Reog: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Melindungi "Reog": Vandalisme berulang-ulang ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 1 Maret 2023 06.35 (UTC)) [Pindahkan=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 1 Maret 2023 06.35 (UTC)))
k clean up
Baris 12:
}}
[[Berkas:Reog Ponorogo, Surabaya 2018.jpg|jmpl|250px|Penari Reog Ponorogo]]
'''Reog'''<ref name="KBBI-reog" /> ([[aksara Jawa]]: ꦫꦺꦪꦺꦴꦒ꧀, ''Réyog'') adalah tarian tradisional dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], [[Jawa Timur]] dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur [[magis]], penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, dengan berat topeng mencapai 50-60kg50–60&nbsp;kg. Ditambah beberapa penari bertopeng dan ber[[kuda lumping]] dan Reog asli dari Indonesia <ref name="KBBI-reog">{{id}} Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia {{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/{{urlencode: reog|WIKI}}|title=Arti kata reog pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan|access-date=4 Maret 2020}}</ref>
 
== Tentang Reog ==
Baris 27:
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok,{{sfn|Timur|1978}} namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan [[Ki Ageng Kutu]], seorang abdi kerajaan pada masa [[Bhre Kertabhumi]], Raja [[Majapahit]] terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.<ref name="warisan-budaya-takbenda">{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=28|title=Reog Ponorogo|date=1 Januari 2013|author=|website=Warisan Budaya Takbenda|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|archive-url=https://web.archive.org/web/20200330082131/https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail=&detailTetap=28|archive-date=30 Maret 2020|dead-url=no|access-date=30 Maret 2020}}</ref> [[Ki Ageng Kutu]] murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja [[Majapahit]] yang berasal dari [[Tiongkok]], selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang [[korup]], ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan [[Majapahit]] akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar [[seni bela diri]] kepada anak-anak muda, [[ilmu kekebalan diri]], dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja [[Bhre Kertabhumi|Kertabhumi]] dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.{{sfn|Timur|1978}}<ref name="versi-reog">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/regional/read/3912923/pesan-sakral-di-balik-reog-ponorogo|title=Pesan Sakral di Balik Reog Ponorogo|date=10 Maret 2019|author=|website=Liputan6.com|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20200304151429/https://www.liputan6.com/regional/read/3912923/pesan-sakral-di-balik-reog-ponorogo|archive-date=4 Maret 2020|dead-url=no|access-date=4 Maret 2020}}</ref>
 
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "[[Singo Barong|Singa Barong]]", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Tiongkoknya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jathilan, yang diperankan oleh kelompok penari [[gemblak]] yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50 &nbsp;kg hanya dengan menggunakan giginya.{{sfn|Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta|1997|p=1-59}}<ref>Kaset video No. 24, 14/7/1991, arsip video milik Josko Petkovic.</ref> Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan [[Bhre Kertabhumi]] mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh [[warok]] dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan [[warok]]. Namun murid-murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari [[cerita rakyat Ponorogo]] yaitu [[Klono Sewandono]], [[Dewi Songgolangit]], dan [[Sri Genthayu]].<ref name="versi-reog" />
 
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kediri. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan [[Ponorogo]], Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong, dikawal oleh [[warok]] (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan [[Kediri]] dan Kerajaan [[Ponorogo]], dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.{{sfn|Timur|1978}}<ref name="versi-reog" />
Baris 43:
Adegan dalam seni Reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
 
Adegan terakhir adalah Singa Barong, di mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung [[merak]]. Berat topeng ini bisa mencapai 50–60 &nbsp;kg.<ref name="singo-barong">{{Cite web|url=https://www.solopos.com/reog-ponorogo-merak-reog-seberat-50-kg-pemain-harus-jalani-laku-ini-578786|title=Reog Ponorogo: Merak Reog Seberat 50 Kg, Pemain Harus Jalani Laku Ini|date=21 Februari 2015|editor=Aries Susanto|website=Solopos|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20200330082125/https://www.solopos.com/reog-ponorogo-merak-reog-seberat-50-kg-pemain-harus-jalani-laku-ini-578786|archive-date=30 Maret 2020|dead-url=no|access-date=30 Maret 2020}}</ref> Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti [[puasa]] dan [[tapa]].
 
== Tokoh-tokoh dalam seni Reog ==