Masalah lingkungan hidup di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Artanisen (bicara | kontrib)
Perencanaan Kota: 2_Chome_Hamamatsuchō,_Minato-ku,_Tōkyō-to_105-0013,_Japan_-_panoramio_(1).jpg
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Baris 20:
Pada 1990-an, undang-undang lingkungan Jepang semakin diperketat. Pada tahun 1993 pemerintah mereorganisasi sistem hukum lingkungan dan mengesahkan ''UU Lingkungan Hidup'' ({{lang|ja|環境基本法}}) dan hukum terkait. Undang-undang tersebut mencakup pembatasan emisi industri, pembatasan produk, pembatasan limbah, peningkatan konservasi energi, promosi daur ulang, pembatasan pemanfaatan lahan, pengaturan program pengendalian pencemaran lingkungan, bantuan korban dan ketentuan sanksi. Badan Lingkungan dipromosikan menjadi [[Kementerian Lingkungan Hidup (Jepang)|Kementerian Lingkungan Hidup]] penuh pada tahun 2001, untuk menangani masalah lingkungan internasional yang memburuk.
 
Pada tahun 1984 Badan Lingkungan telah mengeluarkan [[buku putih]] pertamanya. Dalam studi tahun 1989, warga berpikir masalah lingkungan telah membaik dibandingkan dengan masa lalu, hampir 1,7% berpikir bahwa segala sesuatunya telah membaik, 31% berpikir bahwa mereka tetap sama, dan hampir 21% berpikir bahwa mereka telah memburuk. Sekitar 75% dari mereka yang disurvei menyatakan keprihatinan tentang [[spesies langka]], penyusutan [[hutan hujan]], [[Penggurunan|ekspansi gurun]], perusakan [[lapisan ozon]], [[hujan asam]], dan peningkatan [[polusi air|air]] dan [[polusi udara]] di [[negara berkembang|negara berkembang]]. Sebagian besar percaya bahwa Jepang, sendiri atau bekerja sama dengan negara industri lainnya, memiliki tanggung jawab untuk memecahkan masalah lingkungan. Dalam jajak pendapat 2007, 31,8% masyarakat menjawab kegiatan pelestarian lingkungan lebih mengarah pada pembangunan ekonomi, 22,0% menjawab kegiatan lingkungan tidak selalu menghambat ekonomi, 23,3% menjawab pelestarian lingkungan harus diutamakan meskipun dapat menghambat ekonomi. dan 3.2% menjawab pembangunan ekonomi harus diprioritaskan daripada pelestarian lingkungan.<ref>[http://www8.cao.go.jp/survey/h17/h17-environment/2-1.html 環境問題に関する世論調査] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080208092325/http://www8.cao.go.jp/survey/h17/h17-environment/2-1.html |date=2008-02-08 }}, 内閣府大臣官房政府広報室</ref>
 
Tinjauan Kinerja Lingkungan Jepang pertama OECD diterbitkan pada tahun 1994, yang memuji negara tersebut karena memisahkan pembangunan ekonominya dari polusi udara, karena kualitas udara negara tersebut meningkat sementara ekonomi berkembang pesat. Namun, nilai kualitas airnya lebih buruk, karena sungai, danau, dan perairan pesisirnya tidak memenuhi standar kualitas.<ref>[http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nn20010602b4.html OECD asks how green is Japan?], [[Japan Times]], June 2, 2001,</ref> Laporan lain pada tahun 2002 mengatakan bahwa campuran instrumen yang digunakan untuk menerapkan kebijakan lingkungan sangat efektif dan peraturannya ketat, ditegakkan dengan baik dan berdasarkan pada kapasitas pemantauan yang kuat.<ref>[http://www.oecd.org/dataoecd/0/17/2110905.pdf Environmental Performance Review of Japan], [[Organisation for Economic Co-operation and Development]]</ref>
Baris 30:
===Pengelolaan sampah===
 
