M.M.R. Kartakusuma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k clean up
Baris 17:
[[Berkas:HUT ABRI 1968.jpg|jmpl|kiri|Kartakusuma sebagai Kashankam RI berada di tengah-tengah Kepala Staf Angkatan dan Kapolri]]Setelah tragedi Gerakan 30 September 1965 yang ddilancarkan PKI berakibat gugur 7 Jenderal Pahlawan Revolusi, setiap angkatan yang selama ini berdiri sendiri di bawah panglima angkatannya masing-masing kemudian diintegerasikan dalam hankam dan ABRI. Dalam upaya integrasi keempat angkatan (TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI) dalam wadah organisasi ABRI tersebut, Kartakusuma turut andil sebagai formatur, di mana Mayjen TNI Rachmat Kartakusuma dipercaya sebagai Kepala Staf Hankam.
 
Pada awalnya terhitung mulai 27 April 1966 Rachmat Kartakusuma diangkat sebagai pejabat Kepala Staf Hankam (Kashankam) sesuai surat keputusan Waperdam Hankam No. KEP/E/7/1966.
 
Ketika ditunjuk sebagai Kashankam, di tahun 1966 MPRS melaksanakan sidang. Terkait dengan pelaksanaan sidang umum MPRS tersebut maka Mayjen TNI Rachmat Kartakusuma dipercaya mewakili partai Golkar Angkatan Darat untuk mengikuti sidang MPRS tersebut.
Baris 26:
 
=== Sering Menolak Kesempatan ===
Selain pernah menolak jabatan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung, Rachmat Kartakusuma merupakan seorang perwira tinggi yang idealis dan sering menolak pada masanya, di mana ia sempat ditawarkan posisi menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1960-an namun ia menolak dengan alasan dirinya belum siap. Kemudian pada 1976 tepat 1 tahun setelah ia pensiun dari karier militernya, ia sempat ditawarkan kembali untuk memegang posisi Direktur Utama [[Pertamina]] oleh Presiden, namun ia beranggapan bahwa jangan semua organisasi maupun instansi di Pemerintahan diisi oleh pejabat TNI, akhirnya keputusan tersebut diterima oleh Presiden dan jabatan tersebut diberikan kepada Piet Haryono.
 
Tidak hanya itu, karena pengabdiannya kepada TNI, Rachmat Kartakusuma sempat diberikan sebuah penghargaan dalam bentuk pemberian rumah di kawasan [[Menteng, Jakarta Pusat]] dua kali di Jalan Teuku Umar dan Jalan Gondangdia, dan lagi-lagi kesempatan tersebut ditolaknya, ia beralasan karena ia sudah memiliki 1 rumah untuk ia tinggal bersama keluarganya, dan dirasa cukup tidak membutuhkan lebih. Rachmat Kartakusuma selalu menekankan kepada istri dan anak-anak hingga cucu-cucunya bahwa kita hidup untuk tidak memanfaatkan jabatan maupun kekuasaan, dan bekerjalah sebaik-baiknya sesuai dengan tanggung jawab.
 
==Referensi==