Amrus Natalsya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 90:
Pada tahun 1957, ia menggelar pameran tunggal pertamanya di [[Jakarta]]. Dalam pameran itu ia mempersembahkan pahatan kayu setinggi empat meter. Pada tahun 1959, dia bersama [[Batara Lubis]], dan kartunis A. Sibarani, mewakili Indonesia pada Pekan Pemuda Internasional di [[Wina]]. Dalam perjalanan pulang menuju Indonesia, mereka mengunjungi [[Uni Soviet]] dan [[Cina]]. Tahun berikutnya dia pergi ke [[Jeddah]], [[Arab Saudi]] atas undangan walikota untuk membuat panel kayu dengan kaligrafi. Disaat yang sama ia melakukan ibadah haji.
 
Pada tahun 1960, pada pameran mahasiswa di Jakarta, ia memamerkan lukisan di atas kanvas. Lagi-lagi ia menarik perhatian Soekarno yang kemudian membeli lukisannya yang berjudul "Teman-temanku". Pada tahun 1961, bersama mahasiswa lain (Misbach Tamrin, [[Kuslan Budiman]], Adrianus Gumelar, dan lain-lain) ia mendirikan bengkel seni "Bumi Tarung" di Jakarta.<ref>Misbach Tamrin. Amrus Natalsya dan Bumi Tatung. Bogor: Amnat Studio. 2008</ref><ref>Bumi Tarung Perupa Lekra //. "[[Tempo (majalah Indonesia)|Tempo]]", 1 Oktober 2013</ref> Pada saat yang sama ia mengikuti kegiatan [[Lembaga Kebudayaan Rakyat]] (Lekra) yang berada di bawah naungan [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>The Journey of Indonesian Painting: The Bentara Budaya Collection. Jakarta: Bentara Budaya, 2008, h. 12</ref>
 
Setelah peristiwa [[Gerakan 30 September|30 September 1965]], ia ditangkap dan ditahan tanpa pengadilan. Patung-patung karyanya dibakar saat pergantian pemerintahan [[Orde Lama]]. Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1973, ia bekerja di bengkelnya di [[Pasar Seni Ancol]].<ref>[https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Amrus-Natalsya Ensiklopedi Tokoh Jakarta, Amrus Natalsya]</ref> Disini dia menguasai genre baru -- gambar di papan tulis, yang menjadi sangat populer di kalangan kolektor.
 
Namun ia tidak meninggalkan kegemaran lamanya pada patung kayu. Pada sebuah pameran di Pusat Kebudayaan Jakarta di tahun 1998, patung "Bahtera Nuh" karyanya diakui sebagai karya terbaik pameran dan dibeli oleh Museum [[Universitas Pelita Harapan]]. Adapun gambar-gambar di papan, seri yang paling mengesankan adalah "Pecinan", yang dibuatnya ketigaketika [[Sinofobia|anti-Cina]] sedang menggema di tahun 1998. Tahun 1999 karya ini dipamerkan di Mon Monk Gallery yang bergengsi.<ref>Amir Sidharta. Chinatown. [Jakarta]: Galeri Mon Decor, 2004</ref> Pada tahun 2004, ia kembali mengadakan pameran tunggal di Mon Monk Gallery, dan satu tahun kemudian di Canna Gallery. Koleksi lukisan dan pahatannya banyak dimiliki oleh kolektor Indonesia Etty Mustafa, yang telah mengoleksi karya-karyanya sejak 1995.<ref>Misbach Tamrin. Amrus Natalsya Wood Painting. Etty Mustafa Collection. Editor Misbach Tamrin, K.P. Hardi DAnowijoyo. Jakarta: Rumah Budaya Hardi, 2014</ref>
 
==Publikasi==
Baris 105:
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{lifetime|1933||Amrus Natalsya}}
 
[[Kategori:Pelukis Indonesia|B]]