Wayang kulit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor |
||
Baris 1:
[[Berkas:Wayang Performance.jpg|360px|jmpl|Pagelaran wayang kulit oleh [[dalang]] terkemuka di Indonesia, Ki Manteb Sudarsono.]]
[[Berkas:Bercerita dengan Wayang.jpg|jmpl|ka|360px|Bercerita dengan wayang]]
'''[[Wayang]] kulit''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀}}) adalah seni tradisional [[Indonesia]] yang terutama berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kepercayaan dan sastra Jawa, Wayang kulit diciptakan oleh [[Sunan Kalijaga|Sunan Kali Jaga]] yang merupakan keturunan Bangsawan Ponorogo [[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]] yang juga sebagai [[Wali Sanga|Wali Songo]]. Yang dimana Sunan Kalijaga melihat masyarakat Jawa yang menggemari pertunjukan Wayang Beber, dalam Islam melukis diatas kertas dianggap Haram, Maka Sunan Kalijaga memodifikasi bahan karakter Wayang yang semula dibuat dari [[Daluang]] (kertas Ponoragan) diganti menjadi Kulit Kambing, selain itu digunakan sebagai Syiar agama Islam jalur Budaya.
Wayang berasal dari kata "Ma [[Hyang]]" yang artinya menuju kepada roh [[spiritual]], [[dewa]], atau [[Tuhan]] Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang [[kelir]] atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang [[dalang]] yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik [[gamelan]] yang dimainkan sekelompok [[nayaga]] dan [[tembang]] yang dinyanyikan oleh para [[pesinden]]. Dalang memainkan wayang kulit di balik [[kelir]], yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak ([[blencong]]), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang ([[lakon]]), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]], tetapi tak dibatasi hanya dengan [[pakem]] (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari [[cerita Panji]], maupun kisah Rohani dari agama Islam, Kristen, Hindu, Budha.
|