Ahmad Dahlan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) nama kecil beliau adalah Muhammad Darwis, jangan dihilangkan! Tag: Pembatalan |
||
Baris 16:
| native_name = أحمد دحلان
| native_name_lang = [[Bahasa Arab]]
| birth_name = Muhammad Darwis
| birth_date = {{Birth date|1868|8|1|df=y}}
| birth_place =
| death_date = {{Death date and age|1923|2|23|1868|8|1|df=y}}
| death_place = Yogyakarta, Kesultanan Yogyakarta, Hindia Belanda
Baris 41:
}}
'''Kyai Haji Ahmad Dahlan''' atau '''Muhammad Darwis''' ({{lang-ar|أحمد دحلان}}; {{lahirmati|[[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]|1|8|1868|[[Yogyakarta]]|23|2|1923}}) adalah seorang Ulama Besar bergelar [[Pahlawan Nasional Indonesia]] yang merupakan pendiri [[Muhammadiyah]]. Dia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang [[ulama]] dan [[khatib]] terkemuka di [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat#Mesjid Gedhe Kasultanan|Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta]] pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah putra dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]] pada masa itu.
== Latar belakang keluarga dan pendidikan ==
Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah '''Muhammad Darwis'''. Dia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dia termasuk keturunan yang kedua belas dari [[Maulana Malik Ibrahim]], salah seorang yang terkemuka di antara [[Walisongo]], yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.<ref name = kutojo>Kutojo dan Safwan, 1991</ref> Silsilahnya tersebut ialah ''[[Maulana Malik Ibrahim]], [[Maulana Ishaq]], [[Sunan Giri|Maulana 'Ainul Yaqin]], Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Pada umur 15 tahun, dia pergi haji dan tinggal di [[Mekah]] selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti [[Muhammad Abduh]], [[Jamal-al-Din Afghani|Al-Afghani]], [[Rasyid Ridha]] dan [[Ibnu Taimiyah]]. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun [[1888]], ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun [[1903]], ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, dia sempat berguru kepada [[
Sepulang dari Mekkah, dia menikah dengan [[Nyai Ahmad Dahlan|Siti Walidah]], sepupunya sendiri, anak kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri [[Aisyiyah]]. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.<ref name = kutojo /> Di samping itu K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Dia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik kiai Munawwir Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Dia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.<ref>Yunus Salam, 1968: 9</ref>
Baris 112:
== <big>Silsilah</big> ==
#
# Kyai Haji Abu Bakar bin
# Kyai Ilyas bin
Baris 124:
# Amir Abdullah [[Azmatkhan]] Bin
# Abdul Malik [[Azmatkhan]] Bin
#
# [[Muhammad Shohib Mirbath]] Bin
# [[Ali Khali' Qasam]] Bin
Baris 139:
# Imam [[Ali Zainal Abidin|Ali Bin Husain]] Bin
# Imam [[Husain bin Ali|Husain]] Asy-Syahid Bin
# [[Ali bin Abu Thalib|Ali Bin Abi Thalib]]
== Lihat pula ==
|