baris 105 ⟶ 107:
 
{{lifetime|1933||Amrus Natalsya}}
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Pelukis Indonesia|B]]
Baris 113:
[[Kategori:Tokoh Sumatra Utara]]
[[Kategori:Tokoh dari Mandailing Natal]]
 
[[en:Amrus Natalsya]]
[[ru:Амрус Наталша]]