[[Berkas:Ireak Ca'o Kutei Jang.JPG|jmpl|''Ireak Ca'o Kutei Jang'' yang berisi mengenai tata adat dan kehidupan masyarakat Rejang adalah satu-satunya buku yang ditulis secara penuh dalam bahasa Rejang (campuran dialek Lebong-Musi).]]
{{main|Aksara Rejang}}
Masyarakat Rejang tidak memiliki riwayat budaya menulis yang panjang. Meskipun ada beberapa tulisan [[aksara Kaganga|aksara Rikung]] dalam bahasa Rejang, bahasa utama yang dipakai dalam menulis adalah bahasa Melayu, yang sejak lama dipandang sebagai bahasa resmi, penghubung komunikasi antarbangsa, dan lebih prestisius. Absennya tradisi menulis yang kuat membuat bahasa Rejang hingga kini masih dianggap sebagai bahasa percakapan saja. Upaya menulis karya seperti buku masih jarang dilakukan. Satu-satunya pengecualian adalah [[Ireak Ca'o]], buku mengenai adat dan tata cara perkawinan yang ditulis oleh [[Kadirman]], yang merupakan satu-satunya buku berbahasa Rejang. Buku tersebut menggunakan [[alfabet Latin]], yang penggunaannya secara aklamasi dan sadar telah diadopsi oleh orang Rejang pada masa Indonesia merdeka. Alfabet yang sama juga dipakai oleh para peneliti seperti Jaspan, McGinn, Voorhoeve, maupun W. Aichele yang mendedikasikan waktu mereka bagi studi mengenai bahasa Rejang.
[[Berkas:Rejang alphabet.jpg|jmpl|pus|upright=2.5|Sembilan belas huruf dalam Aksaraaksara RikungRejang]]▼
MasyarakatSecara daerahtradisional, pedalamanmasyarakat SumatraRejang Bagiansejak Selatan sejakzaman lamadahulu telah mengenalmenuliskan tulisan.karya Tulisansastra mereka secara komunal dikenal sebagai Surat Uludengan ataumenggunakan [[Aksaraaksara Kaganga|KagangaRejang]].<ref>{{cite web|title=Surat Ulu, Sekerabat Aksara di Sumatra Bagian Selatan|accessdate=2018-11-05|http://www.wacana.co/2010/02/surat-ulu-aksara-kaganga-aksara-rencong-aksara-kerinci-dan-aksara-lampung/}}</ref><ref>{{cite web|title=Surat Ulu: Jejak Tradisi Tulis Lokal|accessdate=2018-11-05|http://www.himapes.com/2017/06/surat-ulu-jejak-tradisi-tulis-lokal.html}}</ref> Salah satu varian aksara tersebut adalah aksara Rikung yang dipakai untuk menuliskan bahasa lisan Rejang.<ref name="Rejang script as a sign to write Rejangese">{{Citation|title=Rejang (Redjang, Kaganga) Rjng|url=http://scriptsource.org/cms/scripts/page.php?item_id=script_detail&key=Rjng|publisher=Script Source|accessdate=12 March 2016}}</ref><ref name="code">{{Cite book|title=Ireak Ca'o Kutei Jang|last=|first=Kadirman|author2=|publisher=Balai Pustaka|year=2004|isbn=979-690-273-7|page=1|authorlink=}}</ref> Aksara Rikungtersebut memilikitermasuk beberapakedalam perbedaanrumpun minorKaganga (berserumpun dengan keluargaaksara SuratRencong Uludan yang lain.Lampung),<ref>Rapanie Igama, Ahmad. 2014. Surat Ulu: Tradisi Tulis Masa Lalu Masyakarat Sumatra Selatan</ref> Meskipun demikian, Rikung dan aksara-aksaramerupakan yangsalah berkerabatsatu ini dipercaya sebagai turunan dari [[aksara Brahmi]]pribumi yangpenting berasaldi dariIndonesia.<ref [[India]] Selatan.name="Vital"></ref>▼
▲Masyarakat daerah pedalaman Sumatra Bagian Selatan sejak lama telah mengenal tulisan. Tulisan mereka secara komunal dikenal sebagai Surat Ulu atau [[Aksara Kaganga|Kaganga]].<ref>{{cite web|title=Surat Ulu, Sekerabat Aksara di Sumatra Bagian Selatan|accessdate=2018-11-05|http://www.wacana.co/2010/02/surat-ulu-aksara-kaganga-aksara-rencong-aksara-kerinci-dan-aksara-lampung/}}</ref><ref>{{cite web|title=Surat Ulu: Jejak Tradisi Tulis Lokal|accessdate=2018-11-05|http://www.himapes.com/2017/06/surat-ulu-jejak-tradisi-tulis-lokal.html}}</ref> Salah satu varian aksara tersebut adalah aksara Rikung yang dipakai untuk menuliskan bahasa lisan Rejang.<ref name="Rejang script as a sign to write Rejangese">{{Citation|title=Rejang (Redjang, Kaganga) Rjng|url=http://scriptsource.org/cms/scripts/page.php?item_id=script_detail&key=Rjng|publisher=Script Source|accessdate=12 March 2016}}</ref><ref name="code">{{Cite book|title=Ireak Ca'o Kutei Jang|last=|first=Kadirman|author2=|publisher=Balai Pustaka|year=2004|isbn=979-690-273-7|page=1|authorlink=}}</ref> Aksara Rikung memiliki beberapa perbedaan minor dengan keluarga Surat Ulu yang lain.<ref>Rapanie Igama, Ahmad. 2014. Surat Ulu: Tradisi Tulis Masa Lalu Masyakarat Sumatra Selatan</ref> Meskipun demikian, Rikung dan aksara-aksara yang berkerabat ini dipercaya sebagai turunan dari [[aksara Brahmi]] yang berasal dari [[India]] Selatan.
▲[[Berkas:Rejang alphabet.jpg|jmpl|pus|upright=2.5|Sembilan belas huruf dalam Aksara Rikung]]
Keberadaannya di Tanah Rejang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12 Masehi, jauh sebelum kedatangan Islam ke kawasan tersebut pada abad ke-18 Masehi. Rikung mulanya ditulis secara tradisional pada bahan-bahan alam terutama bambu dan tanduk kerbau. Dokumen tertua yang selamat (dari kerusakan) dan menggunakan ditulis dalam aksara Rikung berasal dari abad ke-18 Masehi dan umumnya berbahasa Melayu, bahasa yang dipandang sebagai bahasa tinggi kala itu.
Saat ini aksara tersebut sudah tidak dipakai lagi terkecuali sebagai hiasan, dekorasi, tulisan dalam buku muatan lokal daerah Provinsi Bengkulu, mata lomba dalam peringatan HUT [[Curup, Rejang Lebong|Curup]], dan dipakai pula pada nama jalan. Kemampuan masyarakat masa kini dalam menulis Rikung pun bisa dikatakan sangat rendah, bahkan hampir tidak menguasai sama sekali.