Raden Machjar Angga Koesoemadinata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor kemungkinan mengubah tanggal lahir atau meninggal [ * ]
Baris 42:
}}
 
'''Raden Machjar Angga Koesoemadinata''' (sering ditulis ''Kusumadinata'', ''Kusumahdinata'', ''kusumah dinata'', ''Anggakusumadinata''; lebih dikenal dengan ''Pak Machjar'' atau ''Pak Mahyar''; {{lahirmati|[[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]]|7|12|1902|[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|9|4|1979}}) adalah seorang seniman dan [[musikolog]] [[Sunda]].

Ia dikenal sebagai pengarang lagu-lagu [[Sunda]], pendidik yang mengkhususkan diri dalam memajukan pendidikan seni-suara [[Sunda]], peneliti serta ahli teori musik [[Sunda]], pecipta sistem notasi nada Sunda [[da mi na ti la]] dan penemu sistem [[17 tangga nada]] [[Sunda]].
 
== Biografi ==
Baris 51 ⟶ 53:
Suatu titik balik penting dalam kariernya sebagai peneliti adalah pertemuannya dengan Mr. [[Jaap Kunst]], seorang [[etnomusikologi]] Belanda, antara tahun 1927-1929, yang sedang melakukan penilitian perbagai seni suara seluruh kepulauan Nusantara. Disini terjadi pertukaran ilmu, antara ilmu musik dari [[Jaap Kunst]] dan ilmu [[gamelan]] atau [[pelog]]-[[salendro]] dari Pak Machjar. Pada perioda inilah ia memahami lebih dalam konsep getaran suara serta cara mengukurnya dengan instrumen yang menyangkut konversi matematiknya ke sekala musik dengan menggunakan nilai [[logaritma]], [[konsep interval cents]] dari ''Ellis'' (1884) dan ''Hornbostel'' (1920) serta [[music rule]] dari ''Reiner''.
 
Tahun 1933, ia ditugaskan untuk membentuk pendidikan seni suara pada semua sekola-sekolah pribumi di Jawa barat dengan sistem [[da mi na ti la]]. Pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945) ia mengajar di sekolah guru kemudian dari tahun 1945 sampai 1947 ia bekerja sebagai guru ilmu alam, sejarah dan bahasa Inggris di (SMP/SMA) Bandung. Setelah itu ia diangkat menjadi kepala dari kantor Pendidikan (koordinator Pendidikan Rendah) di [[Sumedang]] (1947-1950) dan selajutnya ditugaskan untuk pendidikan seni-suara pada sekolah-sekolah rendah dan menengah [[Jawa Barat]] di [[Bandung]] (1950-1952). Selanjutnya ia bekerja staf ahli di Jawatan Kebudayaan Jawa Barat di Bandung. Kemudian pada tahun 1958 (sampai 1960), ia diangkat menjadi Direktur utama [[SMK Negeri 10 Bandung|Konservatori Karawitan (KOKAR) Bandung]]. Selebihnya ia adalah dosen luar biasa mengajar ilmu [[akustik]] dan [[gamelan]] di [[SMK Negeri 8 Surakarta|Konservatori Karawitan Surakarta]] (1953-1959).
 
Menikah degan ''Ibu Saminah'' salah seorang lulusan pertama sekolah guru wanita Van Deventer di Salatiga. Ia dikarunia 10 orang anak, namun sayang tidak ada yang menggeluti kesenian, tetapi kebanyakan berkecimpung dalam bidang ilmu alam; ''Machjeu Koesoemadinata'' (alm), ''Kama Kusumadinata'' (alm, ahli volkanologi pada Direktorat [[Vulkanologi]], Departemen Pertambangan), ''Ny Karlina Sudarsono'' (alm), ''dr. Soetedja Koesoemadinata'' (alm), ''Prof. Dr. R. Prajatna Koesoemadinata'' (guru besar emiritus dalam ilmu [[geologi]] [[ITB]]), ''Dr. Santosa Koesoemadinata'' (pensiunan peneliti biologi di Departemen Pertanian), ''dr. Rarasati Djajakusumah'' (alm), ''Prof. Dr. Roekmiati Tjokronegoro'', (gurubesar dalam ilmu kimia di [[Universitas Padjadjaran]]), ''Drs. Moehammad Sabar Koesoemadinata, MSP.'' (ahli Geologi Kwarter pada Pusat Penelitian dan Pengembangan [[Geologi]]), dan '' Ir. Margana Koesoemadinata'' (alm, ahli [[akustik]] di [[LIPI]] dan kemudian di KLH).
Baris 68 ⟶ 70:
Atas prakarsa dan bantuan dari Industri Pariwisata P.D. Provinsi [[Jawa Barat]], yang diketuai oleh ''R.A. Sjukur Dharma Kesuma'', pada tahun 1969 pak Machjar menciptakan [[gamelan]] yang diberi nama ‘Ki Pembayun’ (artinya si sulung) yang merupakan [[gamelan]] terbesar yang pernah ada di Indonesia. Gamelan ini dibuat untuk menunjukan penemuan teorinya sistem [[17 tangga nada]]. Selain Laras [[Salendro]], madenda, [[degung]], kobongan Mataraman, lagu-lagu yang bertangga nada musik Barat dapat dimainkan pada gamelan ini.
 
Walaupun [[gamelan]] Ki Pembayun secara teknik sukar dimainkannya karena merupakan sesuatu yang tidak umum dan membutuhkan waktu lama untuk pelatihannya, namun sebagai bahan kajian, keberadaannya sangat penting. Tidak sedikit para pemikir dari negara lain kagum atas munculnya gamelan tersebut. Menurut ahli [[etnomusokologi]] ''Andrew Weintraub'' (2001), munculnya [[gamelan]] selap yang berkembang sekarang, pada dasarnya merupakan pengaruh dari [[gamelan]] Ki Pembayun. Sangat disayangkan sekali [[gamelan]] Ki Pembayun kemudian hilang raib. Satu-satunya jejak yang tertinggal mungkin hanya dari permainan [[gamelan]] ini yang sempat direkam dan difoto oleh ''Dr. Margaret Kartomi'', profesor musik dari [[Universitas Monash|Monash University]], [[Australia]].
 
== Penghargaan ==