Candigatak, Cepogo, Boyolali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Odydasa (bicara | kontrib)
Penambahan sejarah desa
Ariyanto (bicara | kontrib)
k beliau > ia (per sudut pandang netral) (via JWB)
Baris 25:
Sejarah Singkat Mbah Doglo (Pendiri Dukuh Doglo), diambil dari Buku Sejarah Desa Banyuanyar, Ampel
 
Mbah Doglo lahir di Kraton Demak Bintoro, nama aslinya adalah Pangeran Tejowulan bin Pangeran Alit bin Raden Patah (Sultan Syah Alam), Sultan dan pendiri Kerajaan Demak Bintoro. Mbah Doglo lahir pada tahun 1517 M. Masa kecil hingga remajanya dihabiskan di dalam Kraton Demak. Pada saat remaja, Pangeran Tejowulan menyadari terjadinya kekacauan dan perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, terutama sejak meninggalnya kakeknya, Raden Patah pada tahun 1518, dan puncaknya adalah berakhirnya Kerajaan Demak pada tahun 1547 M. Sejak remaja Pangeran Tejowulan gemar menuntut ilmu, beliauia keluar dari Istana dan beliauia berguru pada Kiai Saridin (Syeh Jangkung, Pati), dan terakhir beliauterakhirnya masih sempat berguru pada Kanjeng Sunan Kalijaga. Selepas beliauia puas menuntut ilmu kepada para ulama, beliauia mengembara berkeliling ke seluruh daerah Jawa bagian timur dan tengah.
 
Hingga pada akhirnya beliauia singgah di sebuah desa yang bernama Saptopuro, sebuah desa yang dihuni masyarakat yang menganut kepercayaam lokal. Desa tersebut disebut Saptopuro karena terdapat 7 candi besar. Di desa tersebut juga terdapat penguasa (danghyang) dari kalangan jin yang oleh masyarakat disebut dengan Sang Hyang Satmoto. Disebut Satmoto karena tidak terlihat (ora kasat ing moto). Pangeran Tejowulan akhirnya menetap di Saptopuro untuk menyebarkan dakwah kepada masyarakat. BeliauIa berdakwah mengajak masyarkat untuk memeluk agama Islam. "Mlebuo Islam ben ora do gelo!" Karena seringnya beliauia menyebut "do gelo", akhirnya beliauia terkenal sebagai Mbah Doglo (do gelo). Mbah Doglo juga berhasil mengislamkan Raja Jin penguasa Saptopuro.
 
Di akhir hidupnya, beliauia uzlah (menyepi) ke utara hingga akhir hidupnya. BeliauIa meninggal pada tahu 1606 pada usia 89 dan dimakamkan di Desa Banyuanyar, di sebelah utara Desa Saptopuro atau yang sekarang kita kenal sebagai Candigatak.