Sujatin Kartowijono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'jmpl|Sujatin Kartowijono '''Sujatin Kartowijono''' ({{lahirmati||9|5|1907||1|12|1983}}) adalah seorang aktivis perjuangan perempuan Indonesia dalam hal kesetaraan gender maupun kemerdekaan bangsa. == Kehidupan awal == Sujatin lahir tanggal 9 Mei 1907 di desa Kalimenur, Kabupaten Wates, Yogyakarta. Dia lahir dari keluarga berdarah priyayi. Bapaknya, Mahmud Joyohadinoro, menjadi pegawai di jawatan kereta api...' Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
k clean up |
||
Baris 4:
== Kehidupan awal ==
Sujatin lahir tanggal 9 Mei 1907 di desa [[Kalimenur]], Kabupaten [[Wates]], [[Yogyakarta]]. Dia lahir dari keluarga berdarah priyayi. Bapaknya, Mahmud Joyohadinoro, menjadi pegawai di jawatan kereta api Belanda. Sedangkan ibunya, Raden Ajeng Kiswari, seorang bangsawan yang dekat dengan Keraton Yogyakarta. Sujatin adalah anak keempat dari 5 bersaudara. Semua kakaknya adalah perempuan. Karena itu, ketika Sujatin masih dalam kandungan, bapaknya sangat mengharap anak laki-laki.
Sehingga, ketika Sujatin lahir, bapaknya agak kecewa. Sang bapak, yang tercekoki anggapan patriarkis itu, enggan untuk menggendong Suyatin. Sujatin mendengar kisah itu dari kakaknya ketika sudah menginjak [[Hollands Inlandsche School]]/HIS (sekolah dasar zaman Belanda). Saat itu, sebagai anak perempuan yang beranjak remaja, Suyatin merasakan langsung perlakuan yang tak adil karena faktor gender. Namun, Sujatin tak menyerah. Kisah pahit itu menjadi pendorong semangatnya. Dia percaya, pendidikan akan memperbaiki nasib perempuan. Karena itu, selain belajar di sekolah, Suyatin berteman dengan buku-buku.
Baris 50:
Kelanjutannya, pada Juni 1946, ada Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) yang diselenggarakan di Madiun, Jawa Timur. Di KOWANI, Sujatin ditunjuk sebagai ketua di Dewan Pimpinan Pusat.
Usai penyerahan kedaulatan, Perwari dan KOWANI aktif memperjuangkan isu-isu perempuan, termasuk memperjuangkan UU perkawinan yang demokratis dan berkeadilan.
Tahun 1950-an, Perwari terusik oleh praktek poligami di kalangan pegawai negeri sipil. Puncaknya, pada 1952, pemerintah membuat peraturan tentang pembagian uang pensiun untuk pegawai negeri yang memiliki istri lebih dari orang. Bagi Perwari, peraturan itu sama saja dengan melegitimasi poligami.
Tahun 1953, Sujatin ditunjuk sebagai Ketua Umum Perwari. Di bawah nahkodanya, Perwari berdiri paling depan menentang poligami.
Baris 60:
Belum selesai isu PP, tahun itu juga tersiar kabar rencana pernikahan [[Sukarno]] dengan [[Hartini]]. Sujatin dan Perwari meradang. Saat itu, tak banyak organisasi perempuan yang berani memprotes poligami Sukarno. Tetapi Sujatin dan Perwari berani memilih jalannya yang konsisten untuk menentang poligami. Perwari menunjuk Sujatin untuk menyampaikan protes langsung kepada Presiden Sukarno.
Di tahun yang sama, Perwari dan organisasi perempuan lainnya tengah berjuang keras untuk menghasilkan UU perkawinan yang demokratis.
Tahun 1960-an, Sujatin mulai mengurangi keterlibatannya di Perwari. Akan tetapi, perhatiannya pada isu-isu perempuan tidak pernah surut.
Baris 86:
== Referensi ==
{{reflist}}
{{indo-bio-stub}}▼
[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
▲{{indo-bio-stub}}
|