Istana Merdeka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 14:
| coordinates = {{coord|6|10|17.1|S|106|49|28.5|E|type:landmark|display=inline}}
}}
'''Istana Merdeka''' merupakan tempat resmi kediaman dan kantor [[Presiden Indonesia]] yang letaknya menghadap ke Taman [[Monumen Nasional]] ([[Monas]]) Jalan Medan Merdeka Utara, [[Jakarta]]. Awalnya istana ini digunakan sebagai tempat kediaman resmi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] hingga pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Istana dengan luas sekitar 2.400 m² ini terletak satu kompleks dengan [[Istana Negara]] dan [[Bina Graha]].
== Sejarah ==
Baris 29:
Pada awal masa pemerintahan [[Republik Indonesia]], Istana Merdeka sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) oleh Pemerintah [[Belanda]] pada [[27 Desember]] [[1949]]. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan [[Hamengkubuwono IX]], sedangkan kerajaan Belanda diwakili [[A.H.J. Lovink]], wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia.
Dalam upacara yang mengharukan itu [[bendera Belanda]] diturunkan dan [[bendera Indonesia]] dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: ''Merdeka!'' ''Merdeka!'' Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan Istana Merdeka.<ref name=merdeka />
Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada [[28 Desember]] [[1949]] Presiden [[Soekarno]] beserta keluarganya tiba dari [[Yogyakarta]] dan untuk pertama kalinya mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] [[17 Agustus]] di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950. Tercatat selain Presiden [[Sukarno]], yang mendiami istana ini adalah Presiden [[Abdurrahman Wahid]], Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]], dan Presiden [[Joko Widodo]].
|