Pangkalan Udara Suryadarma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Baris 67:
Sejarah pangkalan ini bisa dibagi menjadi tiga periode, yaitu masa sebelum kemerdekaan yang bisa dibagi dua, masa pendudukan [[Belanda]] dan masa pendudukan [[Jepang]]. Dalam periode ini pangkalan ini bernama Lanud Kalidjati.
 
Periode berikutnya adalah masa kemerdekaan [[Republik Indonesia]], dimanadi mana pada masa ini, masih juga bernama Lanud Kalidjati.
 
Periode ketiga diawali dengan perubahan namanya menjadi Lanud Suryadarma, sebagai penghargaan kepada bapak [[AURI]], [[Marsekal]] [[TNI]] [[Suryadi Suryadarma|Rd. Suryadi Suryadarma]].
Baris 77:
Sejarah lanud ini, diawali sejak tanggal [[30 Mei]] [[1914]] ketika [[Belanda]] membangun satuan udara bernama '''''[[PVA (Proef Vlieg Afdeling)]]''''' atau [[PVA (Proef Vlieg Afdeling)|Bagian Penerbangan Percobaan]] sebagai bagian dari [[Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (''[[Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger]]'', [[ML-KNIL]]). Sejak itulah lapangan terbang di [[Kalijati, Subang|Kalijati]] beroperasi, dengan kondisi yang sangat sederhana. Lapangan udaranya masih berupa rumput dan bangsal-bangsal dari bambu.<ref name=":0" />{{sfn|Arifa Chaniago|2019|p=02}} Fasilitas dan bangunan selesai dibangun pada tahun [[1917]] termasuk gedung markas Pangkalan, tetapi untuk gedung markas Lanud yang ditempati sekarang ini di bangun tahun [[1962]].
 
Pada masa itu [[Perang Dunia II]] kian berkecamuk di [[Eropa]] dan berdampak ke pemerintahan [[Belanda]] di [[Indonesia]]. Hal ini mengakibatkan [[PVA (Proef Vlieg Afdeling)|PVA]] mengalami kesulitan untuk merealisasikan rencananya mendapatkan pesawat dari [[Eropa]] sehingga mencari jalan lain dengan mendatangkan [[pesawat terbang air]] dari [[Amerika Serikat]] sebanyak 2 (dua) buah pesawat [[Glenn L. Martin Company|Glenn Martin TE/TA/TT/R]] dan untuk sementara ditempatkan di Pangkalan [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]] untuk menghemat pengadaan lapangan terbang.<ref name=":1">{{Cite book|title=Blue skies, orange wings : the global reach of Dutch aviation in war and peace, 1914-1945|url=https://www.worldcat.org/oclc/921310620|location=Grand Rapids, Michigan|isbn=9780802848703|oclc=921310620|first=Noppen,|last=Ryan,}}</ref> Pesawat ini memiliki keterbatasan, dimanadi mana ia hanya oleh mesin [[Hall Scott]] 140 [[Daya kuda]] yang tidak berfungsi dengan maksimal di negara-negara beriklim [[tropika]] seperti [[Indonesia]].<ref name=":1" />
 
Namun [[PVA (Proef Vlieg Afdeling)|PVA]] masih berkeinginan untuk memiliki [[Pesawat terbang|pesawat terbang darat]], sehingga pesawat-pesawat [[Glenn L. Martin Company|Glenn Martin]] yang dibeli dari [[Amerika Serikat]] ditempatkan di Pangkalan Udara Kalijati dengan menambahkan roda di pesawatnya.{{sfn|Arifa Chaniago|2019|p=06}} Maka sejak itulah lapangan terbang ada di Kalijati, walaupun masih dalam taraf yang sederhana sekali yaitu berupa lapangan terbang rumput dan bangsal dari bambu, karena belum mempunyai hanggar maka pesawat-pesawat tersebut cepat mengalami kerusakan.
Baris 124:
# [[Kapten (TNI)|Kapten Udara]] Tugio Karto Sandjojo ([[1950]] - [[1957]])
# [[Letnan Satu (TNI)|Letnan Udara Satu (LUS)]] A. Basuki ([[1951]] - [[1952]])
# [[Kapten (TNI)|Kapten Udara]] Mantiri ( [[1952]] - [[1953]])
# [[Letnan Satu (TNI)|Letnan Udara Satu (LUS)]] Suharyo ([[1953]] - [[1956]])
# Nursain Nurya Kusuma ([[1956]] - [[1957]])