Krisis energi global 2021–2022: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Krisis energi global 2021–2022''' adalah gangguan atau kekurangan pada penyediaan pasokan sumber daya energi. Kondisi ini diawali dari ketidakcukupan persediaan<ref>{{Cite web|last=Effendy|first=Raymond Jackson|title=Paradoks Krisis Energi Global dan Kenaokan PNPB Kita|url=https://djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/malut/id/data-publikasi/artikel/3073-paradoks-krisis-energi-global-pnbp.html|website=DJPB Kemenkeu|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref> dan kenaikan harga [[bahan bakar]] yang terjadi setelah [[pandemi Covid-19]] dan diperburuk oleh invasi [[Rusia]] terhadap [[Ukraina]] pada Februari 2022.<ref name=":0">{{Cite web|title=Global Energy Crisis|url=https://www.iea.org/topics/global-energy-crisis|website=IEA|language=en-GB|access-date=1 Desember 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Effendy|first=Raymond Jackson|title=Paradoks Krisis Energi Global dan Kenaokan PNPB Kita|url=https://djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/malut/id/data-publikasi/artikel/3073-paradoks-krisis-energi-global-pnbp.html|website=DJPB Kemenkeu|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref> Abnormalitas iklim akibat pemanasan global juga menjadi mata rantai dari krisis energi global ini. Cuaca dingin ataupun panas yang ekstrem menyebabkan masalah pada beberapa sumber energi terbarukan.
 
[[Berkas:Natural_gas_prices_Europe_and_US.webp|ka|jmpl|400x400px|Harga [[gas fosil]] di [[Eropa]] dan [[Amerika Serikat]] tahun 2018-Juli 2022
Baris 16:
Pada tahun 2020, penurunan aktivitas industri dan kapasitas ekonomi serta diberlakukannya [[karantina wilayah]] di berbagai negara menyebabkan penurunan investasi di bidang energi. Tercatat penurunan secara umum sebesar 20% jika dibandingkan tahun 2019, dengan penurunan di [[Tiongkok]] sebesar 12%, Amerika Serikat 25%, dan Uni Eropa 17%. Masih di tahun yang sama, terjadi juga penurunan investasi di sektor industri minyak dan gas hingga 32,4% jika dibandingkan tahun 2019. Kondisi ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi, penurunan aktivitas industri dan pendapatan akibat rendahnya harga jual. Investasi sektor listrik juga turun sebesar 10.4% dibandingkan tahun 2019 akibat karantina wilayah.<ref>{{Cite web|title=World Energy Investment 2020 – Analysis|url=https://www.iea.org/reports/world-energy-investment-2020|website=IEA|language=|access-date=11 Desember 2022}}</ref>
 
Penurunan investasi di sektor industri dan sektor terkait, menyebabkan penurunan harga minyak di sekitar bulan Februari hingga Maret 2020 akibat menurunnya aktivitas transportasi dan terbatasnya cadangan di negara-negara penghasil minyak.<ref>{{Cite web|title=Covid-19 – Topics|url=https://www.iea.org/topics/covid-19|website=IEA|language=|access-date=11 Desember 2022}}</ref> Di berbagai negara Eropa seperti Jerman dan Inggris, harga listrik selama masa karantina wilayah juga mengalami penurunan akibat menurunnya permintaan sehubungan ditutupnya berbagai sentra bisnis dan industri. Selama masa pandemi, harga listrik rata-rata di Jerman adalah 17,60 euro/Mwh. Di periode yang sama harga listrik adalah 29,95 euro/Mwh (tahun 2017), 34,69 euro/Mwh (tahun 2018), dan 37,37 euro/Mwh (tahun 2019).<ref>{{Cite journal|last=Halbrügge|first=Stephanie|last2=Schott|first2=Paul|last3=Weibelzahl|first3=Martin|last4=Buhl|first4=Hans Ulrich|last5=Fridgen|first5=Gilbert|last6=Schöpf|first6=Michael|date=1 Maret 2021|title=How did the German and other European electricity systems react to the COVID-19 pandemic?|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0306261920317475|journal=Applied Energy|language=|volume=285|pages=15-136|doi=10.1016/j.apenergy.2020.116370|issn=0306-2619}}</ref> Penelitian analisis kuantitatif yang dilakukan oleh Zonghan Li dan kawan-kawan memperkirakan terdapat sekitar 1,62% penurunan konsumsi listrik di Jerman dan lima negara bagian Amerika Serikat ([[California]], [[Texas]], [[Florida]], [[New York (negara bagian)|New York]], dan [[Tennessee]]) akibat pandemi Covid-19.<ref>{{Cite journal|last=Li|first=Zonghan|last2=Ye|first2=Hongkai|last3=Liao|first3=Najia|last4=Wang|first4=Ruoxi|last5=Qiu|first5=Yang|last6=Wang|first6=Yumo|date=September 2022|title=Impact of COVID-19 on electricity energy consumption: A quantitative analysis on electricity|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8872829/|journal=International Journal of Electrical Power & Energy Systems|volume=140|pages=148-7349|doi=10.1016/j.ijepes.2022.108084|issn=0142-0615|pmc=}}</ref> Negara [[Eropa]], [[Afrika]], [[Amerika Utara]], [[Amerika Selatan|Amerika selatan]], dan [[Oseania]] ([[Australia]], [[Melanesia]], [[Mikronesia]], [[Polinesia]]) juga mengalami fluktuasi harga minyak yang signifikan hanya dalam kurun waktu 3 bulan di kisaran 11-39%.<ref>{{Cite journal|last=Christopoulos|first=Apostolos G.|last2=Kalantonis|first2=Petros|last3=Katsampoxakis|first3=Ioannis|last4=Vergos|first4=Konstantinos|date=11 Oktober 2021|title=COVID-19 and the Energy Price Volatility|url=https://www.mdpi.com/1996-1073/14/20/6496|journal=Energies|language=|volume=14|issue=20|pages=16-157|doi=10.3390/en14206496|issn=1996-1073}}</ref>
 
