Aisyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: DEFAULTSORT dengan karakter spesial) |
Menambahkan konflik dengan Ali |
||
Baris 89:
=== Wafatnya Nabi Muhammad ===
Di saat hari-hari terakhir Rasulullah di mana sakitnya semakin serius, beliau meminta supaya dirinya dirawat di rumahnya Aisyah. Beliau pun dipandu ke sana oleh [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Al Abbas]] dan [[Ali bin Abi Thalib]], dengan kaki beliau terseret-seret di tanah.<ref name=":8">{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 2588 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:2588|website=sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20211212211233/https://sunnah.com/bukhari:2588|archive-date=2021-12-12|access-date=2021-12-04|dead-url=no}}</ref> Di dalam [[Shahih Bukhari]], yang merupakan kitab koleksi hadits yang dianggap paling [[Shahih (disambiguasi)|shahih]] dan salah satu dari [[shahihain]], diriwayatkan bahwa Aisyah melaporkan:
{{Quote|||quote=وَقَالَ يُونُسُ عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ عُرْوَةُ قَالَتْ عَائِشَةُ ـ رضى الله عنها ـ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ " يَا عَائِشَةُ مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِي أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِي مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ ".<br>Sang Nabi (ﷺ) pada saat sakitnya yang berujung kematian sering berkata, "Wahai Aisyah! Aku masih merasakan sakit yang diakibatkan oleh makanan yang aku makan di Khaibar, dan pada saat ini, aku merasa pembuluh jantungku seperti sedang dipotong oleh racun itu."<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 4428 - Military Expeditions led by the Prophet (pbuh) (Al-Maghaazi) - كتاب المغازى - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:4428|website=sunnah.com|access-date=2021-07-27|archive-date=2021-07-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20210729223334/https://sunnah.com/bukhari:4428|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|title=إسلام ويب - صحيح البخاري - كتاب المغازي - باب مرض النبي صلى الله عليه وسلم ووفاته- الجزء رقم2|url=https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&idfrom=4162&idto=4189&bk_no=0&ID=2270|website=islamweb.net|language=ar|access-date=2021-07-27|archive-date=2021-07-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20210727210359/https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&idfrom=4162&idto=4189&bk_no=0&ID=2270|dead-url=yes}}</ref>|source=[https://sunnah.com/bukhari:4428 Sahih Bukhari 4428]}}
Baris 112:
Aisyah juga tidak segan membicarakan hubungan [[Seksualitas manusia|seksualitas]]-nya bersama Nabi. Dalam kesempatan lain, ia menceritakan ketika ia selesai mencuci pakaian Nabi dan akan menjemurnya, beberapa kali ia temukan jejak-jejak [[Semen (reproduksi)|air mani]] Nabi masih tersisa di pakaian beliau, maka ia pun membersihkannya dengan menggunakan kukunya untuk menggaruknya.<ref>{{Cite web|title=Sahih Muslim 290 - The Book of Purification - كتاب الطهارة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/muslim:290|website=sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20211212211236/https://sunnah.com/muslim:290|archive-date=2021-12-12|access-date=2021-12-12|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 232 - Ablutions (Wudu') - كتاب الوضوء - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:232|website=sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20211212211202/https://sunnah.com/bukhari:232|archive-date=2021-12-12|access-date=2021-12-12|dead-url=no}}</ref> Dan Nabi pun mengenakan pakaian tersebut kemudian untuk [[Salat|sholat]].