Gunung Merapi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
||
Baris 109:
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun [[1006]] (dugaan), [[1786]], [[1822]], [[1872]], dan [[1930]]. Letusan pada tahun [[1006]] membuat seluruh bagian tengah [[Pulau Jawa]] diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.<ref>{{cite web |url=http://volcano.und.edu/vwdocs/current_volcs/merapi/ |title=A history of Merapi |accessdate=2007-02-20 |archive-date=2007-02-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070208030138/http://volcano.und.edu/vwdocs/current_volcs/merapi/ |dead-url=yes }}</ref> Ahli geologi Belanda, [[Rein van Bemmelen]], berteori bahwa letusan tersebutlah yang menyebabkan pusat [[Kerajaan Medang]] (Mataram Kuno) harus berpindah ke [[Jawa Timur]]. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan era modern geologi dengan skala [[VEI]] mencapai 3 sampai 4. Letusan besar 2010 diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun [[1930]], yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.{{fact}}
[[Berkas:Merapi eruption photographed by NASA.jpg|jmpl|Foto erupsi Merapi (atas tengah agak ke kanan) pada tanggal 8 November 1994 dari luar angkasa.]]
Letusan pada tanggal 22 November 1994 menyebabkan beberapa desa di lereng gunung terkena awan sehingga memakan korban sebanyak 60 jiwa manusia.<ref>{{Cite news|last=Azanella|first=Luthfia Ayu|title=INFOGRAFIK: Riwayat Letusan Merapi Sejak 1990-an|url=https://regional.kompas.com/read/2018/05/11/16523971/infografik-riwayat-letusan-merapi-sejak-1990-an|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-01-13|editor-last=Hardoko|editor-first=Ervan|date=2018-05-11}}</ref><ref name=":0">{{Cite news|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Akhir Cerita Antara Mbah Maridjan dan Merapi|url=https://tirto.id/akhir-cerita-antara-mbah-maridjan-dan-merapi-cy4j|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2021-01-13}}</ref>
Pada 19 Juli 1998 terjadi letusan cukup besar namun material vulkanik yang dikeluarkan mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.<ref name=":0" />
Baris 133:
Selain lima pos tersebut, terdapat pos pemantauan di Desa [[Balerante, Kemalang, Klaten]] (dusun Gondang, sisi tenggara) yang didirikan oleh BPBD Jawa Tengah.
Sebanyak 30 stasiun seismik<ref>{{Cite news|last=|first=|date=5 Desember 2020|title=Magma Merapi Hampir Mencapai Puncak|url=|work=Tribun Jogja (cetak)|access-date=6 Desember 2020}}</ref> [[telemetri]]k dan 35 kamera/CCTV pemantau (dua di antaranya kamera termal) telah dipasang [[BPPTKG]] Yogyakarta untuk memonitor aktivitas vulkanik Merapi.<ref>{{Cite news|last=Husna|first=Maruti Asmaul|date=29 November 2020|title=Puncak Gunung Merapi Alami Pemekaran Sebesar 4 Meter, Magma Mendekat ke Permukaan|url=https://jogja.tribunnews.com/2020/11/29/puncak-gunung-merapi-alami-pemekaran-sebesar-4-meter-magma-mendekat-ke-permukaan?page=all|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|access-date=10 Januari 2021
Sisi timur gunung ini tidak diamati karena dianggap relatif aman akibat adanya punggungan Puncak Bibi yang terbentuk pada era pra-Merapi.
Baris 172:
Kamis, 24 Mei 2018, gunung Merapi kembali erupsi dengan menyemburkan asap setinggi 6.000 meter. Hujan abu mengguyur wilayah barat gunung yaitu [[Kabupaten Magelang]] bahkan sampi ke [[Kabupaten Kebumen]] yang berjarak lebih dari 40 kilometer.<ref>[http://regional.kompas.com/read/2018/05/24/08593571/hujan-abu-vulkanik-merapi-sampai-ke-kebumen-dan-purworejo Hujan Abu Vulkanik Merapi Sampai ke Kebumen dan Purworejo]</ref> Gunung Merapi kembali erupsi pada Jumat, 1 Juni 2018 pada pukul 08.20 WIB dengan durasi 2 menit. Menurut BPPTKG, kolom letusan gunung Merapi sekitar 6.000 meter dari puncak, atau sekitar 8.968 meter di atas permukaan laut arah barat laut dan teramati dari Pos Pengamatan Jrakah. Letusan tersebut menyebabkan hujan abu di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah dan Selo. Bahkan laporan hujan abu hingga ke [[Salatiga]] dan [[Kabupaten Semarang]].<ref>[http://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4048438/hujan-abu-gunung-merapi-guyur-perbatasan-kabupaten-semarang Hujan Abu Gunung Merapi Guyur Perbatasan Kabupaten Semarang]</ref> Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada atas hujan abu dan selalu mengenakan alat pelindung diri (APD), seperti kacamata, jaket, dan masker saat berada di luar rumah.<ref>{{Cite news|date=1 Juni 2018 |title=Merapi Kembali Meletus dengan Tinggi Kolom 6.000 Meter|url=http://regional.kompas.com/read/2018/06/01/09255111/merapi-kembali-meletus-dengan-tinggi-kolom-6000-meter|publisher=[[Kompas]] |accessdate=1 Juni 2018|last=Kusuma|first=Wijaya|editor-last=Assifa|editor-first=Farid|work=[[Kompas.com]]}}</ref>
