Benteng Baluwerti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 54:
Agar pergerakan dan mobilitas warga, prajurit keraton, dan [[abdi dalem]] lainnya lebih leluasa, setiap sisi benteng memiliki struktur [[Pelengkung|''plengkung'']]. Dinamakan ''plengkung'' karena struktur lubang-lubang pada bangunan ini memiliki penampang bulat, mirip dengan viaduk. Pada bagian dalam plengkung terdapat sebuah kap lampu berbahan bakar minyak tanah/gas, tetapi sudah tak lagi digunakan. Untuk alasan visibilitas pengendara pada malam hari, lampu LED dipasang di sisi luarnya. Setiap plengkung ini dahulu memiliki jembatan gantung, yang diangkat pada jam 20.00 hingga dibuka lagi jam 05.00 dan biasanya ditandai dengan suara [[trompet]] dan [[tambur]] (drum) oleh prajurit-prajurit Keraton.<ref name=":0" /> Nama-nama plengkung tersebut adalah Tarunasura, Jagasura, Jagabaya, Madyasura, dan Nirbaya. Saat ini hanya ada dua plengkung yang benar-benar utuh.
 
=== Plengkung Tarunasura ===
Plengkung Tarunasura, lebih dikenal sebagai Plengkung Wijilan, merupakan plengkung yang lokasinya berada di sayap timur Alun-alun Utara. Tepatnya melewati Jalan Ibu Ruswo lalu berbelok ke arah kanan jika kendaraan bergerak dari Alun-alun. Plengkung ini dapat disebut sebagai "pintu gerbang" menuju pusat rumah makan [[gudeg]] yang kini menjadi masakan legendaris Yogyakarta. Secara etimologis, ''tarunaśura'' berarti "pemuda pemberani" dalam bahasa Jawa kuno. Hal ini diyakini bahwa dahulu plengkung ini dijaga oleh prajurit-prajurit taruna (muda).
 
=== Plengkung Jagasura ===
Plengkung Jagasura, lebih dikenal sebagai Plengkung Ngasem, merupakan plengkung yang lokasinya berada di sayap barat Alun-alun Utara. Jika kendaraan berjalan dari arah alun-alun, belok kiri ketika menemui perempatan Kauman. Secara etimologis, ''jagaśura'' berarti "pasukan penjaga yang pemberani". Hal ini mengingat adanya "ruang pribadi Sultan", yaitu [[Taman Sari Yogyakarta|Taman Sari]] yang dapat diakses melalui Jalan Ngasem, sehingga harus dijaga ketat oleh prajurit keraton.
 
=== Plengkung Jagabaya ===
Plengkung Jagabaya, lebih dikenal sebagai Plengkung Tamansari, adalah plengkung di sisi barat benteng. Lokasinya berada di perempatan yang menghubungkan Jalan Kadipaten, Jalan [[Wahid Hasjim|K.H. Wahid Hasyim]], dan Jalan [[Siswondo Parman|Letjend. S. Parman]]. Plengkung ini kini digantikan dengan sebuah gapura. Kata ''jagabaya'' berarti "menjaga dari marabahaya", menggambarkan tugas dan fungsi pasukan pengamanan Sultan, mengingat Taman Sari masih berstatus sebagai "ruang pribadi" Sultan.
 
=== Plengkung Madyasura ===
Plengkung Madyasura, lebih dikenal sebagai Plengkung Gondomanan di sisi timur benteng. Lokasinya berada di pertigaan yang menghubungkan Jalan Brigjend Katamso dengan Jalan Mantrigawen. Plengkung ini juga disebut sebagai "Plengkung Buntet (tersumbat)", karena plengkung ini ditutup penuh pada saat peristiwa Geger Sepoy yang memporakporandakan sisi timur benteng Keraton.<ref name=":0" /> Sejak pemerintahan [[Hamengkubuwana VIII]], plengkung ini berubah wujud menjadi gapura.
 
=== Plengkung Nirbaya ===
Plengkung Nirbaya, lebih dikenal dengan nama Plengkung Gading, berlokasi di perempatan yang menghubungkan Jalan Gading, Jalan M.T. Haryono, Jalan Mayjend Sutoyo, dan Jalan [[D.I. Pandjaitan]]. Jalan D.I. Pandjaitan ini terus mengarah ke selatan hingga [[Panggung Krapyak]]. Pada masa lalu, khusus untuk Sultan yang bertakhta, tidak diperbolehkan keluar masuk plengkung ini seumur hidupnya. Hal ini karena plengkung ini adalah jalan akses bagi jenazah Sultan yang telah mangkat menuju [[Pemakaman Imogiri]]. Namun sebaliknya, masyarakat sekitar plengkung yang wafat tidak boleh melewati plengkung ini ketika akan dimakamkan dan harus mencari jalan lain, meskipun jarak rumahnya sangat dekat dengan plengkung ini. <ref>{{Cite web|url=https://krjogja.com/web/news/read/3144/Lima_Plengkung_Kraton_yang_Sarat_Sejarah|title=Lima Plengkung Kraton yang Sarat Sejarah|website=krjogja.com|language=en|access-date=2019-08-10}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://krjogja.com/web/news/read/26484/Simpan_Banyak_Cerita_Plengkung_Wijilan_Jadi_Legenda|title=Simpan Banyak Cerita, Plengkung Wijilan Jadi Legenda|website=krjogja.com|language=en|access-date=2019-08-10}}</ref>
 
== Referensi ==