<ref>{{Cite web|title=Sahih Muslim 288a - The Book of Purification - كتاب الطهارة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/muslim:288a|website=sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20211212211259/https://sunnah.com/muslim:288a|archive-date=2021-12-12|access-date=2021-12-12|dead-url=no}}</ref> Di riwayat-riwayat lain, juga diceritakan bahwa dirinya mendapat giliran lebih banyak dari istri-istri Nabi Muhammad lainnya,<ref>{{Cite web|title=Sunan Ibn Majah 1972 - The Chapters on Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/ibnmajah:1972|website=sunnah.com|access-date=2021-12-12}}</ref> sang Nabi suka mandi di dalam satu bak dengannya sehabis berhubungan seksual ([[junub]]), dan bagaimana ketika dirinya sedang [[menstruasi]] Nabi suka menyuruhnya menggunakan izar (pakaian yang dipasang di bawah pinggang) lalu beliau membelai-belai badannya.<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 299, 300, 301 - Menstrual Periods - كتاب الحيض - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:299|website=sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20211212211213/https://sunnah.com/bukhari:299|archive-date=2021-12-12|access-date=2021-12-12|dead-url=no}}</ref>
=== Konflik dengan Ali ===
Permusuhan antara [[Ali bin Abi Thalib]] dan Aisyah diperkirakan sudah terjadi semenjak Nabi masih hidup. Ketika tersebar [[Aisyah#Tuduhan berzina (Peristiwa Ifk)|rumor bahwa Aisyah telah berzina]], yang mana hukumannya dalam Islam adalah di-[[rajam]] sampai mati. Nabi yang belum mendapatkan wahyu dari Allah selama sebulan tentang benar atau tidak rumor tersebut, menanyakan ke sahabat-sahabatnya, salah satunya adalah Ali, Ali menjawab, "Allah tidak membatasimu, masih ada banyak perempuan lain."<ref name=":12" /><ref name=":22" /> Pada hadits tetang hari-hari terakhir Nabi yang mana Nabi meminta supaya dirawat di rumah Aisyah, Aisyah menolak untuk menyebutkan nama Ali pada riwayatnya, meskipun ia menyebut nama [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Al-Abbas]] yang bersama dengan Ali memandu Nabi ke rumah Aisyah.<ref name=":8" />
Selepas wafatnya Nabi, Ali yang merupakan sepupu Nabi, mengklaim dirinya ditunjuk oleh Nabi ketika beliau masih hidup, untuk menjadi Khalifah pertama,<ref name=":9">{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume16_201911/page/n75/mode/2up?view=theater|title=The History of al-Tabari, vol. 16|pages=51|url-status=live}}</ref> namun klaim tersebut dibantah oleh Aisyah yang mengatakan kalau dirinya selalu bersama Nabi menjelang akhir hayat beliau dan tidak sekalipun ia mendengar Nabi menunjuknya sebagai Khalifah.<ref>{{Cite web|title=Sahih Muslim 1636 - The Book of Wills - كتاب الوصية - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/muslim:1636|website=sunnah.com|access-date=2022-07-25}}</ref> Orang-orang pun akhirnya berbai'at kepada Abu Bakar, ayahnya Aisyah, yang menjadikannya Khalifah.<ref name=":9" /> Ketika istri Ali, yakni [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] yang juga merupakan putri Nabi Muhammad meminta kepada Abu Bakar harta peninggalan Nabi Muhammad di [[Fadak]], [[Madinah]] dan [[Khaibar]] yang sebelumnya merupakan harta-harta orang Kafir yang diberikan oleh Allah kepada beliau,<ref>{{Cite web|title=Musnad Ahmad 55 - Musnad Abu Bakr as-Siddiq (ra) - مُسْنَدُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/ahmad:55|website=sunnah.com|access-date=2022-11-15}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 3152 - One-fifth of Booty to the Cause of Allah (Khumus) - كتاب فرض الخمس - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:3152|website=sunnah.com|access-date=2022-07-24}}</ref><ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/TabariVolume08/page/n153/mode/2up?view=theater|title=The History of al-Tabari, vol. 8|pages=129|url-status=live}}</ref> Abu Bakar menolaknya dengan dalih bahwa dirinya pernah mendengar Nabi berkata kalau Nabi tidak mewariskan hartanya kepada keluarganya, melainkan harta peninggalannya adalah untuk ummat.<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 3092, 3093 - One-fifth of Booty to the Cause of Allah (Khumus) - كتاب فرض الخمس - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:3092|website=sunnah.com|access-date=2022-07-24}}</ref>