Jepang membakar hampir dua pertiga limbahnya di insinerator kota dan industri.<ref name="Archived copy">{{cite web
{{cite web
|url = http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|title = Archived copy
Baris 38 ⟶ 37:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20151128035048/http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|archive-date = 2015-11-28
}}</ref> Pada tahun 1999, beberapa ahli memperkirakan 70 persen insinerator sampah dunia berada di Jepang.<ref name="Archived copy"/> Dikombinasikan dengan teknologi insinerator pada saat itu, hal ini menyebabkan Jepang memiliki tingkat [[dioksin]] tertinggi di udara dari semua negara G20.<ref name="Archived copy"/> Pada tahun 2019, kemajuan teknologi telah mengendalikan masalah dioksin, tidak lagi menjadi ancaman besar.<ref>{{Cite web|url=https://www.tokyoreview.net/2019/07/burning-problem-japan-waste-recycling/|title=The Burning Problem of Japan's Waste Disposal|date=2019-07-09|website=Tokyo Review|language=en-US|access-date=2019-10-18}}</ref> Pada tahun 2001, Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan terhadap Jepang atas kematian anggota layanan AS di Fasilitas Udara Angkatan Laut [[Atsugi]] yang disebabkan oleh insinerator limbah terdekat yang dikenal sebagai Insinerator Jinkanpo Atsugi.<ref>http://www.japantimes.co.jp/life/2010/02/28/environment/is-the-atsugi-tragedy-finally-drawing-to-a-close/</ref> Hal ini mempertanyakan pernyataan pemerintah Jepang bahwa ribuan insinerator di Jepang aman.
}}</ref> Pada tahun 1999, beberapa ahli memperkirakan 70 persen insinerator sampah dunia berada di Jepang.<ref>
{{cite web
|url = http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|title = Archived copy
|access-date = 2015-01-17
|url-status = dead
|archive-url = https://web.archive.org/web/20151128035048/http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|archive-date = 2015-11-28
}}</ref> Dikombinasikan dengan teknologi insinerator pada saat itu, hal ini menyebabkan Jepang memiliki tingkat [[dioksin]] tertinggi di udara dari semua negara G20.<ref>
{{cite web
|url = http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|title = Archived copy
|access-date = 2015-01-17
|url-status = dead
|archive-url = https://web.archive.org/web/20151128035048/http://www.chem.unep.ch/pops/POPs_Inc/press_releases/pressrel-99/pr33.htm
|archive-date = 2015-11-28
}}</ref> Pada tahun 2019, kemajuan teknologi telah mengendalikan masalah dioksin, tidak lagi menjadi ancaman besar.<ref>{{Cite web|url=https://www.tokyoreview.net/2019/07/burning-problem-japan-waste-recycling/|title=The Burning Problem of Japan's Waste Disposal|date=2019-07-09|website=Tokyo Review|language=en-US|access-date=2019-10-18}}</ref> Pada tahun 2001, Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan terhadap Jepang atas kematian anggota layanan AS di Fasilitas Udara Angkatan Laut [[Atsugi]] yang disebabkan oleh insinerator limbah terdekat yang dikenal sebagai Insinerator Jinkanpo Atsugi.<ref>http://www.japantimes.co.jp/life/2010/02/28/environment/is-the-atsugi-tragedy-finally-drawing-to-a-close/</ref> Hal ini mempertanyakan pernyataan pemerintah Jepang bahwa ribuan insinerator di Jepang aman.
 
=== Perubahan iklim ===
Baris 67 ⟶ 50:
===Perikanan dan perburuan paus===
{{main|Industri perikanan di Jepang|Perburuan paus di Jepang}}
Dalam makanan Jepang, ikan dan produknya lebih menonjol daripada jenis daging lainnya, sedemikian rupa sehingga konsumsi ikan di Jepang tercatat sebagai yang tertinggi di dunia pada waktu-waktu tertentu.<ref name="Japan">{{Cite web|title=Japan|url=http://www.fao.org/fi/oldsite/FCP/en/JPN/body.htm|access-date=2021-02-11|website=www.fao.org}}</ref> Dalam lembar fakta yang dirilis oleh FAO pada tahun 2010, menyoroti bahwa dengan pengecualian tahun 2007, Jepang telah menjadi importir utama ikan dan produk perikanan sejak tahun 1970-an.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=April 2010|title=FACT SHEET: The international fish trade and world fisheries|url=http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/newsroom/docs/fact_sheet_fish_trade_en.pdf|access-date=|website=[[United Nations Food and Agriculture Organization (FAO)]]}}</ref> Bahkan di pasar saat ini, Jepang merupakan pasar tunggal terbesar ketiga di dunia untuk produk ikan dan ikan.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1082364233|title=The state of world fisheries and aquaculture 2018 : meeting the sustainable development goals.|date=2018|others=Food and Agriculture Organization of the United Nations. Fisheries and Aquaculture Department|isbn=978-92-5-130562-1|location=Rome|oclc=1082364233}}</ref><ref>[http://www.fao.org/docrep/010/ah876e/ah876e10.htm Fish and fishery products], Food and Agriculture Organization</ref> Diperkirakan pada tahun 2008 Jepang memakan 81 persen tuna segar dunia.<ref>{{Cite web|title=Will Fish-Loving Japan Embrace Sustainable Seafood?|url=https://e360.yale.edu/features/will_fish-loving_japan_embrace_sustainable_seafood|access-date=2021-02-11|website=Yale E360|language=en-US}}</ref> Alasan inilah mengapa Jepang memiliki salah satu perairan yang paling banyak penangkapan ikan di dunia.
 
