Si Misim dan Si Giwang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Baris 76:
Pada masa pemerintahan [[Sultan Banjar]] ke-4 Marhum Panembahan/Sultan [[Mustainbillah]] yang berkuasa tahun [[1595]]-[[1642]], setelah mengutus Kiai Martasura ke Makassar untuk bertemu Raja Tallo [[Karaeng Pattingalloang]], maka kira-kira antara tahun 1638-1640, seorang raja Sambas (Saboa Tangan Pangeran Adipati Sambas) telah datang ke [[Kesultanan Banjar]] untuk mempersembahkan upeti berupa dua biji [[intan]] dan barang-barang lainnya. Intan yang satu ada sedikit bercak kotor (rigat) ukurannya sebesar buah tanjung dinamakan '''Si Giwang''', sedangkan yang sebuah lagi berukuran sebesar telur burung dara dinamakan '''Si Misim'''. Sejak saat itulah Sambas tidak lagi disuruh menyerahkan upeti tiap-tiap tahun, tetapi hanya jika saat-saat Sultan Banjar menyuruh mengirimkan barang yang dikehendakinya maka jangan tidak dicarikan barang tersebut. Sebaliknya jika Raja Sambas menginginkan sesuatu barang yang ada di negeri Banjar diharap segera mengirim utusan kepada Sultan Banjar. Selanjutnya intan Si Misim dipersembahkan oleh Marhum Panembahan/Sultan Mustain Billah kepada raja Mataram [[Sultan Agung]].<ref name="hikayat banjar"/> Tahun 1546 raja Demak Sultan Trenggono mangkat. Ia telah berjasa menolong Sultan Suriansyah mendirikan Kesultanan Banjar. Sejak runtuhnya Demak, Sultan Banjarmasin melepaskan diri dan tidak pernah mengirim upeti kepada [[Kesultanan Pajang]] selaku pemerintahan Jawa berikutnya. Pada masa Sultan Hidayatullah I (ayah Marhum Panembahan), Mataram menyerang Banjarmasin dan menawan calon putra mahkota Ratu Bagus di Tuban. Sejak itu hubungan Mataram dan Banjarmasin mengalami ketegangan. Namun sejak tahun 1637 hubungan Banjarmasin dan Mataram membaik dan Ratu Bagus dibebaskan dari tawanan. Maka tibalah di pelabuhan Jepara pada bulan Oktober tahun 1641 utusan Marhum Panembahan mengirim persembahan (hadiah/bukan upeti) berupa intan Si Misim (upeti dari raja Sambas dahulu) dan barang lainnya seperti lada, rotan, tudung dan lilin. Sebagai utusan anandanya sendiri yang dilahirkan dari selir seorang Jawa yaitu [[Rakyatullah dari Banjar|Pangeran Dipati Tapesana]] beserta [[mangkubumi]] [[Kiai Tumenggung Raksanagara]] dan seorang menteri Kiai Narangbaya berangkat dari Martapura disertai dua ratus pengiring (menurut Hikayat Banjar) atau lima ratus pengiring menurut sumber Jawa, rupanya rombongan Kalimantan telah mendapat tambahan pengiring dari kota-kota pelabuhan yang dilewati.<ref>http://suluhbanjar.blogspot.co.id/2010/11/kerajaan-banjar-dalam-dimensi-sejarah.html</ref>
 
Pada masa pemerintahan [[Mustain Billah dari Banjar|Raja Maruhum Panambahan]] seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama [[Si Misim dan Si Giwang]].<ref>{{cite journal
| lang= nl
| url= http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA243#v=onepage&q&f=false