Fatimah yang marah pun tidak berbicara lagi dengan Abu Bakar hingga meninggalnya Fatimah beberapa bulan kemudian di usia mudanya, hal ini diriwayatkan secara [[Hadits Shahih|shahih]] di kitab-kitab [[Hadis|hadits]] [[Sunni|Islam Sunni]].<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 3092, 3093 - One-fifth of Booty to the Cause of Allah (Khumus) - كتاب فرض الخمس - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:3092|website=sunnah.com|access-date=2022-07-24}}</ref> Namun di [[Syiah|Islam Syiah]] terdapat riwayat bahwa setelah mendapat penolakan tersebut, [[Khotbah Fadak|Fatimah ber-khotbah di Masjid Nabawi]], mengklaim ketidaksahan kekhalifahan Abu Bakar, dan mengatakan kalau Abu Bakar sudah mengada-ngada dengan perkataannya.{{Sfn|Sajjadi|2021}}{{Sfn|Mavani|2013|pp=116-7}}{{Sfn|Qutbuddin|2006|p=249}} Di dalam riwayat yang juga diakui Islam Sunni, [[Umar bin Khattab]] yang merupakan rekan Abu Bakar lalu menggerebek rumah Fatimah yang di dalamnya sedang terdapat pertemuan dari orang-orang yang menentang kekhalifahan Abu Bakar.<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume09/page/n202/mode/1up?view=theater|title=The History of Tabari - vol 9|pages=186-189|url-status=live}}</ref> Oleh Islam Syiah, peristiwa ini dianggap sebagai penyebab Fatimah keguguran dan wafat beberapa bulan setelahnya.{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Fedele|2018|p=56}}{{sfn|Abbas|2021|p=98}}
Dalam riwayat Islam Sunni, selepas Abu Bakar wafat, dan Umar dan Utsman tewas dibunuh, Ali pun diangkat sebagai Khalifah oleh orang-orang yang sebagiannya merupakan pemberontak terhadap pemerintahan Utsman. Sahabat-sahabat Muhammad di masa dirinya masih hidup pun dipaksa oleh Ali untuk berbai'at kepada Ali,<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume16_201911/page/n29/mode/2up?view=theater|title=The History of Tabari - Vol 16|pages=5|url-status=live}}</ref> namun beberapanya menolaknya meski secara formalitas tetap berbai'at kepadanya, di antara mereka adalah [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah]] dan [[Zubair bin Awwam|Zubair]]. Mereka pun meninggalkan [[Madinah]] menuju [[Makkah]].<ref name=":04">{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=107, 157}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|pp=106, 135, 136}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=25, 104}}. {{Harvtxt|Jafri|1979|p=27}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=294}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}</ref> Aisyah yang sebelumnya dilaporkan memancing orang-orang untuk mengkudeta Utsman, kini berbalik haluan mengajak orang-orang untuk berperang melawan Ali dengan dalih membalaskan kematian Utsman.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=107, 147, 155, 156}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=146, 147}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021}}</ref> Aisyah pun bergabung dengan Thalhah dan Zubair untuk berperang melawan Ali, yang kemudian perang tersebut dikenal sebagai [[Perang Jamal]].<ref>{{Harvtxt|Abbas|2021|p=135}}. {{Harvtxt|Madelung|1997|p=147}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}</ref>