Pada tahun 2004, jumlah Tuna Sirip Biru Atlantik dewasa yang mampu bertelur telah turun menjadi sekitar 19 persen dari jumlah tahun 1975 di bagian barat laut. Jepang memiliki seperempat dari pasokan dunia dari lima spesies besar: sirip biru, sirip biru selatan, mata besar, sirip kuning dan albakora.<ref>{{cite news | title=Unprecedented Summit in Japan Aims to Tackle Overfishing of Dwindling Tuna Stock | date=2007-01-24 | publisher=Associated Press | url =http://www.foxnews.com/story/0,2933,246383,00.html?sPage=fnc.scitech/naturalscience | access-date = 2008-01-14 }}</ref> Pada tahun 2005, lebih dari sepuluh spesies menghadapi penipisan stok yang serius. Selain itu, pihak berwenang telah mulai menerapkan rencana pembangunan kembali stok untuk makerel, kepiting salju, sandfish sailfin, ikan teri Jepang, buntal harimau, dan beberapa spesies lainnya, karena stok berkurang hingga langkah-langkah deplesi.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/903488719|title=The Routledge handbook of environmental economics in Asia|date=2015|others=Shunsuke Managi|isbn=978-1-317-59787-2|location=Abingdon, Oxon|oclc=903488719}}</ref> Rencana pembangunan kembali stok ini sangat penting, karena data yang ditunjukkan oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang menyoroti bahwa stok ikan tenggiri di Laut utara Jepang sekitar 85.000 ton dibandingkan dengan 800.000 ton atau lebih pada 1990-an.<ref>{{Cite news|last=Iwata|first=Mari|date=2014-07-03|title=Japan Moves to Curb Overfishing|language=en-US|work=Wall Street Journal|url=https://blogs.wsj.com/japanrealtime/2014/07/03/japan-moves-to-curb-overfishing/|access-date=2021-02-11|issn=0099-9660}}</ref>
 
Namun, karena penipisan stok laut pada akhir abad ke-20 dan intervensi pemerintah, total tangkapan ikan tahunan Jepang telah berkurang dengan cepat. Kebijakan pemerintah yang telah diterapkan antara lain Total Allowable Catch System (TACs). Ini diratifikasi oleh pemerintah Jepang dan undang-undang yang dikenal sebagai undang-undang TAC mulai berlaku pada tanggal 14 Juni 1996, yang pada dasarnya menetapkan kuota jumlah yang diizinkan untuk ditangkap oleh perikanan, bersama dengan rencana pembangunan kembali stok secara perlahan membalikkan tahun penangkapan ikan berlebihan yang telah terjadi di perairan Jepang.<ref>{{Cite web|titlename="Japan|url=http://www.fao.org/fi/oldsite/FCP/en/JPN/body.htm|access-date=2021-02-11|website=www.fao.org}}<"/ref>
 
[[Perburuan paus]] untuk tujuan penelitian berlanjut bahkan setelah moratorium penangkapan ikan paus komersial pada tahun 1986. Program penangkapan ikan paus ini telah dikritik oleh kelompok [[perlindungan lingkungan]] dan negara-negara anti perburuan paus, yang mengatakan bahwa program ini bukan untuk penelitian ilmiah.
 
===Perencanaan Kota===
[[File:2_Chome_Hamamatsuchō2 Chome Hamamatsuchō,_Minato Minato-ku,_Tōkyō Tōkyō-to_105to 105-0013,_Japan_ Japan -_panoramio_ panoramio (1).jpg|thumb|right|Bangunan padat di Hamamatsucho, Tokyo.]]
Upaya pembangunan kembali secara nasional besar-besaran setelah Perang Dunia II, dan perkembangan dekade berikutnya, menyebabkan urbanisasi dan konstruksi lebih lanjut. Industri konstruksi di Jepang adalah salah satu yang terbesar, dan sementara Jepang memelihara banyak sekali taman dan ruang alami lainnya, bahkan di jantung kotanya, hanya ada sedikit batasan besar tentang di mana dan bagaimana konstruksi dapat dilakukan. [[Alex Kerr (Ahli Jepang)|Alex Kerr]], dalam bukunya "Lost Japan" dan "Dogs & Demons",<ref>Lost Japan: {{ISBN|0-86442-370-5}}; Dogs & Demons: {{ISBN|0-14-101000-2}}</ref> adalah salah satu dari sejumlah penulis yang sangat berfokus pada masalah lingkungan yang terkait dengan industri konstruksi Jepang, dan kekuatan lobi industri yang mencegah pengenalan undang-undang zonasi yang lebih ketat dan masalah lingkungan lainnya.