Kerajaan Sumedang Larang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Hapus pranala ke "Putri Harisbaya": Menghapus pranala balik ke halaman yang dihapus Putri Harisbaya. (TW)
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Baris 50:
Agama Islam mulai berkembang di wilayah ini pada masa pemerintahan [[Pangeran Santri]] (1530-1578 M).<ref>{{Cite book|title=Widyasancaya|url=https://books.google.co.id/books?id=wdFRAQAAMAAJ&q=%22Sumedang+Larang%22+Cirebon&dq=%22Sumedang+Larang%22+Cirebon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiB_v2YkPHjAhWab30KHfnLDUs4ChDoAQhJMAU|publisher=Departemen Kebudayaan dan Pariwisata|date=2006|isbn=9789799557995|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|title=Sejarah Daerah Jawa Barat|url=https://books.google.co.id/books?id=dvR7CgAAQBAJ&pg=PA123&dq=%22Pangeran+Santri%22+Sumedang&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-jf3NkfHjAhVMdCsKHfawA70Q6AEIPjAD#v=onepage&q=%22Pangeran%20Santri%22%20Sumedang&f=false|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|language=id}}</ref> Di masa pemerintahannya Sumedang Larang bergabung dengan [[Kesultanan Cirebon]]. Pada tahun 1578 M, anaknya yang bernama Pangeran Angkawijaya menerima pusaka [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]] dan dinobatkan sebagai Raja Sumedang Larang dengan gelar [[Prabu Geusan Ulun]], dimana pusaka pemberian ini menandakan Sumedang Larang sebagai penerus sah trah Kerajaan Sunda.<ref>{{Cite book|title=Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia|url=https://books.google.co.id/books?id=Od3lCgAAQBAJ&pg=PT30&dq=geusan+ulun+1578&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjL-M3Ik_HjAhWo7HMBHbE6A1oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=geusan%20ulun%201578&f=false|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|date=2009-01-01|language=id|first=Intan Mardiana|last=N|first2=Endang|last2=Sriwigati|first3=Yuni Astuti|last3=Ibrahim|first4=Andini|last4=Perdana}}</ref><ref>{{Cite book|title=West Java Miracle Sight: A Mass of Verb and Scene Information|url=https://books.google.co.id/books?id=mjZwAAAAMAAJ&q=geusan+ulun+1578&dq=geusan+ulun+1578&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjL-M3Ik_HjAhWo7HMBHbE6A1oQ6AEIMjAB|publisher=MPI Foundation|date=2005|language=id}}</ref> Menurut [[Babad Sumedang]], wilayah Sumedang Larang dibatasi oleh [[Laut Jawa]] di utara, [[Ci Sadane|Sungai Cipamugas]] di barat, [[Samudra Hindia]] di selatan, dan [[Kali Brebes|Sungai Cipamali]] di timur.<ref>{{Cite book|title=Naskah Sunda lama di Kabupaten Sumedang|url=https://books.google.co.id/books?id=MsoRAAAAMAAJ&q=wilayah+sumedang+cipamali&dq=wilayah+sumedang+cipamali&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi-y-ySoPHjAhXJYisKHUfvDoEQ6AEIMjAB|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|date=1986|language=id|last=Abdurachman}}</ref><ref>{{Cite book|title=Penyebaran Islam Di Daerah Galuh Sampai Dengan Abad Ke-17|url=https://books.google.co.id/books?id=6TZPAQAAMAAJ&q=wilayah+sumedang+cipamali&dq=wilayah+sumedang+cipamali&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi-y-ySoPHjAhXJYisKHUfvDoEQ6AEIOTAC|publisher=Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI|date=2010|isbn=9789797973025|language=id}}</ref> Kerajaan Sunda sendiri runtuh pada tahun 1579 M setelah [[Pulosari, Pandeglang|Pulasari]] ditaklukan oleh [[Maulana Yusuf dari Banten]] (''[[Burak Pajajaran]]'').<ref>{{Cite book|title=Sejarah Bogor|url=https://books.google.co.id/books?id=FiZLAAAAMAAJ&q=burak+pajajaran&dq=burak+pajajaran&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwivyrqIjvHjAhUCX30KHa34AB8Q6AEIQTAE|publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor|date=1983|language=id|first=Saleh|last=Danasasmita|last2=Bogor (Indonesia)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Buletin kebudayaan Jawa Barat|url=https://books.google.co.id/books?id=RC54OGNRLuYC&q=burak+pajajaran&dq=burak+pajajaran&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi0wv-JlPHjAhVMWH0KHf66BQkQ6AEIMDAB|publisher=Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat.|date=1974|language=id}}</ref>
 