Pembatasan mobilisasi akibat pandemi di seluruh dunia menyebabkan penurunan angka penjualan kendaraan bermotor roda empat. [[Badan Energi Internasional]] (BEI) mencatat penurunan ini mencapai angka 50-80% di [[India]], Amerika Serikat, dan Tiongkok.<ref>{{Cite web|title=Oil – Global Energy Review 2020 – Analysis|url=https://www.iea.org/reports/global-energy-review-2020/oil|website=IEA|language=|access-date=11 Desember 2022}}</ref> Menyusul diumumkannya Covid-19 sebagai pandemi oleh [[Organisasi Kesehatan Dunia]] pada bulan Maret 2020, harga [[karbon]] di Uni Eropa mengalami penurunan hingga 20-30%.<ref>{{Cite journal|last=Steffen|first=Bjarne|last2=Egli|first2=Florian|last3=Pahle|first3=Michael|last4=Schmidt|first4=Tobias S.|date=17 Juni 2020|title=Navigating the Clean Energy Transition in the COVID-19 Crisis|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S254243512030180X|journal=Joule|language=|volume=4|issue=6|pages=1137–1141|doi=10.1016/j.joule.2020.04.011|issn=2542-4351}}</ref> Pandemi juga memengaruhi sektor [[energi terbarukan]] dengan diberhentikannya beberapa [[turbin angin]] utama untuk usaha pertanian.<ref>{{Cite web|last=Pontecorvo|first=Emily|date=16 Maret 2020|title=How Coronavirus Is Disrupting Solar and Wind Energy Production|url=https://www.rollingstone.com/politics/politics-news/how-coronavirus-is-disrupting-solar-and-wind-energy-production-967920/|website=Rolling Stone|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=McPhee|first=David|date=24 Maret 2020|title=Coronavirus ‘a crisis unlike anything the market has even seen’ for wind sector, Woodmac says|url=https://www.energyvoice.com/renewables-energy-transition/230431/coronavirus-a-crisis-unlike-anything-the-market-has-even-seen-for-wind-sector-woodmac-says/|website=Energy Voice|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref> Untuk [[pembangkit listrik tenaga surya]], di Amerika Serikat terdapat penurunan pemasangan perangkat yang sebelumnya 129,5 [[Watt|gigawatt]] berkurang hingga 106,4 gigawatt (turun sebesar 18%). Hal ini karena beberapa perangkat berasal dari Asia.<ref>{{Cite journal|last=Olabi|first=Valentina|last2=Wilberforce|first2=Tabbi|last3=Elsaid|first3=Khaled|last4=Sayed|first4=Enas Taha|last5=Abdelkareem|first5=Mohammad Ali|date=April 2022|title=Impact of COVID‐19 on the Renewable Energy Sector and Mitigation Strategies|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ceat.202100504|journal=Chemical Engineering & Technology|language=|volume=45|issue=4|pages=558–571563-564|doi=10.1002/ceat.202100504|issn=0930-7516|pmc=}}</ref> Menurut Fatih Birol, Direktur Eksekutif BEI , insentif dari pemerintah tidak dapat berbuat banyak terhadap kondisi sektor energi dan listrik karena lebih difokuskan untuk mengatasi pandemi dan segala dampaknya.<ref>{{Cite web|title=Put clean energy at the heart of stimulus plans to counter the coronavirus crisis – Analysis|url=https://www.iea.org/commentaries/put-clean-energy-at-the-heart-of-stimulus-plans-to-counter-the-coronavirus-crisis|website=IEA|language=en-GB|access-date=2022-12-11}}</ref>
 