Pihak Aisyah kalah pada pertempuran tersebut, namun karena dia merupakan istri favorit Nabi, membunuhnya ditakutkan akan menimbulkan amarah Nabi dan Allah, dia pun tidak dibunuh dan diantarkan ke rumahnya.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=172, 173}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=118-121}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|p=140}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|pp=296, 297}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref> Muawiyah yang merupakan sepupu Utsman, pun lalu melanjutkan perperangan terhadap Ali yang kemudian dikenal sebagai [[Pertempuran Shiffin|Perang Shiffin]], Tidak ada pemenang pada perang tersebut dikarenakan kedua pihak kemudian sepakat untuk melakukan arbitrase tentang kematian Utsman,{{Sfn|Madelung|1997|p=243}} meski sebelumnya Ali telah mewanti-wanti kepada pasukannya kalau permintaan arbitrase pihak Muawiyah dengan mengangkat Al-Qur'an hanyalah upaya supaya mereka menghindari kekalahan, sejumlah pengikut Ali mempercayai perkataan mereka,{{Sfn|Madelung|1997|p=238}} yang memaksa Ali untuk menyepakati pembentukan arbitrase tersebut.{{Sfn|Madelung|1997|p=243}} Sejumlah pendukung Ali yang lain tidak terima, dan keluar dari pasukan Ali pada saat itu, karena mereka menganggap keputusan Ali telah melenceng dari Islam yang lurus, mereka lalu dinamai [[Khawarij]] (yang keluar).{{sfn|Wellhausen|1901|pp=3–4}}
Ketika proses arbitrase, dua arbitrator menyatakan kalau para pemberontak yang merupakan pendukung Ali bersalah dalam pembunuhan terhadap Utsman. Proses arbitrase pun kolaps, dan Ali pun mengumpulkan kembali pasukannya termasuk para Khawarij, namun para Khawarij memberi syarat kalau Ali harus mengakui dirinya telah tersesat dan bertobat,{{sfn|Madelung|1997|p=258}} Ali pun berangkat tanpa mereka.{{sfn|Donner|2010|p=163}}{{sfn|Madelung|1997|pp=258, 259}} Namun kemudian terdengar desas desus kalau orang-orang Khawarij tersebut menanyakan tiap-tiap muslim yang mereka temui mengenai pendapat mereka akan Ali dan Utsman dan membunuh siapa-siapa saja yang tidak sependangan dengan mereka.{{sfn|Wellhausen|1901|pp=17–18}}{{sfn|Madelung|1997|p=254}} Ali pun mengirim seseorang untuk meng-investigasi rumor itu, namun utusan Ali tersebut kemudian juga dibunuh. Para pasukan Ali yang takut kalau keluarga mereka akan menjadi target kaum Khawarij tersebut menekan Ali untuk menghadapi mereka, dan [[Pertempuran Nahrawan]] pun terjadi.{{sfn|Madelung|1997|pp=259, 260}}
Ali memenangkan perang tersebut, namun ini menimbulkan rasa dendam di hati beberapa rekan mereka dan yang sepakat dengan mereka yang dikalahkan, yang kemudian merencanakan pembunuhan terhadap Ali. Ali pun tewas di tangan mereka dengan pedang yang dilapisi dengan racun.<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume17/page/n237/mode/2up?view=theater|title=History of al-Tabari vol 17|pages=213-216|url-status=live}}</ref> Ketika mendengar kabar kematian Ali tersebut, Aisyah dilaporkan melemparkan tongkatnya dan bersantai di tempat duduknya seperti seorang pengembara yang bahagia ketika pulang ke rumahnya. Sewaktu diberi tahu kalau yang membunuh Ali adalah orang dari Murad, Aisyah berkata: "Meskipun dia jauh, telah mengumumkan kematiannya seorang pemuda [ghulam] yang mulutnya tiada berdebu (memiliki perkataan yang benar)." Ketika ditanya oleh Zainab binti Abu Salamah, apakah Aisyah sedang berbicara tentang Ali, Aisyah berkata, "Aku pelupa, dan jika aku lupa ingatkan aku."<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume17/page/n247/mode/2up?view=theater|title=History of al-Tabari vol 17|pages=224|url-status=live}}</ref>
== Wafat ==
|