Hamengkubuwana II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Baris 65:
Hamengkubuwana II sendiri sejak awal bersikap anti terhadap [[Belanda]]. Ia bahkan mengetahui kalau [[VOC]] sedang dalam keadaan bangkrut dan bobrok. Organisasi ini akhirnya dibubarkan oleh pemerintah negeri [[Belanda]] akhir tahun [[1799]].
 
Sejak tahun 1808 [[Herman Willem Daendels|Herman Wilem Daendels]] menjadi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubermur Jenderal Hindia Belanda]]. Daendels dikenal sebagai gubernur jenderal yang anti feodalisme. Ia menerapkan aturan baru tentang sikap yang seharusnya dilakukan raja-raja [[Jawa]] terhadap ''minister'' (istilah baru untuk ''residen'' ciptaan Daendels) seperti minister berhak memakai simbol-simbol kekuasaan serta kebesaran seperti yang dipakai oleh raja-raja Jawa di dalam [[keraton]]. Minister juga tidak perlu melakukan aturan menurut tradisi Jawa yang merendahkan martabatnya seperti melepas topi, bersila dan duduk lebih rendah dari raja atau mempersembahkan sirih dan tuak kepada raja Jawa. Selain itu, Daendels memerintahkan agar segera menggantikan peraturan tata upacara lama dengan yang baru di keraton Jawa.<ref> {{cite journal|title= Sultan Hamengku Buwono II:Pembela Tradisi dan Kekuasaan Jawa|author= Djoko Marihandono|journal= Makara|volume= 12|number= 1|year= 2008|issn= 2355-794X|page=31|publisher= Universitas Indonesia|url= http://hubsasia.ui.ac.id/old/index.php/hubsasia/article/view/134}} </ref> Hamengkubuwana II menolak mentah-mentah peraturan ini karena dianggap merendahkan derajatnya. Sedangkan [[Pakubuwana IV]] menerima dengan taktik tersembunyi, yaitu harapan bahwa [[Belanda]] akan membantu [[Surakarta]] menaklukkan [[Yogyakarta]].
 
Hamengkubuwana II juga bersitegang dengan Patih Danureja II yang dekat dengan [[Belanda]]. Ia memecat Danureja II dan menggantinya dengan [[Pangeran Natadiningrat]], putra [[Pangeran Natakusuma]] (adik Hamengkubuwana II). Kemudian Hamengkubuwana II juga merestui pemberontakan menantunya, yaitu Raden Rangga Prawiradirjo III (Raden Ronggo), bupati wedana [[Madiun]] yang menentang pemanggilan dirinya ke [[Kota Bogor|Bogor]] akibat kasus kerusuhan di [[Ngebel, Ponorogo|Ngebel]] dan Sekedok, berkaitan dengan pemaksaan penyerahan hak pengelolaan hutan kesultanan oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].