Delapan Garudhamma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SriEka (bicara | kontrib)
SriEka (bicara | kontrib)
Baris 17:
{{Blockquote|(1) Seorang bhikkhuni yang telah ditahbiskan bahkan selama seratus tahun harus memberi salam dengan hormat, bangkit dari tempat duduknya, memberi hormat dengan tangan terkatup, melakukan penghormatan yang pantas kepada seorang bhikkhu yang ditahbiskan pada hari itu.}}Murcott menulis tentang permintaan Mahapajapati yang kemudian diajukan: "Saya ingin menanyakan satu hal kepada Yang Terberkahi, Ananda. Adalah baik jika Sang Bhagavā mengizinkan memberi hormat, berdiri di hadapan orang lain, memberikan penghormatan dan pelaksanaan tugas yang tepat, dilakukan secara seimbang antara bhikkhu dan bhikkhunī menurut senioritas.” <ref>{{Cite book|last=Susan Murcott|year=1991|url=https://archive.org/details/firstbuddhistwom00murc/page/7|title=The First Buddhist Women: Translations and commentaries on the Therigatha|isbn=0-938077-42-2|page=[https://archive.org/details/firstbuddhistwom00murc/page/7 7]}}</ref> Mereka yang percaya pada garudhamma juga menceritakan kisah perubahan aturan ini setelah enam biksu mengangkat jubah mereka untuk memperlihatkan paha mereka kepada para biksuni. Mereka percaya bahwa Sang Buddha mempelajari hal ini, dan membuat pengecualian terhadap peraturan tersebut sehingga para bhikkhuni tidak perlu menghormati bhikkhu tersebut. Menurut peraturan yang diubah, seorang bhikkhuni tidak harus tunduk kepada setiap bhikkhu, hanya kepada seorang bhikkhu yang layak dihormati. <ref>{{Cite web|last=Dr.&nbsp;Chatsumarn Kabilsingh|title=The History of the Bhikkhuni Sangha|url=http://www.thubtenchodron.org/BuddhistNunsMonasticLife/LifeAsAWesternBuddhistNun/the_history_of_the_bhikkhuni_sangha.html}}</ref>
 
{{Blockquote|(2) Seorang bhikkhuni tidak boleh menghabiskan musim hujan ([[vassa]], retret musim hujan selama 3&nbsp;bulan) di kediaman di mana tidak ada bhikkhu.<ref>Bhikkhuni Pac.56: Vin.IV. 313</ref>|title=}}{{Blockquote|(3) Setiap setengah bulan seorang bhikkhunī harus menginginkan dua hal dari Sangha: menanyakan tanggal Hari Pelaksanaan ([[uposatha]]), dan datangnya nasihat [bhikkhunovada].<ref>Bhikkhuni Pac.59: Vin.IV. 315</ref>|title=}}{{Blockquote|(4) Setelah musim hujan seorang bhikkhunī harus 'mengundang' [pavarana] di hadapan kedua ordo sehubungan dengan tiga hal, yaitu apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dicurigai.<ref>Bhikkhuni Pac. 57: Vin.&nbsp;IV.314</ref>|title=}}Namun, bahkan para pendukung garudhamma mengakui bahwa amandemen telah dilakukan terhadap aturan-aturan ini. Versi revisi memperbolehkan para bhikkhuni untuk melakukan pavarana sendiri.<ref name="buddhismtoday.com">{{Cite news|last=Ven.&nbsp;Professor Dhammavihari|title=Women and the religious order of the Buddha|url=http://www.buddhismtoday.com/english/sociology/021-religiousorder.htm|work=Buddhism Today}}</ref>
 
{{Blockquote|(5) Seorang bhikkhunī, yang melanggar peraturan penting, harus menjalani disiplin manatta selama setengah bulan sebelum kedua perintah tersebut. Terjemahan Bhikkhu Thanissaro bervariasi: "(5) Seorang bhikkhuni yang telah melanggar salah satu sumpah hormat harus menjalani penebusan dosa selama setengah bulan di bawah kedua Sangha."}}{{Blockquote|(6) Ketika, sebagai seorang percobaan, dia telah berlatih dalam enam aturan [cha dhamma] selama dua tahun, dia harus mencari penahbisan yang lebih tinggi dari kedua ordo.}}
 
== Referensi ==