Aisyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ilham Syafii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ilham Syafii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 122:
Dalam riwayat Islam Sunni, selepas Abu Bakar wafat, dan Umar dan [[Utsman bin 'Affan|Utsman]] tewas dibunuh, Ali pun diangkat sebagai Khalifah oleh orang-orang yang sebagiannya merupakan pemberontak terhadap pemerintahan Utsman. Sahabat-sahabatnya Nabi Muhammad pun dipaksa oleh Ali untuk berbai'at kepada Ali,<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume16_201911/page/n29/mode/2up?view=theater|title=The History of Tabari - Vol 16|pages=5|url-status=live}}</ref> namun beberapanya menolaknya meski secara formalitas tetap berbai'at kepadanya, di antara mereka adalah [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah]] dan [[Zubair bin Awwam|Zubair]]. Mereka pun meninggalkan [[Madinah]] menuju [[Makkah]].<ref name=":04">{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=107, 157}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|pp=106, 135, 136}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=25, 104}}. {{Harvtxt|Jafri|1979|p=27}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=294}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}</ref> Aisyah yang sebelumnya dilaporkan memancing orang-orang untuk mengkudeta Utsman, kini berbalik haluan mengajak orang-orang untuk berperang melawan Ali dengan dalih membalaskan kematian Utsman.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=107, 147, 155, 156}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=146, 147}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021}}</ref> Aisyah pun bergabung dengan Thalhah dan Zubair untuk berperang melawan Ali, yang kemudian perang tersebut dikenal sebagai [[Perang Jamal]].<ref>{{Harvtxt|Abbas|2021|p=135}}. {{Harvtxt|Madelung|1997|p=147}}. {{Harvtxt|Poonawala|1982}}</ref>
 
Pihak Aisyah kalah pada pertempuran tersebut, namun karena dia merupakan istri favorit Nabi, membunuhnya ditakutkan akan menimbulkan amarah Nabi dan Allah, dia pun tidak dibunuh dan diantarkan ke rumahnya.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=172, 173}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=118-121}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|p=140}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|pp=296, 297}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref> [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]] yang merupakan sepupu Utsman, pun lalu melanjutkan perperangan terhadap Ali yang kemudian dikenal sebagai [[Pertempuran Shiffin|Perang Shiffin]], Tidak ada pemenang pada perang tersebut dikarenakan kedua pihak kemudian sepakat untuk melakukan [[arbitrase]] tentang kematian Utsman,{{Sfn|Madelung|1997|p=243}} meski sebelumnya Ali telah mewanti-wanti kepada pasukannya kalau permintaan arbitrase pihak Muawiyah dengan mengangkat [[Al-Qur'an]] hanyalah upaya supaya mereka menghindari kekalahan, sejumlah pengikut Ali mempercayai perkataan merekapihak Muawiyah,{{Sfn|Madelung|1997|p=238}} yang memaksa Ali untuk menyepakati pembentukan arbitrase tersebut.{{Sfn|Madelung|1997|p=243}} Sejumlah pendukung Ali yang lain tidak terima, dan keluar dari pasukan Ali pada saat itu, karena mereka menganggap keputusan Ali telah melenceng dari Islam yang lurus, mereka lalu dinamai [[Khawarij]] (yang keluar).{{sfn|Wellhausen|1901|pp=3–4}}
 
Ketika proses arbitrase, dua arbitrator menyatakan kalau para pemberontak yang merupakan pendukung Ali, bersalah dalam pembunuhan terhadap Utsman. Proses arbitrase pun kolaps, dan Ali pun mengumpulkan kembali pasukannya termasuk para Khawarij, namun para Khawarij memberi syarat kalau Ali harus mengakui dirinya telah tersesat dan bertobat,{{sfn|Madelung|1997|p=258}} Ali pun berangkat tanpa mereka.{{sfn|Donner|2010|p=163}}{{sfn|Madelung|1997|pp=258, 259}} Namun kemudian terdengar desas -desus kalau orang-orang Khawarij tersebut menanyakan tiap-tiap muslim yang mereka temui mengenai pendapat mereka akan Ali dan Utsman dan membunuh siapa-siapa saja yang tidak sependangan dengan mereka.{{sfn|Wellhausen|1901|pp=17–18}}{{sfn|Madelung|1997|p=254}} Ali pun mengirim seseorang untuk meng-investigasi rumor itu, namun utusan Ali tersebut kemudian juga dibunuh. Para pasukan Ali yang takut kalau keluarga mereka akan menjadi target kaum Khawarij tersebut menekan Ali untuk menghadapi mereka, dan [[Pertempuran Nahrawan]] pun terjadi.{{sfn|Madelung|1997|pp=259, 260}}
 
Ali memenangkan pertempuran tersebut, namun ini menimbulkan rasa dendam di hati beberapa rekan mereka dan yang sepakat dengan mereka yang dikalahkan, yang kemudian merencanakan pembunuhan terhadap Ali. Ali pun tewas di tangan mereka dengan pedang yang dilapisi dengan racun.<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume17/page/n237/mode/2up?view=theater|title=History of al-Tabari vol 17|pages=213-216|url-status=live}}</ref> Ketika mendengar kabar kematian Ali tersebut, Aisyah dilaporkan melemparkan tongkatnya dan bersantai di tempat duduknya seperti seorang pengembara yang bahagia ketika pulang ke rumahnya. Sewaktu diberi tahu kalau yang membunuh Ali adalah orang dari Murad, Aisyah berkata: "Meskipun dia jauh, telah mengumumkan kematiannya, seorang pemuda [ghulam] yang mulutnya tiada berdebu (memiliki perkataan yang benar)." Ketika ditanya oleh Zainab binti Abu Salamah, apakah Aisyah sedang berbicara tentang Ali, Aisyah berkata, "Aku pelupa, dan jika aku lupa ingatkan aku."<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume17/page/n247/mode/2up?view=theater|title=History of al-Tabari vol 17|pages=224|url-status=live}}</ref>
 
== Wafat ==