Jawa Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 276:
[[Bahasa resmi]] instansi pemerintahan di Jawa Timur adalah [[bahasa Indonesia]]. Hingga 2019, [[Badan Bahasa]] mencatat setidaknya ada beberapa [[bahasa daerah]] dominan di Jawa Timur.<ref>{{cite web|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/statistik.php|title=Penyebaran Bahasa di Indonesia|last=|first=|date=|website=Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Bahasa-bahasa tersebut diantaranya adalah [[bahasa Jawa]], [[Bahasa Madura|Madura]], [[Bahasa Bajo|Bajo]],<ref>{{Cite web|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Jawa%20Timur|title=Bahasa di Provinsi Jawa Timur|last=|first=|date=|website=Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> dan [[Bahasa Kangean|Kangean]].
 
[[Bahasa Jawa]] dituturkan oleh sebagian besar suku Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dialek bahasa Jawa Timur dikenal dengan '[[Rumpun dialek Jawa Timur|bahasa Jawa Timuran]]', yang dianggap sebagai bahasa Jawa tidak baku. Ciri khas bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, terus terang, dan cenderung tidak bersifat normatif layaknya bahasa Jawa baku yang umumnya dituturkan di wilayah [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] dan [[Jawa Tengah]]. Namun demikian, penutur rumpun bahasa ini dikenal cukup fanatik, dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Di wilayah ibu kota Jawa Timur, bahasa Jawa yang dominan dituturkan adalah [[dialek Surabaya]] atau "Suroboyoan" .
 
Dialek bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan dialek Surabaya. Dibanding dengan bahasa Jawa [[Bahasa Jawa Mataraman|dialek Mataraman]] (Ngawiatau sampaisering disebut khas dialek boso "Nganjukan" ([[Nganjuk]], [[Kediri]], [[Blitar]], [[Madiun]], [[Ponorogo]], [[Ngawi]]), bahasa [[dialek Malang]] "Malangan" termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata makan, jika dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara bahasa ''arek'' Surabaya dengan ''arek'' Malang adalah penggunaan [[bahasa prokem]] terbalik yang lazim dipakai oleh ''arek-arek'' Malang. Bahasa terbalik Malangan sering juga disebut sebagai [[bahasa Walikan]] atau Osob Kiwalan. Berdasarkan penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosakata bahasa Walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari kata benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa Jawa, Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Tionghoa, dan Inggris.
 
Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya ''mobil'' diucapkan ''libom'', dan ''polisi'' diucapkan ''silup''. Perkembangan bahasa Walikan Malangan semakin berkembang pesat seiring dengan munculnya supporter kesebelasan Arema (kini Arema Indonesia) yang sering disebut Aremania. Bahasa-bahasa Walikan banyak yang tercipta dari istilah-istilah di kalangan pendukung. Seperti ''Ongisnade'' atau Singo Edan, ''Otruham'', ''Rajajowas'', ''Ongisiras'', dan ''Utab'' untuk menyebut wilayah Muharto, Sawojajar, Singosari, dan Batu. Terlepas dari tiga kelompok dialek bahasa Jawa tersebut (''Malangan atau Kiwalan, Boso Suroboyoan, dan Mataraman'') saat ini bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA. [[Suku Tengger]] menggunakan [[bahasa Tengger]] yang lebih dekat dengan [[bahasa Jawa Kuno]]. [[Suku Osing]] Banyuwangi menggunakan [[bahasa Osing]].