Kesultanan Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bersih-bersih (via JWB) |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 24:
| image_flag = COLLECTIE TROPENMUSEUM Katoenen banier met Arabische kalligrafie TMnr 5663-1.svg
| capital = [[Cirebon]]
| common_languages = [[Bahasa
| government_type = [[Kerajaan konstitusional]] (adanya pepakem Cirebon)
| title_leader = Tumenggung, Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
Baris 306:
==== Pembagian wilayah taklukan antara [[kesultanan Banten]] dengan kesultanan Cirebon ====
Pasca perjanjian damai Cirebon dengan [[kerajaan Sunda|kerajaan Pajajaran]] pada tahun 1530 dan setelah [[kesultanan Banten]] berdiri pada tahun 1552, maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara dibagi dua. Menurut ''[[Carita Sajarah Banten]]'', [[Sunan Gunung Jati]]<ref>Djajadiningrat, Hoesein. 1983. Tinjauan kritis tentang sajarah Banten: sumbangan bagi pengenalan sifat-sifat penulisan sejarah Jawa. [[Jakarta]]: Djambatan</ref> pada abad ke 15<ref>[http://citarum.org/info-citarum/berita-artikel/319-sungai-citarum-sekilas-sejarah-banjir-dulu-hingga-sekarang-menuju-tujuan-bersama.html Staf Citarum.org. 2001. Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama. [[Bandung]]: Citarum.org]</ref> membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah Kesultanan Cirebon yang sekarang menjadi Kabupaten Karawang, [[Kabupaten Purwakarta]] dan [[Kabupaten Subang]] dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan [[Kesultanan Banten]] dengan nama ''Jayakarta''.<ref name=pudjiastuti1/><ref>[http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141121144424/http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta
Pada tahun 1568,<ref>Shahab, Yasmine Zaki. 1997. Betawi dalam perspektif kontemporer: perkembangan, potensi, dan tantangannya. [[Jakarta]] : Lembaga Kebudayaan Betawi</ref> Maulana Hasanuddin sebagai penguasa Banten yang juga membawahi wilayah Jayakarta mengangkat menantunya yaitu Kawis Adimarta (Tubagus Angke) suami dari Ratu Ayu Fatimah (anak ke enam dari Maulana Hasanuddin)<ref name=Adi1>Adi, Windoro. 2010. Batavia, 1740: menyisir jejak Betawi. [[Jakarta]] : Gramedia Pustaka Utama</ref> sebagai penguasa Jayakarta, sebelumnya, sejak peristiwa penaklukan ''Kelapa'' pada tahun 1527 hingga diangkatnya Kawis Adimarta pada tahun 1568, wilayah ini berada dibawah kekuasaan Fadillah Khan<ref>Aziz, Abdul. 2002. Islam & masyarakat Betawi. [[Tangerang Selatan|Ciputat]] : Logos Wacana Ilmu</ref>
|