Kali Cakung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.8
k →‎Sejarah: wikifisasi
Baris 98:
-->
== Sejarah ==
Kali Cakung terkait erat dengan [[Kali Jatikramat]] dan [[Kali Buaran]]. Ketiganya berkelok-kelok datang dari Bekasi dan saling terhubung hingga muara di Teluk Jakarta di kawasan Marunda melalui Cakung Drain. Kelok ini membuat sebagian warga Betawi yang bermukim di tepian Kali Cakung meyakini alur sungai dibuat oleh ular. Dulu, ketiga sungai itu sumber air untuk persawahan, bahkan bisa diminum. Sisa-sisa sawah terlihat di Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, dan di Kecamatan Cakung.<ref name=kompastigasungai>[http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/28/07510591/tiga.sungai.menghidupkan.timur.jakarta Tiga Sungai Menghidupkan Timur Jakarta], Kompas.com - 28 Mei 2016.</ref>
 
Ketika Saluran Irigasi Tarum Barat atau yang lebih dikenal dengan nama Kalimalang[[Kali Malang]] dibangun sejak tahun 1966, hanya Kali Cakung yang tak dilalui saluran pengalir air baku air minum dari [[Waduk Jatiluhur]] itu.<ref name=kompaskanaltimur/>
 
TahunPada tahun 1990, mulai banyak pendatang bermukim di Pulogebang, sehingga areal sawah berubah menjadi tempat tinggal. Sejak itu, Kali Cakung kerap meluap di musim hujan dan menyebabkan banjir tinggi.<ref name=kompastigasungai/> Penelitian evolusi lahan di DKI Jakarta oleh Pieter J Kunu dan H Lelolterry, dosen pertanian Universitas Pattimura, Ambon, menunjukkan bahwa hal ini disebabkan karena pembangunan kota yang membuat 85 persen lahan di Jakarta kedap air, sehingga air permukaan tak lagi dapat diserap tanah dan akibatnya terjadi banjir. Jalan keluarnya ialah menambah badan air buatan untuk menampung air permukaan, yaitu [[Banjir Kanal Timur]] yang selesai dibangun pada tahun 2010.<ref name=kompastigasungai/> Kanal ini memotong Kali Cakung, Buaran, Jati Kramat, Sunter, dan Cipinang, merupakan upaya teknologi mengatasi banjir, memberikan ruang bagi air di timur dan utara Jakarta. Sejak terpotong kanal, aliran air kelima sungai yang datang dari hulu kini bermuara di Kanal Timur. Sementara alur kelima sungai setelah terpotong kanal digunakan sebagai drainase pembuangan dari saluran-saluran permukiman dan industri. Dengan adanya Kanal Timur, ada banyak permukiman terselamatkan dari banjir.<ref name=kompastigasungai/> Sebelum kanal itu ada, setiap musim hujan Kali Cakung meluap dan merendam rumah-rumah penduduk sampai hampir 1 meter.<ref name=kompaskanaltimur/>
 
Setelah alur lama Kali Cakung di Pulogebang terpotong oleh Kanal Timur, dalam peta lama tergambar alur sungai kecil yang diidentifikasi sebagai Kali Cakung. Namun, di lapangan, alur sungai itu tak mudah ditemukan, karena hanya tersisa saluran air selebar sekitar 1 meter yang lebih menyerupai selokan, sekitar 300 meter dari bibir Kanal Timur. Alur Kali Cakung baru kembali melebar setelah beberapa ratus meter ke utara, seperti dijumpai di Jalan Rawa Kuning, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, hingga mencapai lebar 3 meter.<ref name=kompaskanaltimur/>