Sahabat Nabi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Ariyanto (bicara | kontrib)
k beliau > ia (per sudut pandang netral) (via JWB)
Baris 116:
 
=== Sahabat dalam Pandangan Ahlu Sunnah ===
Banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadist Nabi yang mencatat mengenai keutamaan para sahabat karena mereka merupakan orang-orang yang membela Nabi Muhammad baik dalam keadaan senang maupun susah, bahkan diantara mereka sudah ada yang dijaminkan surga melalui lisan Nabi sendiri sewaktu <!--beliau-->ia masih hidup yang dikenal sebagai "''Asyarah al-Mubassyarin bi-l-jannah"'' ([[Sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga|sepuluh orang yang dijanjikan surga]]), diantara ayat al-qur'an yang menjelaskan tentang keutamaan mereka yaitu:<blockquote>''"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar".'' '''(Q.S. Al-Fath: 29)'''.</blockquote>kemudian ayat lainnya yang menjelaskan ridha Allah atas mereka:<blockquote>''"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".'' '''(Q.S. At-Taubah: 100)'''.</blockquote>Sedangkan Nabi Muhammad sendiri mewasiatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati dalam berucap dan bersikap terhadap para Sahabat Beliau<!--beliau-->Ia yang tertuang dalam hadits-nya sebagai berikut:<blockquote>"'''الله الله في أصحابي، لا تتخذوهم غرضا بعدي، فمن أحبهم فبحبي أحبهم، ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم، ومن آذاهم فقد أذاني، ومن أذاني فقد أذى الله، ومن آذى الله فيوشك أن يأخذه'''".
 
Ingatlah Allah! Ingatlah Allah dalam memperlakukan para sahabat-ku! Jangan menjadikan mereka sebagai sasaran (atas berbagai tuduhan) setelah-ku, maka barangsiapa yang mencintai mereka, niscaya aku juga mencintainya, dan barangsiapa yang membenci mereka, niscaya aku juga akan membencinya, dan barangsiapa menyakiti mereka, sungguh ia telah menyakitiku juga, dan barangsiapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah, dan barangsiapa menyakiti Allah, maka ditakutkan jikalau ia akan mendapat siksa.<ref>{{Cite book|last=Imam At-Tirmidzi|first=|date=|url=|title=Jami' at-Tirmidzi hadist no. 3826|location=|publisher=|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref></blockquote>Dan masih banyak dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang menunjukkan keutamaan mereka baik secara umum maupun secara individu dan kelompok, atas dasar inilah kalangan Ahlu Sunnah menyimpulkan beberapa kesepakatan mengenai sahabat Nabi sebagai berikut:
Baris 124:
# Orang yang didapati mencaci dan menghina salah satu sahabat Nabi, maka mereka dianggap sebagai seorang [[zindiq]] ([[Bahasa Arab|bahasa arab]]: <big>زنديق</big>), karena mereka telah mengingkari apa yang termaktub dalam al-Qur'an dan hadits sebagaimana yang tertulis di atas, bahkan [[Mazhab Hambali|madzhab Hanabilah]] (Imam Hambali) menyatakan bahwa mereka yang "hanya" mengingkari sifat ''shuhbah'' (pelabelan sahabat) terhadap salah satu sahabat yang jelas termaktub dalam al-Qur'an seperti Abu Bakar (dalam kisah hijrah dan singgah dalam gua) sebagai [[kafir]], karena secara tidak langsung telah mengingkari keabsahan ayat dalam al-Qur'an itu sendiri.
 
Imam Malik bin Anas juga berpendapat sama mengenai takfir atas orang yang mengingkari atau bahkan mencaci para sahabat Nabi, karena tertulis dalam surat al-Fath di atas : "''tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir",'' sembari <!--beliau-->ia berkata : "Maka barangsiapa yang diresahkan hatinya oleh para Sahabat Nabi maka ia telah kafir".
 
=== Sahabat Nabi dalam Pandangan Kelompok Syi'ah ===