Ahmad Dahlan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k -kat
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-. Beliau +. Ia )
Baris 2:
[[Berkas:Ahmad dahlan.jpg|thumb|Kyai Haji Ahmad Dahlan]]
 
'''Kyai Haji Ahmad Dahlan''' ({{lahirmati|[[Yogyakarta]]|1|8|1868|[[Yogyakarta]]|23|2|1923}}) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]]. BeliauIa adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang [[ulama]] dan [[khatib]] terkemuka di Masjid Besar Kasultanan [[Yogyakarta]] pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan [[Yogyakarta]] pada masa itu.
 
== Latar belakang keluarga dan pendidikan ==
Baris 11:
Pada tahun [[1903]], beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada [[Syeh Ahmad Khatib]] yang juga guru dari pendiri [[NU]], [[K.H. Hasyim Asyari]]. Pada tahun [[1912]], ia mendirikan [[Muhammadiyah]] di kampung [[Kauman, Yogyakarta]].
 
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan [[Siti Walidah]], sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri [[Aisyiyah]]. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. BeliauIa pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
 
Beliau dimakamkan di [[KarangKajen]], [[Yogyakarta]].