Korea International Cooperation Agency: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alit Mbarep (bicara | kontrib)
k Pranala luar: website terbaru KOICA Indonesia
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Baris 9:
KOICA beradaptasi dengan secara efektif menggunakan sumber daya keuangan yang terbatas untuk memfokuskan bantuan pada area di mana Korea memiliki keunggulan komparatif.
 
Secara khusus, Korea memiliki pengalaman unik dimanadi mana Korea berkembang dari salah satu negara termiskin di dunia menjadi salah satu yang paling maju secara ekonomi. Hal ini ditunjukkan oleh masuknya Korea ke dalam OECD / DAC (Development Assistance Committee) pada tanggal 25 November 2009. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh Korea dari transisi ini adalah aset berharga yang memungkinkan KOICA untuk secara efisien mendukung pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dari negara-negara mitra dan menawarkan mereka harapan untuk dunia yang lebih baik.
 
 
Baris 23:
Pemerintah meluncurkan berbagai proyek pembangunan infrastruktur, tetapi mereka membutuhkan sejumlah besar investasi. Namun, jumlah bantuan hibah menurun dan tingkat tabungan domestik masih sedikit. Sebagai akibatnya, pemerintah mengambil sejumlah besar pinjaman komersial dan konsesional konstruktif, serta teknologi baru dari luar negeri.
 
Bantuan asing pada tahun 1960 berfungsi sebagai sumber utama modal dan investasi dan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan manajemen dan teknologi industri. Donor utama selama tahun-tahun termasuk International Development Associations (IDA), the United Nations Development Programme (UNDP), the World Bank, the Asian Development Bank (ADB), dan lembaga bilateral seperti Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional ( USAID ) dan Overseas Economic Cooperation Fund ( OECF ) Jepang .
 
 
Baris 39:
Pada awal 1980-an, pemerintah Korea merancang program dengan tujuan untuk berbagi pengalamannya perkembangan yang cepat dan dinamis berdasarkan semangat kerjasama Selatan-Selatan. Banyak yang percaya bahwa pengalaman Korea bisa sangat membantu dalam membantu negara-negara berkembang lainnya.
 
Pada tahun 1982, International Development Exchange Program ( IDEP ) mulai mengundang pejabat pemerintah dan pembuat kebijakan untuk berpartisipasi dalam program pelatihan yang terdiri dari kuliah, seminar, lokakarya, dan kunjungan lapangan.
 
Program kerjasama teknis pemerintah, termasuk IDEP, mulai populer di kalangan negara-negara berkembang, dan didorong oleh suatu permintaan, pemerintah Korea berusaha untuk membuat saluran lebih konsisten dan sistematis untuk kerjasama pembangunan.