Setelah relatif stabil pada tahun 2019, pada hari Sabtu, 28 Maret 2020, pukul 19.25 WIB, gunung Merapi meletus.Pada erupsi ini, karakter letusan mulai bercampur dengan letusan eksplosif (disertai ledakan dan lontaran material besar). Pada hari Minggu, 29 Maret 2020, pukul 00.15 WIB, gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom erupsi terukur 1500 meter di atas puncak atau 4.468 meter di atas permukaan laut. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm berdurasi kurang lebih 2 menit 30 detik.<ref name="Kompas 113100865">{{Cite news|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/29/113100865/erupsi-merapi-dan-sejarah-letusannya-|title=Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...|last=Arnani|first=Mela|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-04-11|editor-last=Hardiyanto|editor-first=Sari|date=2020-03-29}}</ref>
Pada 10 April 2020, pukul 09.10 WIB, gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom erupsi terukur 3000 meter dari atas kawah puncak gunung. Erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik. Arah angin saat erupsi ke Barat Laut.<ref name="Kompas 1330080">{{Cite news|url=https://tekno.tempo.co/read/1330080/gunung-merapi-meletus-lagi-kolom-erupsi-tiga-kilometer|title=Gunung Merapi Meletus Lagi, Kolom Erupsi Tiga Kilometer|last=()|first=Muh. Syaifullah|date=2020-04-10|work=[[Tempo.co]]
Pada 21 Juni 2020, pukul 09.13 WIB, gunung Merapi kembali meletus dengan tinggi kolom erupsi 6000 meter dari atas kawah puncak gunung. Erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik. Saat erupsi pertama terjadi, BPPTKG memonitor arah angin menuju barat. Pada erupsi kedua, amplitudo termonitor 75 mm dan durasi 100 detik. Tinggi kolom saat erupsi kedua ini tidak teramati. Pusat Pengendali Operasi BNPB mendapatkan laporan dari BPBD setempat mengenai sebaran abu. Sebaran hujan abu vulkanik erupsi Gunung Merapi yang terpantau pada 09.56 terjadi di wilayah beberapa desa pada dua Kecamatan Srumbung (Desa Kaliurang, Kemiren, Srumbung, Banyuadem, Kalibening dan Ngargosoko) dan Kecamatan Dukun (Desa Ngargomulyo dan Keningar).<ref>{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20200621151235-4-166922/tiba-tiba-merapi-meletus-dan-lontarkan-abu-setinggi-6-km|title=Tiba-tiba, Merapi Meletus dan Lontarkan Abu Setinggi 6 KM|date=2020-06-21|work=[[CNBC Indonesia]]|language=en|access-date=2020-06-21|last=Dob}}</ref>
Baris 182:
Pada Laporan Aktivitas Gunung Merapi Periode Bulan November 2020 yang diterbitkan oleh BPPTKG pada 30 November 2020, mendapat kesimpulan bahwa terdapat peningkatan aktivitas vulkanik G. Merapi berupa aktivitas kegempaan internal yang mencapai 400 kali/hari, laju deformasi mencapai 11 cm/hari, konsentrasi gas CO2 pada 21 November-30 November meningkat dengan nilai maksimal 675 ppm setelah sebelumnya pada awal bulan november hingga tanggal 20 November cukup konstan berada pada 525 ppm, serta perubahan morfologi puncak akibat intensifnya aktivitas guguran. Data pemantauan ini menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan.
Memasuki tahun 2021, aktivitas vulkanik semakin meningkat. Setelah semakin sering teramati runtuhan batuan lava sisa letusan terdahulu semakin tebalnya asap/uap putih dari puncak, pada hari Senin malam tanggal 4 Januari 2021 mulai teramati adanya titik api dan guguran material vulkanik (batu dan lava) yang berlanjut pada hari berikutnya. Pihak BPPTKG menyatakan bahwa fase erupsi telah dimulai.<ref>{{Cite news|date=Rabu, 06 Jan 2021|title=Gunung Merapi Fase Erupsi, Keluarkan Lava Pijar|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210106064255-20-589965/gunung-merapi-fase-erupsi-keluarkan-lava-pijar|work=[[CNN Indonesia]]|access-date=10 Januari 2021}}</ref><ref>{{Cite news|last=()|first=Pribadi Wicaksono|date=6 Jan 2021|title=Gunung Merapi Masuk Fase Erupsi, BPPTKG: Erupsi Eksplosif Bisa Setiap Saat|url=https://tekno.tempo.co/read/1420495/gunung-merapi-masuk-fase-erupsi-bpptkg-erupsi-eksplosif-bisa-setiap-saat|work=[[Tempo.co]]|access-date=10 Januari 2021|editor-last=Prima|editor-first=Erwin
== Vegetasi ==
Baris 190:
== Juru kunci ==
Karena Gunung Merapi sangat disakralkan, [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]] memiliki seorang [[juru kunci]] yang bertugas menjaga gunung dan melindungi masyarakat yang tinggal di bawahnya. Seorang [[abdi dalem]] [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]] ditunjuk langsung oleh Sultan untuk mengisi jabatan tersebut. Juru kunci Merapi saat ini adalah Mas Bekel Anom Suraksosihono, atau Mas Asih menggantikan ayahnya [[Mbah Maridjan]] yang meninggal dalam erupsi gunung Merapi pada tahun 2010.<ref>{{Cite news|title=Putra Mbah Maridjan Jadi Juru Kunci Merapi|url=http://nasional.news.viva.co.id/news/read/212799-putra-mbah-maridjan-jadi-juru-kunci-merapi|work=[[VIVA.co.id]]|accessdate=23 Februari 2017|date=2011-04-03}}</ref>
== Rute pendakian ==
|