Nasi goreng (Indonesia): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lufialifah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Sejarah: clean up
Baris 32:
Pengaruh Tionghoa pada masakan Indonesia dapat dilihat pada mie goreng yang muncul bersamaan dengan diperkenalkannya teknik menggoreng yang membutuhkan penggunaan wajan Tiongkok. di Tiongkok, teknik menggoreng menjadi semakin populer selama Dinasti Ming (1368-1644 M). Pengenalan teknik menggoreng, panci Tiongkok, dan bahkan kecap mungkin telah terjadi sekitar atau setelah periode ini, pada abad ke-17. Kecap yang umum berasal dari Tiongkok abad ke-2, namun kecap (kecap manis) dikembangkan di Indonesia dengan tambahan gula aren lokal yang melimpah. Kecap manis dengan tambahan terasi merupakan unsur yang membedakan nasi goreng Indonesia dengan nasi goreng Tionghoa.
 
Selain pengaruh Tionghoa, ada teori lain yang menyatakan bahwa nasi goreng sebenarnya terinspirasi oleh [[hidangan Timur Tengah]] yang disebut ][[Pilaf]], yaitu nasi yang dimasak dengan kuah kaldu yang dibumbui. Saran ini cukup masuk akal dalam kaitannya dengan varian tertentu, yaitu nasi goreng kambing Betawi, yang menggunakan daging kambing atau kambing (biasanya disukai oleh orang Arab-Indonesia), rempah-rempah yang kaya dan minyak Samin (minyak lemak daging sapi), yang menunjukkan pengaruh Timur Tengah.
 
Nasi goreng dianggap sebagai bagian dari budaya India selama era kolonial. Penyebutan nasi goreng muncul dalam kesusastraan kolonial Hindia Belanda, seperti dalam cerita murid Hidjo karya Marco Kartodikoromo, yang dimuat di surat kabar Sinar Hindia tahun 1918. Disebutkan dalam buku masak Belanda tahun 1925 ''Groot Nieuw Vollemenggali Oost Indisch Kookbook''. Perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda pada saat itu telah meningkatkan popularitas nasi goreng ke dunia.