Kesultanan Demak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k sdkt merapikan
Wic2020 (bicara | kontrib)
rw
Baris 1:
<!-- [[Gambar:Locator demak.png|thumb|right|300px|Letak pusat kerajaan Demak]] -->
'''Kesultanan Demak''' berdiri pada tahun [[1500]] M di Bintoro ([[Demak]]) oleh [[Raden Patah]], putra [[Prabu Brawijaya V]] dari [[Majapahit]] dengan putri Champa. Ia menjadi sultan bergelar [[Alam Akbar Al Fattah]] dan memerintah selama 18 tahun. Dalam pemerintahannya ia dibantu oleh [[Walisongo]].
'''Kesultanan Demak''', adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh [[Raden Patah]] pada tahun [[1478]]. Raden Patah (bergelar ''Alam Akbar Al Fattah'') adalah putra Raja Majapahit [[Brawijaya]], dengan ibu keturunan [[Champa]] (daerah yang sekarang adalah perbatasan Kamboja dan Vietnam). Saat itu pengaruh Majapahit telah memudar, dan wilayahnya hanya sebagian kecil Jawa Timur. Paden Patah meninggal tahun [[1518]], dan digantikan oleh menantunya, [[Pati Unus]]. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik iparnya, [[Sultan Trenggana]].
 
==Demak di bawah Sultan Trenggono==
Setelah meninggal Raden Patah diganti menantunya, [[Pati Unus]], yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor, karena ia pernah memimpin armada laut Demak melawan Portugis di Selat Malaka pada tahun [[1513]] dan [[1521]] M. Pati Unus hanya memerintah selama 3 tahun karena mati syahid tahun 1521 dalam perang dahsyat di laut Malaka melawan penjajah Portugis dan digantikan adik iparnya Pangeran Trenggono.
Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut [[Sunda Kelapa]] dari [[Pajajaran]] (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]], kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah [[Fatahillah]], pemuda asal Pasai ([[Sumatera]]), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun [[1546]] dalam sebuah pertempuran menaklukkan [[Pasuruan]], dan kemudian digantikan oleh [[Sunan Prawoto]]
 
==Kemunduran Demak==
Tahun [[1527]] atas jasa panglima perangnya [[Fatahillah]] berhasil mencegah pasukan Portugis yang hendak mendarat di Sundakelapa (kini Jakarta). Selama pemerintahannya banyak melakukan pembebasan ke daerah-daerah sekitarnya. Sultan Trenggono mati syahid dalam pembebasan Pasuruan. Sepeninggalnya terjadilah intrik dalam keluarga kesultanan Demak. Penggantinya [[Sunan Prawoto]] dibunuh oleh suruhan [[Aryo Penangsang]], adipati Jipangpanolan yang membalas dendam atas kematian ayahnya. Namun akhirnya Aryo Penangsang tewas di tangan [[Sutowijoyo]], putra angkat Joko Tingkir, menantu [[Sultan Trenggono]] yang diangkat jadi adipati di Pajang. Joko Tingkir memboyong pusaka keraton Demak ke Pajang dan sejak itu berakhirlah riwayat Demak sebagai kesultanan, dan berganti menjadi kadipaten.
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak mulus; Sunan Prawoto ditentang oleh adik Sultan Trenggono, [[Pangeran Seda Lepen]]. Pangeran Seda Lepen terbunuh, dan akhirnya pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan [[Arya Penangsang]], putera Pangeran Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak.
Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.
 
Arya Penangsang akhirnya dihabisi oleh pasukan [[Joko Tingkir]], menantu Sunan Prawoto. Joko tingkir memindahkan istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan [[Kesultanan Pajang]].
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
 
==Lihat pula==
* [[Kesultanan Pajang]]
* [[Walisongo]]
 
[[Kategori: Kesultanan Demak]]
[[Kategori: Sejarah Nusantara]]