Ahmad Dahlan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 44:
 
== Latar belakang keluarga dan pendidikan ==
Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah '''Muhammad Darwis'''. Dia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dia termasuk keturunan yang kedua belas dari [[Maulana Malik Ibrahim]], salah seorang yang terkemuka di antara [[Walisongo]], yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.<ref name = kutojo>Kutojo dan Safwan, 1991</ref> Silsilahnya tersebut ialah ''[[Maulana Malik Ibrahim]], [[Maulana Ishaq]], [[Sunan Giri|Maulana 'Ainul Yaqin]], Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, kiaiKiai Ilyas, kiaiKiai MurtadlaMurtadho, KHK.H. Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan MuhammadK.H. Darwis (Ahmad Dahlan) Azmatkhan''.<ref>Yunus Salam, 1968: 6</ref>
 
Pada umur 15 tahun, dia pergi haji dan tinggal di [[Mekah]] selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti [[Muhammad Abduh]], [[Jamal-al-Din Afghani|Al-Afghani]], [[Rasyid Ridha]] dan [[Ibnu Taimiyah]]. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun [[1888]], ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
 
Pada tahun [[1903]], ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, dia sempat berguru kepada [[SyehSyech Ahmad Khatib]] yang juga guru dari pendiri [[NU]], [[K.H. Hasyim Asyari|KH. Hasyim Asyari]]. Pada tahun [[1912]], ia mendirikan [[Muhammadiyah]] di kampung [[Kauman, Yogyakarta]].
 
Sepulang dari Mekkah, dia menikah dengan [[Nyai Ahmad Dahlan|Siti Walidah]], sepupunya sendiri, anak kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri [[Aisyiyah]]. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.<ref name = kutojo /> Di samping itu K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Dia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik kiai Munawwir Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Dia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.<ref>Yunus Salam, 1968: 9</ref>