Kabupaten Pangandaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Wiraprayudha (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 54:
Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata ''andar'', ''andar-andar'', dan ''pangan + daharan''. ''Andar-andar'', dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dikarenakan daerah tersebut dahulu merupakan tempat yang dahulu dibuka oleh nelayan [[Suku Sunda]]. Selain itu etimologi kedua, ''pangan + daharan'' bermakna "tempat mencari nafkah," karena dengan melautlah mereka mencari nafkah.<ref>{{Cite web|last=|date=2019-11-04|title=Sejarah Singkat Berdirinya Kabupaten Pangandaran|url=https://seputarpangandaran.com/sejarah-singkat-berdirinya-kabupaten-pangandaran/|website=Seputar Pangandaran|language=id-id|access-date=2022-02-11}}</ref>
 
Dalam folklor yang dibuat masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat [[Pananjung, Pangandaran, Pangandaran|Desa Pananjung]] mulai dibuka oleh nelayan Suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah [[tanjung|daratan yang menjorok ke laut]] yang akan meredam gelombang ganas [[Samudra Hindia]] sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut kemudian menggunakan ''andar'' sebagai tempat untuk menyimpan perahu mereka. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah sebuah perkampungan yang diberi nama "Pangandaran".<ref name=":0">{{Cite news|title=Pangandaran dahulu merupakan pusat kerajaan?|url=https://daerah.sindonews.com/berita/847231/21/pangandaran-dahulu-merupakan-pusat-kerajaan|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-02-11}}</ref>
 
Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah [[tanjung|daratan yang menjorok ke laut]] yang akan meredam gelombang ganas [[Samudra Hindia]] sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut kemudian menggunakan ''andar'' sebagai tempat untuk menyimpan perahu mereka. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah sebuah perkampungan yang diberi nama "Pangandaran".<ref name=":0">{{Cite news|title=Pangandaran dahulu merupakan pusat kerajaan?|url=https://daerah.sindonews.com/berita/847231/21/pangandaran-dahulu-merupakan-pusat-kerajaan|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-02-11}}</ref>
Menurut Asep Nurdin Rosihan Anwar, para sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung" karena keberadaan ''tanjung'' tersebut dan juga tempat-tempat keramat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi ''pangnanjung-nanjungna'' (paling subur atau makmur). Pananjung kelak menjadi salah satu pusat kerajaan yang sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran|Putrapinggan]] sekitar abad ke-14 Masehi. setelah munculnya [[Kerajaan Pajajaran]] di [[Pakuan, Bogor Selatan, Bogor|Pakuan]]. Diperintah oleh Prabu Anggalarang, sayangnya Kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para perompak karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, di masa-masa paceklik.<ref name=":0" />
 
Menurut Asep Nurdin Rosihan Anwar, para sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung" karena keberadaan ''tanjung'' tersebut dan juga tempat-tempat keramat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi ''pangnanjung-nanjungna'' (paling subur atau makmur).
 
Menurut Asep Nurdin Rosihan Anwar, para sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung" karena keberadaan ''tanjung'' tersebut dan juga tempat-tempat keramat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi ''pangnanjung-nanjungna'' (paling subur atau makmur). Pananjung kelak menjadi salah satu pusat kerajaan yang sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran|Putrapinggan]] sekitar abad ke-14 Masehi. setelah munculnya [[Kerajaan Pajajaran]] di [[Pakuan, Bogor Selatan, Bogor|Pakuan]]. Diperintah oleh Prabu Anggalarang, sayangnya Kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para perompak karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, di masa-masa paceklik.<ref name=":0" />
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Boot bij het strand in de Maurits-baai TMnr 60016851.jpg|thumb|ki|Pantai Pangandaran pada tahun 1920-an.]]
Di masa pemerintahan [[Hindia Belanda]], Pangandaran menjadi bagian dari [[Sukapura|Kabupaten Sukapura]].<ref>{{Cite news|title=Cerita tentang Berpindah-pindahnya Ibu Kota Sukapura|url=https://daerah.sindonews.com/artikel/jabar/4936/cerita-tentang-berpindahpindahnya-ibu-kota-sukapura|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-02-11}}</ref>
 
Pada tahun 1922, Pananjung dijadikan taman baru oleh Y. Everen (Residen Priangan) pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa.

Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 ha.<ref name=":0" />
 
Pada tahun 1961 setelah ditemukannya ''Rafflesia patma'' status Pananjung berubah menjadi cagar alam. Dengan meningkatnya kebutuhan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37,70 ha dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan disekitarnya sebagai cagar alam laut (470 ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000 ha.<ref>{{Cite web|title=Cagar Alam Pananjung Pangandaran: Konservasi dan Situs Sejarah - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132577201/cagar-alam-pananjung-pangandaran-konservasi-dan-situs-sejarah|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2022-02-11}}</ref>