=== Perang Rusia-Ukraina ===
Rusia merupakan pengekspor [[bahan bakar fosil]] terbesar di dunia. Untuk [[Gas fosil|gas alam]], Rusia menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat. Namun, perusahaan yang menghasilkan gas alam terbesar adalah Gazprom milik Rusia.<ref>{{Cite web|last=Carpenter|first=J. William|date=8 September 2022|editor-last=Kvilhaug|editor-first=Suzanne|title=The Top Natural Gas Companies in the World|url=https://www.investopedia.com/articles/markets/030116/worlds-top-10-natural-gas-companies-xom-ogzpy.asp|website=Investopedia|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref> Selain itu, Rusia juga merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia. Dengan total cadangan 38 triliun meter kubik atau sekitar 19% dari keseluruhan cadangan dunia, Rusia memiliki peran yang sangat vital. Hal ini karena gas alam merupakan sepertiga dari total kebutuhan energi di seluruh dunia.<ref>{{Cite web|title=Global natural gas demand set for slow growth in coming years as turmoil strains an already tight market|url=https://www.iea.org/news/global-natural-gas-demand-set-for-slow-growth-in-coming-years-as-turmoil-strains-an-already-tight-market|website=IEA|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Fawthrop|first=Andrew|date=15 Maret 2021|title=Top five countries with the biggest natural gas reserves|url=https://www.nsenergybusiness.com/features/biggest-natural-gas-reserves-countries/|website=NS Energy Bussiness|language=|access-date=12 Desember 2022}}</ref>
 
Invasi Rusia ke [[Ukraina]] membuat Uni Eropa menetapkan sanksi perdagangan terhadap Rusia. Salah satunya adalah larangan transportasi via laut untuk ekspor minyak mentah dan produk [[minyak bumi]] dari Rusia ke negara ketiga. Rusia merespons sanksi ini dengan menghentikan gas alamnya ke Eropa dengan menutup aliran pipa.<ref>{{Cite web|date=7 Oktober 2022|title=EU trade sanctions in response to situation in Ukraine|url=https://enterprise.gov.ie/en/Publications/EU-Trade-Sanctions-in-Response-to-Situation-in-Ukraine-.html|website=enterprise.gov.ie|language=|access-date=14 Desember 2022}}</ref> Rusia merespons sanksi ini dengan menghentikan gas alamnya ke Eropa dengan menutup aliran pipa.<ref>{{Cite web|last=Meredith|first=Sam|date=6 September 2022|title=Russia has cut off gas supplies to Europe indefinitely. Here's what you need to know|url=https://www.cnbc.com/2022/09/06/energy-crisis-why-has-russia-cut-off-gas-supplies-to-europe.html|website=CNBC|language=|access-date=14 Desember 2022}}</ref>
 
=== Abnormalitas iklim terhadap energi yang terbarukan ===
Baris 37:
 
=== Krisis pangan ===
Krisis energi global memberikan dampak yang besar terhadap industri pertanian dan makanan. Penggunaan mesin, pengolahan makanan, pengemasan, transportasi, dan distribusi memerlukan bahan bakar dan listrik. Industri [[pupuk]] sebagian besar menggunakan [[urea]] sebagai hasil konversi [[amonia]]. Keterlibatan gas alam dalam produksi amonia dan urea adalah sekitar 70-80%.<ref>{{Cite web|last=Levi|first=Peter|last2=Molnar|first2=Gergely|date=14 Juni 2022|title=How the energy crisis is exacerbating the food crisis – Analysis|url=https://www.iea.org/commentaries/how-the-energy-crisis-is-exacerbating-the-food-crisis|website=IEA|language=|access-date=14 Desember 2022}}</ref> Sehingga ketersediaan dan harga gas alam akan memengaruhi harga pupuk secara langsung.<ref name=":1">{{Cite web|date=4 Mei 2022|title=Global Report on Food Crisis 2022|url=https://docs.wfp.org/api/documents/WFP-0000138913/download/|website=World Food Programme|page=15|access-date=14 Desember 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Levi|first=Peter|last2=Molnar|first2=Gergely|date=14 Juni 2022|title=How the energy crisis is exacerbating the food crisis – Analysis|url=https://www.iea.org/commentaries/how-the-energy-crisis-is-exacerbating-the-food-crisis|website=IEA|language=|access-date=14 Desember 2022}}</ref>
 
Dalam laporan global tentang krisis pangan 2022, [[Program Pangan Dunia]] menyebutkan terdapat 570.000 orang di 4 negara yang berada di fase katastrofe pangan (fase 5), 39,2 juta orang di 36 negara berada di fase darurat pangan (fase 4), 133,1 juta orang di 41 negara berada di fase krisis pangan (fase 3), dan 263,2 juta orang di 41 negara berada di fase tertekan (fase 2).<ref name=":1" />