Aksara Meroi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bulandari27 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Baris 33:
Dia juga mencatat bahwa vikal e sering dihindari. Ini sering terjadi pada akhir kata pinjaman Mesir yang tak memiliki vokal akhir di bahasa Koptik. Dia meyakini bahwa e berfungsi sebagai schwa [ə] dan tanda "penghilang" yang menandai ketiadaan huruf vokal. Maka, huruf '''m''' saja dibaca [ma], sementara rangkaian '''me''' dibaca [mə] atau [m]. Beginilah aksara Ge'ez digunakan sekarang. Pakar lain seperti Hitza dan Rilly menerima pendapat ini, atau memodifikasinya sehingga ''e'' dapat menyatakan [e] atau schwa–kosong.
 
Sudah lama menjadi misteri bagi pakar epigrafi mengapa aturan suku kata yang mendasari aksara ini, dimanadi mana setiap konsonan dianggap diikuti oleh huruf vokal a, harus mempunyai huruf khusus untuk konsonan yang diikuti huruf ''e''. Abugida campuran–suku kata tidak ditemukan di abugida India ataupun Ethiopia. Aksara (runcing) Persian Kuno agak mirip dengan ini, dengan lebih dari satu huruf vokal inheren, tetapi bukanlah abugida karena huruf vokal non-inheren ditulis dengan huruf lengkap, dan kerap dilebihkan penulisannya setelah vokal inheren selain /a/.
 
=== Millet dan Rowan ===
Millet (1970) mengajuikan teori bahwa huruf ''e'' Meroitik adalah huruf vokal ephentetik untuk memisahkan rentetan konsonan yang tak bisa diucapkan dalam bahasa Meroitik, atau timbul setelah konsonan final Mesir seperti ''m'' dan ''k'' yang tak ada dalam Meroitik. Rowan (2006) melanjutkan dugaan ini dan berpendapat bahwa lambang ''se, ne,'' dan ''te'' bukanlah suku kata, tetapi berdiri untuk konsonan /s/, /n/, dan /t/ pada akhir kata atau morfem (ketika diikuti oleh determinator), dia berpendapat bahwa akhir Meroitik dibatasi kepada konsonan alveolar seperti itu. Contoh bahasa Koptik ⲡⲣⲏⲧ ''prit'' "agen", yang dalam bahsa Meroitik diterjemahkan menjadi ''perite (pa-e-ra-i-te).'' Jika Rowan benar dan kata itu dibaca /pᵊrit/, maka Meroitik akan menjadi abugida berciri umum saja. Dia mengatakan kalau Meroitik memiliki tiga vokal, /a i u/, dan /a/ dinaikan menjadi seperti [e] atau [ə] setelah konsonan alveolar /t s n/, menjelaskan mengapa tak ada orografi ''t, s n'' yang diikuti huruf vokal ''e.''
 
Sangat jarang menemukan rangkaian [[konsonan|K]][[Vokal (linguistik)|V]]K, dimanadi mana kedua konsonan ialah labial atau keduanya velar. Ini mirip dengan batasan konsonan yang ditemukan di rumpun bahasa Afro-Asia, memberi ide kepada Rowan bahwa ada kemungkinan Meroitik merupakan bahasa Afro-Asia seperti Mesir.
 
Rowan tidak setuju kalau sistem ini sepenuhnya alfabetik, dan mengusulkan kalau lambang ''te'' juga berfungsi sebagai deteminatif untuk nama tempat, karena ia sering muncul di akhir nama rempat yang diketahui tak memiliki huruf /t/. Dalam kasus lain, ''ne'' mungkin menandai nama anggota kerajaan atau Tuhan.