Runtuhnya [[Kerajaan Sunda]] menjadikan bekas wilayahnya terbagi antara [[Kesultanan Banten]] di barat dan Kesultanan Cirebon di timur. Dikarenakan terjadinya Peristiwa Harisbaya, Sumedang Larang dibawah Prabu Geusan Ulun pada tahun 1585 menyatakan diri sebagai negara berdaulat dan terlepas dari Cirebon.<ref>{{Cite web|url=https://www.radarcirebon.com/ratu-harisbaya-si-cantik-pemicu-perang-sumedang-versus-cirebon.html|title=Ratu Harisbaya, Si Cantik Pemicu Perang Sumedang versus Cirebon|date=2018-12-12|website=radarcirebon.com|language=id-ID|access-date=2019-08-07|archive-date=2019-08-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20190807171251/https://www.radarcirebon.com/ratu-harisbaya-si-cantik-pemicu-perang-sumedang-versus-cirebon.html|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.balebandung.com/dipati-ukur-pahlawan-anti-kolonisasi-tanah-pasundan-16-penculikan-ratu-harisbaya/|title=Dipati Ukur; Pahlawan Anti-Kolonisasi Tanah Pasundan [16]: Penculikan Ratu Harisbaya|date=2019-05-09|website=BaleBandung|language=en-US|access-date=2019-08-07}}</ref> Kemerdekaan Sumedang Larang tidaklah berlangsung lama, hanya berkisar 35 tahun. Dikarenakan keadaannya saat itu yang relatif lemah dan terjepit antara tiga kekuatan besar (Banten, Cirebon, dan [[Kesultanan Mataram]]), Prabu [[Rangga Gempol I|Aria Suriadiwangsa]] pada tahun 1620 M memutuskan untuk bergabung dengan Mataram, dimana status Sumedang Larang diturunkan dari kerajaan menjadi Kabupaten dibawah [[Kesultanan Mataram|Mataram]].<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|url=http://www.akarasa.com/2017/05/sumedang-larang-dalam-lintasan-sejarah.html|title=Sumedang Larang dalam Lintasan Sejarah Tatar Sunda|last=Rosyad|first=Ulul|website=Akarasa|access-date=2019-08-07}}</ref><ref>{{Cite book|title=Sejarah Purwakarta|url=https://books.google.co.id/books?id=b-dRAQAAMAAJ&q=Suriadiwangsa+Rangga+Gempol&dq=Suriadiwangsa+Rangga+Gempol&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiS8438nPHjAhUJ7HMBHY6eCj4Q6AEIPDAD|publisher=Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Badan Pariwisata|date=2008|language=id}}</ref><ref name=":1" />
 
=== Pemerintahan di Wilayah Sumedang dan sekitarnya ===
Baris 518:
 
=== Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri ===
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Nyimas Setyasih (Ratu Pucuk Umum), anak dari Raja Tirtakusumah (raja Sumedang Larang) yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi pangeran Soleh ([[Pangeran Santri]]) (diperkirakan hidup pada tahun 1505-1579 M). Pada 21 Okober 1530 (13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka) Pangeran Soleh tidak diserahi kekuasaan atas [[kerajaan Sumedang Larang]] dari istrinya dan kemudian dia tidak dinobatkan menjadi penguasa Sumedang Larang ([[bahasa Cirebon]]: hanya mendapat Gelar ''Ki Gede Sumedang''): keduanya tidak memerintah kerajaan Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Soleh (Pangeran Santri) adalah Putra [[Pangeran Pamelekaran]] atau Pangeran Muhammad, cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan atau [[Pangeran Panjunan]]) dan cicit dari [[Syekh Datuk Kahfi]], seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda, tiga bulan setelahnya (12 bagian terang bulan Margasira tahun 1452 Saka) diadakan syukuran di [[kesultanan Cirebon]] tepatnya di ''Dalem Agung Pakungwati'' atas diangkatnya Pangeran Soleh sebagai penguasa [[kerajaan Sumedang Larang]] juga keberhasilan Cirebon menguasai wilayah [[kerajaan Pajajaran]] sebelah timur (Galuh)<ref name=permana1/>
 
Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan [[Prabu Geusan Ulun]] atau dikenal dengan '''Prabu Angkawijaya'''. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibu kota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.