Observatorium Bosscha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
k clean up
Baris 37:
'''Observatorium Bosscha''' adalah [[observatorium]] [[astronomi]] tertua di [[Indonesia]] yang terletak di [[Lembang, Bandung Barat|Lembang]], [[Kabupaten Bandung Barat]], [[Jawa Barat]]. Observatorium Bosscha mengoperasikan sekitar 12 teleskop termasuk tiga buah [[teleskop radio]] dengan [[Teleskop Refraktor Ganda Zeiss]] 0.6 meter sebagai teleskop terbesar yang dipasang di kubah.<ref name=":3">{{Cite web|title=Instrumen|url=https://bosscha.itb.ac.id/id/tentang/instrumen/|website=Observatorium Bosscha ITB|access-date=23 April 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Damaledo|first=Yandri Daniel|date=8 Juli 2019|title=Wisata Bandung: Observatorium Bosscha Wisata Edukasi Astronomi|url=https://tirto.id/wisata-bandung-observatorium-bosscha-wisata-edukasi-astronomi-edQ2|website=[[Tirto.id]]|language=id|access-date=23 April 2022}}</ref> Kode observatorium [[Persatuan Astronomi Internasional]] (IAU) untuk Observatorium Bosscha adalah 299.<ref>{{Cite web|title=List Of Observatory Codes|url=https://www.minorplanetcenter.net/iau/lists/ObsCodesF.html|website=Minor Planet Center|access-date=23 April 2022}}</ref>
 
Awalnya dibangun pada 1923 oleh Perhimpunan Bintang Hindia Belanda (NISV) dengan dukungan dana dari [[Karel Albert Rudolf Bosscha]], seorang pengusaha perkebunan [[teh]] di [[Malabar, Indonesia|Malabar]], Observatorium Bosscha diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada 1951 dan saat ini sepenuhnya dikelola oleh [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB).<ref name=":0">{{Cite book|last=Pusat Data dan Analisa Tempo|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=jJDVDwAAQBAJ|title=Jejak Bosscha di Papandayan|publisher=TEMPO Publishing|isbn=978-623-262-378-1|language=id|url-status=live}}</ref><ref name="Sejarah dan Profil">{{Cite web|title=Sejarah dan Profil|url=https://bosscha.itb.ac.id/id/tentang/profil/|website=Observatorium Bosscha ITB|access-date=23 April 2022}}</ref>
 
Pada 2004, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai [[Cagar Budaya Indonesia|Benda Cagar Budaya]]. Pada 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu [[Objek Vital Nasional]].<ref>{{Cite web|date=8 Oktober 2018|title=Observatorium Bosscha Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya Nasional|url=https://fmipa.itb.ac.id/id/observatorium-bosscha-ditetapkan-sebagai-cagar-budaya-nasional/|website=FMIPA ITB|access-date=23 April 2022}}</ref> Selanjutnya, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional pada 2017<ref>{{Cite web|titlename="Sejarah dan Profil|url=https://bosscha.itb.ac.id/id/tentang/profil/|website=Observatorium Bosscha ITB|access-date=23 April 2022}}<"/ref> dan peringkat Kabupaten pada 2021.<ref>{{Cite news|last=Pradana|first=Whisnu|date=16 Februari 2022|title=Observatorium Bosscha-Gua Pawon Ditetapkan Jadi Cagar Budaya|url=https://www.detik.com/jabar/budaya/d-5945001/observatorium-bosscha-gua-pawon-ditetapkan-jadi-cagar-budaya|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=23 April 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Haryanto|first=Adi|date=15 April 2022|title=Pemda KBB Tetapkan Observatorium Bosscha sebagai Bangunan Cagar Budaya|url=https://jabar.inews.id/berita/pemda-kbb-tetapkan-observatorium-bosscha-sebagai-bangunan-cagar-budaya|website=[[iNews]]|access-date=23 April 2022}}</ref> Meskipun demikian, Observatorium Bosscha mengalami kesulitan mengamati langit karena adanya [[polusi cahaya]] dari aktivitas permukiman di Lembang dalam beberapa dekade terakhir sehingga terancam tutup.<ref name=":0" />
 
== Sejarah ==
Baris 59:
Pada 1942, di tengah [[Perang Dunia II]], [[Kekaisaran Jepang]] [[Pendudukan Jepang atas Hindia Belanda|menyerbu dan menduduki Hindia Belanda]]. Pendudukan Jepang dengan cepat menggantikan pegawai pemerintahan kolonial dengan pejabat berkebangsaan Jepang atau Indonesia. Observatorium Bosscha kemudian dipimpin oleh Masashi Miyadi, seorang kapten muda Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang yang kemudian menjadi direktur Observatorium Astronomi Tokyo. Direktur sebelumnya, [[Aernout de Sitter]] ditahan di [[kamp konsentrasi Jepang]] dan meninggal dua tahun kemudian. Miyadi mengakui kerja Voûte di observatorium dan mengizinkan dia untuk membantu mengelola observatorium, bahkan melanjutkan penelitian terhadap [[bintang biner]].<ref name=":1" /> Dukungan kepada bidang astronomi dan biologi di Hindia Belanda mengacu pada ideologi politik Kekaisaran Jepang, yaitu [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Raya]]. Ideologi ini bercita-cita menciptakan [[modernitas]] Asia dengan gaya Jepang sebagai tandingan dari modernitas Barat.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1027945445|title=Kegagalan ilmuan Hindia Belanda.|last=Gross, Andrew.|isbn=978-602-9402-32-2|location=Komunitas Bambu|oclc=1027945445}}</ref> Ketika perang berakhir, Miyadi secara resmi menyerahkan observatorium ke Voûte.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Hidayat|first=Bambang|date=2000|title=Under a tropical sky: a history of astronomy in Indonesia|url=http://tri.astraatmadja.org/wp-content/uploads/2010/11/under_a_tropical_sky.pdf|journal=Journal of Astronomical History and Heritage|volume=3|issue=1|pages=53-57|access-date=2012-08-01|archive-date=2014-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20140410210807/http://tri.astraatmadja.org/wp-content/uploads/2010/11/under_a_tropical_sky.pdf|dead-url=unfit}}</ref> Namun, setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Indonesia menyatakan kemerdekaannya]], penduduk sekitar mengusir Voûte dari observatorium.<ref name=":1" />
 
Karena kondisi observatorium yang rusak setelah perang, Dr. Chris H. Hins, direktur selanjutnya, dikirim ke Indonesia oleh Belanda pada 1946 untuk memulihkan observatorium. Dia menemukan bahwa kondisinya seperti hutan dan butuh waktu 3 tahun bagi dia agar observatorium dapat berfungsi kembali seperti semula. Pada 1949, Hins digantikan oleh [[Gale Bruno van Albada]].<ref name=":2" />
 
Sejak Indonesia merdeka, NISV tidak memiliki dana yang cukup untuk terus mengelola observatorium. Sebuah kesepakatan diadakan pada 1948 antara NISV dengan Dekan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam [[Universitas Indonesia Bandung]], Th. M. Leeman untuk memindahkan kepemilikan observatorium. Pada 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada Pemerintah Indonesia dan Observatorium Bosscha resmi menjadi bagian dari Universitas Indonesia Bandung. Setelah [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB) berdiri pada 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.<ref name=":2" />
Baris 125:
 
{{ITB}}
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
 
[[Kategori:Bangunan cagar budaya di Indonesia]]