Martanagara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k kontradiktif dengan templat:lahirmati |
k diganti |
||
Baris 27:
Program-program lain pun tak kalah revolusioner. Martanagara mengisi kas daerah dengan menginstruksikan penanaman singkong besar-besaran, karena singkong saat itu sedang laku di pasaran dunia. Hasil kas digunakan untuk program-program lain, seperti memperluas area persawahan plus memperbaiki sistem irigasi. Martanegara bahkan mengungkapkan, bahwa tanah akan lebih berguna jika ditanami dibandingkan dengan diurug untuk dijadikan perumahan. Sedangnkan program irigasi diwujudkan lewat mega proyek irigasi Cihea, yang menghabiskan satu juta gulden. Mungkin hanya pada masa Martanagara lah luas daerah persawahan tidak berkurang seiring majunya perekonomian sebuah kota, melainkan makin meluas. Pada tahun 1896 luas areal persawahan mencapai 800.000
Pembangunan prasarana publik pun tidak terlupa. Untuk mempermudah akses keluar masuk daerah, ia membangun jembatan (jembatan bambu)di beberapa sungai besar di sekitar Bandung. Dalam waktu singkat telah dibangun lima buah jembatan di aliran Citarum; yang menghubungkan Cicalengka-Majalaya, Ujungberung-Ciparay, Dayeuhkolot-Banjaran, Cimahi-Kopo, dan yang terakhir menghubungkan Rajamandala dan Cihea, dimana arus lalu lintas dari dan ke Batavia serta Bogor berhasil dipersingkat. Bahkan ketika pejabat kolonial meninjau proyek-proyek ini, disangkanya Martanagara adalah seorang insinyur teknik lulusan Belanda. Dua tahun kemudian, kelima jembatan bambu ini sudah diganti dengan yang berbahan besi.
|