Teori konvergensi simbolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Xyalalaaalax (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Teori menggunakan HotCat
Xyalalaaalax (bicara | kontrib)
k menambkan materi artikel
Baris 8:
== Asumsi Dasar ==
Terdapat tiga aspek yang membentuk teori konvergensi simbolik yang pertama, penemuan dan penataan bentuk dan pola komunikasi yang terjadi secara berulang - ulang sehingga memunculkan kesadaran bersama kelompok secara evolutif, lalu yang kedua adalah adanya kecenderungan yang dinamis dalam sistem komunikasi yang menjawab alasan dari munculnya kesadaran dalam suatu kelompok. Kemudian yang ketiga adalah faktor - faktor yang menerangkan alasan keterlibatan orang - orang terlibat dalam tindakan berbagai fantasi. Selain ketiga aspek ini terdapat asumsi lainnya yaitu realistis diciptakan melalui komunikasi yang dapat menciptakan realistis melalui pengaitan kata - kata yang digunakan dengan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.  Dan yang kedua makna individu terhadap simbol dapat mengalami penyatuan kemudian dapat menjadi realitas bersama. Realitas yang terdapat pada teori ini dapat disusun narasi atau cerita yang menjelaskan bagaimana sesuatu harus dipercayai oleh orang - orang yang terlibat didalamnya.<ref>{{Cite journal|last=Oro|first=Epifanius Putra|last2=Andung|first2=Petrus Ana|last3=Liliweri|first3=Yohanes K. N.|date=2020-07-15|title=Konvergensi Simbolik Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok|url=https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JIKOM/article/view/2286|journal=Jurnal Communio : Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi|language=en|volume=9|issue=1|pages=1507–1522|doi=10.35508/jikom.v9i1.2286|issn=2745-5769}}</ref>
 
== Interaksi Simbolik ==
Pada hakikatnya esensi dari interaksi simbolik ini merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas pada manusia yang terdiri atas komunikasi atau pertukaran simbol yang memiliki makna. Melalui perspektif ini berusaha untuk memahami perilaku manusia yang dilihat dari sudut pandang subjeknya. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Pada dasarnya perspektif ini berdasarkan premis tertentu. Pertama individu melakukan respon terhadap interaksi simbolik yang dilakukan termasuk didalamnya lingkungan termasuk objek fisik maupun sosial di dalamnya. Yang dilakukan berdasarkan makna yang dikandung komponen - komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Akan tetapi, makna itu bersifat arbitrer (sembarang). <ref>{{Cite journal|last=F. . Elsakina|first=Raissa|date=2016/10|title=KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK
KOMUNITAS STAND UP INDO PEKANBARU|url=https://media.neliti.com/media/publications/207345-konvergensi-simbolik-dalam-komunikasi-ke.pdf|journal=JOM FISIP|volume=03|issue=02|pages=1-14}}</ref>
 
== Referensi ==