Slawi, Tegal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 21682228 oleh 223.255.229.65 (bicara)
k clean up
Baris 18:
Dikisahkan bahwa salah seorang anak putri [[Ki Gede Sebayu]] yang bernama Rara Giyanti Subalaksana memang terkenal cantik, cerdas, dan cekatan. Kegemarannya menunggang kuda membuat banyak orang semakin kagum. Konon, jika Rara Giyanti sedang di atas pelana kuda kesayangannya akan tampak seperti bidadari yang turun dari langit biru. Jadi, wajarlah bila namanya populer di kalangan masyarakat. Wajar juga banyak pemuda atau perjaka yang ingin menyuntingnya.
 
Ki Gede Sebayu sering didatangi utusan yang menanyakan keadaan Rara Giyanti. Ada yang berterus terang ingin melamar, ada juga yang hanya sekadar mencari-cari keterangan. [[Ki Gede Sebayu]] harus melayani banyak orang yang sama-sama berharap menyunting Rara Giyanti. Ternyata hal itu menimbulkan kerepotan sebab keputusan bukan ditangannya sendiri. Jadi, tidaklah gampang menjawab atau menolaknya. Kemudian pada suatu senja, berkatalah dia kepada Rara Giyanti dengan kata-kata yang ramah. Rara Giyanti terdiam sejenak. Kemudian menjawab penuh kesantunan.
 
Ternyata Rara Giyanti tidak mengharapkan sayembara harta kekayaaan, ketampanan, dan kepangkatan. Usulnya adalah sayembara kesaktian. Katanya, siapa pun yang dapat menebang dan merobohkan pohon jati raksasa di gunung selatan akan diterima sebagai suaminya. Biarpun dia orang jelata, miskin, atau tidak berpangkat, akan tetapi tetap dilayani sepanjang hayat.
Baris 32:
Orang-orang pun bubaran dengan hati yang lapang. Kelak tahulah mereka bahwa santri Ki Jadug adalah seorang bangsawan Mataram. Dia sengaja mengembara untuk berguru dan berdakwah. Setelah menikah dengan Rara Giyanti menggunakan nama aslinya, Pangeran Purbaya. Mereka hidup berbahagia dan dikenal sebagai tokoh terpandang di daerah Tegal.
 
Adapun nama Selawe yang berarti dua puluh lima itu karena perjaka yang datang mengikuti sayembara mendapatkan Rara Giyanti berjumlah dua puluh lima. Karena kejadian tersebut akhirnya desa tersebut dinamakan dusun Selawe. Kemudian lama-lama terucapkan Selawi atau Slawi seperti sekarang.
 
=== Masa Kolonial ===
Baris 46:
 
=== Masa kini ===
Slawi didaulat menjadi Ibukota Kabupaten Tegal berdasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1984, menggantikan [[Kota Tegal]] yang menjadi ibukota kabupaten sekaligus menjadi kota madya.
 
Tanggal 19 Desember 1985 dimulai prosesi boyongan dari Pendopo Alun-Alun Kota Tegal, dengan kirab budaya menggunakan ratusan dokar yang membawa Bupati, pejabat dan pegawai menuju ke selatan Slawi. Saat itu, pusat pemerintahan sementara kabupaten Tegal menempati eks Markas Komando Brigif 4 Dewa Ratna yang juga merupakan eks [[Pabrik Gula Dukuhwringin]] sampai tahun 1989, dimana setelah itu pusat pemerintahan Kabupaten Tegal dipindahkan ke lokasi sekarang.
Baris 111:
 
== Tokoh ==
* [[umi azizah|Bu Umi ]] (bupati tegal 2018 hingga 2024 )
* [[Enthus Susmono|Ki Enthus Susmono]] (dalang Tegal / dan mantan bupati Kab. Tegal)
* [[Agus Riyanto]] (Bupati Tegal periode 2004 - 2011 )