Stasiun Cikini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Stasiun Cikini pada mulanya merupakan sebuah halte kecil yang dibangun sebagai pengganti dari Halte Dierentuin. Pada saat itu, Dewan Kota Batavia menganggap lokasi Halte Dierentuin canggung dan tidak praktis terhadap perkembangan kawasan Gondangdia dan Menteng. Sehingga Dewan Kota Batavia memerintahkan [[Staatsspoorwegen]] (SS) untuk membangun pemberhentian kereta baru sebagai pengganti dari Halte Dierentuin. Lantas SS membangun sebuah halte pemberhentian kereta kecil yang terletak di selatan Halte Dierentuin. Halte ini diresmikan pada tahun 1926 dan diberi nama '''Tjikini'''.<ref>[https://www.facebook.com/lostjakarta/photos/a.1449040512026123/3190445871218903 Gondangdia Train Station 1929]</ref>
 
Hingga sekitar akhir tahun 80-an, ke arah selatan stasiun ini, sebelum [[Stasiun Manggarai]] terdapat sebuah halte kereta api, yakni [[Stasiun Pegangsaan|halteHalte Pegangsaan]] yang terletak tepat di sisi utara Jalan Diponegoro. Halte ini dibongkar sejak penghujung [[1980-an]], ketika dibangun rel KA layang antara Manggarai dengan [[Jakarta Kota]]. Dari halte ini, terdapat percabangan menuju [[Stasiun Salemba]].
 
Stasiun Cikini yang aktif sekarang merupakan stasiun layang yang letaknya paling selatan di jalur segmen [[Stasiun Manggarai|Manggarai]]-[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]. Pada tanggal 5 Juni 1992, [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]] beserta [[Siti Hartinah|Ibu Tien]] dan jajaran di pemerintahan meresmikan jalur layang tersebut dengan naik KRL dari Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.<ref>{{Cite news|url=http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/30/0823023/Setelah.22.Tahun.Proyek.Jalur.Layang.Kereta.Jakarta.Dilanjutkan|title=Setelah 22 Tahun, Proyek Jalur Layang Kereta Jakarta Dilanjutkan|last=Rudi|first=Alsadad|date=30 Agustus 2013|publisher=Kompas.com|accessdate=30 Agustus 2017|work=[[Kompas.com]]|editor-last=Syatiri|editor-first=Ana Shofiana}}</ref>