Nicolaas Jouwe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 82:
Pada tahun 1949, dia menjadi delegasi Konferensi Meja Bundar di Den Haag, merepresentasikan BFO bagi New Guinea. Di 1951 namanya terdaftar menjadi tokoh papua yang melawan integrasi Irian Barat dengan Indonesia. Dia merupakan salah satu anggota pendiri Gerakan Persatuan Nieuw Guinea (GPNG).<ref name="Lumintang 2018 pp. 47–60" /><ref name="Sitompul 11 May 2021">{{Cite web |last=Sitompul |first=Martin |date=11 May 2021 |title=Nicolaas Jouwe dari Papua Merdeka ke Republik Indonesia |url=https://historia.id/amp/politik/articles/nicolaas-jouwe-dari-papua-merdeka-ke-republik-indonesia-P4qkY |url-status=live |archive-url=https://web.archive.org/web/20211129172812/https://historia.id/amp/politik/articles/nicolaas-jouwe-dari-papua-merdeka-ke-republik-indonesia-P4qkY |archive-date=29 November 2021 |access-date=29 November 2021 |website=Historia |language=id}}</ref>
Pada tahun 1961 Jouwe dipilih menjadi wakil Dewan Nieuw Guinea, dan terlibat dalam petisi yang pada 1 November 1960 akan memilih bendera, lambang, dan lagu nasional. Setelah penguasaan Irian Barat diberikan di United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) pada Oktober 1962, dan pada Oktober 1962 dan enam bulan kemudian diserahkan ke [[Indonesia]], Jouwe meninggalkan Papua dan pergi ke Belanda, disana ia menetap di kota [[Delft]]. Dia bersumpah tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya jika masih diduduki oleh Indonesia. Berdasarkan memoirnya, pada tanggal 16 September 1962, dia terlibat pertemuan rahasia dengan [[John F. Kennedy]]
Pada bulan [[Oktober 2008]], sebuah [[film dokumenter]] ditayangkan di televisi Belanda berisi tentang kehidupan Jouwe. Dalam film dokumenter itu, Jouwe menegaskan sikapnya untuk tidak kembali ke Papua Barat yang diduduki Indonesia. Namun pada bulan [[Januari 2009]], ia diundang oleh pemerintah Indonesia untuk mengunjungi tanah leluhurnya. Jouwe merespon positif, dan ia akhirnya mengunjungi Papua dan Indonesia pada [[Maret 2009]].<ref>Schouten E. (2009) "[http://vorige.nrc.nl/buitenland/article2191212.ece/Praten_met_Jakarta,_beter_dan_strijd Praten met Jakarta, beter dan strijd,] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110720132712/http://vorige.nrc.nl/buitenland/article2191212.ece/Praten_met_Jakarta,_beter_dan_strijd |date=2011-07-20 }}" ''NRC Handelsblad''. 24 March.</ref> Tentang kunjungannya itu, sebuah film dokumenter lanjutan dibuat oleh sutradara yang sama.
|