Sardjito: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 38:
Namanya diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit pusat rujukan provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito]].
Pada tanggal 8 November 2019, Sardjito dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] dalam sebuah upacara di [[Istana Negara]]. <ref>{{Cite web|last=Negara|first=Kementerian Sekretariat|title=Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 Tokoh {{!}} Sekretariat Negara|url=https://www.setneg.go.id/baca/index/presiden_jokowi_anugerahkan_gelar_pahlawan_nasional_kepada_6_tokoh_2|website=www.setneg.go.id|language=en|access-date=2022-11-15}}</ref> Yang menerima penghargaan mewakili keluarga ahli waris adalah Dyani Poedjioetomo, Cucu dari Sardjito. <ref>{{Cite web|last=Tim|title=Haru dan Bangga Keluarga atas Gelar Pahlawan Nasional|url=https://
== Pendidikan ==
Baris 50:
Setelah lulus dari [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]], Sardjito menjadi dokter di Rumah Sakit Djakarta dan ikut dalam riset mengenai penyakit influenza pada tahun 1918 hingga 1919. Sebelum melanjutkan studi ke [[Universitas Amsterdam]], Ia juga menjadi dokter di Institute Pasteur Djakarta dari tahun 1916 hingga 1920.
Pulang dari [[Jerman]], ia diberi tanggung jawab untuk memimpin Laboratorium Semarang (1931-1944) dan menjadi Kepala Institute Pasteur Bandung (1945). Dengan adanya pemindahan Institute Pasteur dari Bandung ke Klaten, akhirnya Sardjito pindah ke Klaten pada tahun 1946. Dimana 3 tahun setelahnya (1949), ia bersama [[Hamengkubuwana IX|Sultan Hamengkubuwono IX]], Prof.Dr. [[Prijono]], Prof.Ir. [[Wreksodiningrat]], Prof.Ir. Harjono dan lain-lain sepakat untuk membentuk [[Universitas Gadjah Mada]].
|