Ki Ageng Suryomentaram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ref
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Baris 2:
 
== Riwayat hidup ==
Pada awalnya Ki Ageng Suryomentaram bergelar [[Pangeran Surya Mataram]] tetapi kemudian ia menanggalkan gelar kepangeranannya itu dan menyebut diri Ki Ageng Suryomentaram.<ref name=adimas /> Hal ini bermula ketika BPH Suryomentaram pernah turut dalam rombongan [[jagong]] [[manten]] ke [[Surakarta]] dan dalam perjalanan dengan kereta api melihat petani yang sedang bekerja di sawah.<ref name=timur /> Apa yang dilihat oleh BPH Suryomentaram ini menyentuh hatinya, betapa beratnya beban hidup para petani.<ref name=timur /> Lalu ia sering keluar [[istana]] untuk bersemedi di tempat-tempat yang biasa dikunjungi para leluhurnya seperti [[Gua Langse]], [[Gua Semin]] dan [[Parangtritis]].<ref name=timur /> Lalu BPH Suryomentaram keluar istana, pergi mengembara di daerah [[Kroya]], [[Purworejo]] sambil bekerja serabutan sebagai pedagang batik pikulan, petani dan kuli.<ref name=tempo>{{Cite web|url=http://www.tempo.co/read/news/2013/09/06/113510991/Kethoprak-Ki-Ageng-Suryomentaram-Pentas|title=Kethoprak Ki Ageng Suryomentaram Pentas|accessdate=12 Mei 2014|publisher= www.tempo.co|archive-date=2014-05-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20140513220229/http://www.tempo.co/read/news/2013/09/06/113510991/Kethoprak-Ki-Ageng-Suryomentaram-Pentas|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada saat itu utusan [[kraton]] mencoba mencarinya dan menemukan keberadannya di Kroya ketika sedang bekerja menggali sumur dengan memakai nama samaran Natadangsa.<ref name=tempo /> Utusan kraton itu kemudian mengajak Natadangsa untuk kembali ke istana.<ref name=timur /> Hidup BPH Suryomentaram di istana menjadi gelisah, tidak puas dan memuncak ketika kakeknya [[Patih Danurejo VI]] dibebaskan dari tugasnya dan ibunya dikembalikan kepada kakeknya.<ref name=timur /> Tidak lama kemudian isteri BPH Suryomentaram sendiri dan meninggal dunia, lalu ia mengambil sikap melepaskan kedudukan kebangsawanannya untuk hidup menjadi rakyat biasa.<ref name=timur /> Ketika Sultan Hamengkubuwono VII telah diganti oleh Sultan Hamengkubuwono VIII, Sultan baru ini mengizinkan BPH Suryomentaram meninggalkan [[kraton Yogyakarta]].<ref name=timur /> BPH Suryomentaram memilih untuk hidup sebagai petani di sebuah desa yang bernama [[Bringin]] di daerah [[Salatiga]], [[Jawa Tengah]].<ref name=timur /> Di sana ia menjad guru aliran kebatinan yaitu [[Kawruh Begja]] yang berarti ilmu bahagia.<ref name=adimas /> Penganutnya cukup banyak dan tersebar di seluruh Jawa, meskipun tanpa ada [[organisasi]] atau [[propaganda]] seperti yang dilakukan oleh aliran-aliran yang lain.<ref name=adimas />