Pada masa pemerintah [[Hindia Belanda]], kota [[Pasuruan]] dan kota [[Probolinggo]] merupakanadalah sentra dari produksi [[gula]]. Kota [[Pasuruan]] dikenal sebagai pusat percobaan [[gula]] dan kota [[Probolinggo]] menjadi sentra distribusi dan pengapalan produksi [[gula]], [[tembakau]] dan [[beras]]. Sebagai sentra distribusi dan perdagangan perantara, kedua kota tersebut mempunyai letak yang berfungsi dengan baik, dilengkapi dengan dermaga dan gudang-gudang pengiriman barang. Untuk mempermudah distribusi barang di kota [[Pasuruan]] dan kota [[Probolinggo]], Pemerintah [[Hindia Belanda]] memberikan konsesi kepada perusahaan kereta api swasta [[Pasoeroean Stoomtram Maatschappij]] (PsSM) pada tahun 1893 dan perusahaan kereta api swasta [[Probolinggo Stoomtram Maatschappij]] (PbSM) pada tahun 1894. PsSM mendapat konsesi untuk membangun jalan rel di kota [[Pasuruan]] dan sekitarnya hingga ke Wonorejo. Pada tahun 1896 - 1912, PsSM telah berhasil membangun jalan rel dengan total panjang 32 km. PbSM mendapat konsesi untuk membangun jalan rel di kota [[Probolinggo]] dan sekitarnya hingga ke [[Kraksaan, Probolinggo|kota Kraksaan]] dan [[Paiton, Probolinggo]]. Pada tahun 1897 – 19121897–1912, PbSM telah berhasil membangun jalan rel dengan total panjang 41 km. Untuk melayani rute tersebut, PbSM mendatangkan 7 lokomotif [[B16|B 16]] sedangkan PsSM mendatangkan 10 unit lokomotif [[B16|B 16]]. 17 unit lokomotif uap [[B16|B 16]] didatangkan pada tahun 1896 - 1900 dari pabrik Hohenzollern (Jerman). Tram ini digunakan untuk angkutan penumpang dan barang/hasil bumi. Tram dengan lokomotif uap ini digunakan untuk menarik rangkaian gerbong barang yang berisi [[gula]].<ref>{{cite book |last1=Bagus Prayogo |first1=Yoga |author-link1= |last2=Yohanes Sapto |first2=Prabowo |author-link2= |last3=Radityo |first3=Diaz|date=2017 |title=Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. |url= |location=Yogyakarta |publisher=Jogja Bangkit Publisher |page=37|isbn=978-602-0818-55-9 |author-link=}}</ref>
Tram uap dengan susunan roda 0-4-0Tr merupakan lokomotif uap yang memiliki silinder berdimensi 230 mm X 300 mm dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Berat keseluruhan 13 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 30 km/jam
Pada masa pemerintahan [[Jepang]] di [[Indonesia]], 2 lokomotif [[B16|B 16]] milik PbSM dibongkar pada tahun 1942 (tidak diketahui alasan pembongkaran ini) sedangkan 2 lokomotif [[B16|B 16]] milik PsSM dipindah untuk beroperasi di rute Saketi – BayahSaketi–Bayah (80 km). Pemerintah [[Jepang]] membangun jalan rel rute Saketi – BayahSaketi–Bayah (80 km) pada tahun 1942-1945 untuk mengangkut batu bara dari tambang batu bara Cikotok ([[Banten]]). Saat itu, Bayah dikenal sebagai penghasil utama batu bara, yang digunakan untuk bahan bakar kereta api, kapal laut dan pabrik. Di akhir masa dinasnya, pada tahun 1977, masih dapat dijumpai 1 lokomotif [[B16|B 16]] yang beroperasi jalan rel milik perusahaan kereta api swasta Oost-[[Java]] Stoomtram Maatschappij (OJS). OJS memiliki jalan rel untuk tram di kota [[Surabaya]] dan sekitarnya dengan panjang 95 km. Dari 17 lokomotif [[B16|B 16]], saat ini masih tersisa 1 lokomotif [[B16|B 16]], yaitu [[B16|B 16]] 02 (milik PbSM, mulai operasional tahun 1897). [[B16|B 16]] 02 dipajang di dalam pabrik PT. INKA ([[Industri Kereta Api]]), kota [[Madiun]], [[Jawa Timur]].