Trilaksana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{paragraf pembuka}}
'''Tiga KesunyataanCorak MuliaUmum (MahayanaTheravada)''' disebut juga '''Tiga CorakKesunyataan UmumMulia (TheravadaMahayana)'''.
 
Tiga Corak Umum adalah konsep Buddhis mengenai ciri umum kenyataan eksistensi seperti yang diserap oleh persepsi. Menurut tradisi [[Buddha]] semua hal-ihwal atau fenomena yang hadir dalam keberadaan selain dari [[Nirwana]] dikusasai oleh tiga ciri umum, yaitu [[dukkha]] [penderitaan], [[anicca]] [ketidakkekalan], dan [[anatta]] [ke Tiada-akuan]. Karena itu pendambaan atau pelekatan pada suatu halihwal -baik lahiriyah maupun kejiwaan (atau ideologis) - pada akhirnya akan menampakan dan membawa kesengsaraan. Dalam aliran Mahayana ciri tersebut sering kali disebut Dharma Seals [Segel Dharma] sedang dalam tradisi Theravada disebut Tilakhana atau Tiga Corak Umum.
Baris 29:
Jika kita belum bosan, mungkin terjadi mungkin akan terjadi pergantian di dalam keinginan. Peralatan perak mungkin sudah tidak lagi mengkilap atau berkarat atau baju baru mungkin sudah tidak muat. Mungkin barang tersebut juga telah rusak sehingga menyebabkan kesedihan. Pada beberapa kasus mungkin hilang atau dicuri. Dan pada beberapa kasus, kita menjadi takut kehilangan seperti itu terjadi lagi. Suami dan istri sangat khawatir kehilangan pasangan mereka walaupun pasangan mereka sangatlah setia. Sayangnya hal tersebut menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan sehingga kita melakukan hal yang tidak masuk akal, menyebabkan ketidakpercayaan dan pemutusan hubungan yang sangat kita cintai.
 
Ketika kita ingin berubah seperti ingin mejadimenjadi [[dewasa]] ketika masih remaja, kita tidak suka dengan kata ''menua''. Ketika kita berusaha untuk menjadi kaya, kita takut dengan penghematan. Kita sangatlah pemilih didalam sikap kita melawan sifat fana dari semua aspek kehidupan kita. Sayangnya sifat fana adalah tidak pemilih. Kita berusaha mencoba melawan ini sejak waktu yang sangat awal, usaha kita akan hanyut dihilangkan oleh waktu. Pada hasilnya, kita memiliki pengalaman atas ketidakpuasan atau penderitaan dari ketidaktetapan ini.
 
Pada alam Nirwana – Aliran Mahayana – dapat ditemukan kebenaran dan kebahagiaan yang abadi. Nirwana juga merupakan lawan dari persyaratan, sifat fana, dan penderitaan [‘‘dukkha’’], sehingga hasilnya tidak berupa kekecewaan ataupun dari keadaan status kebahagiaan yang memburuk. Nirwana juga perlindungan dari tirani universal dari perubahan dan penderitaan. Menurut ajaran Buddhis yang lain, nirwana tidak dipandang sebagai akhir akan tetapi sebagai projeksi keadaan dari samsara. Menurut ajaran ini, samsara dan nirwana adalah dua sisi pada koin yang sama yang dapat kita lewati dengan latihan meditasi yang giat dan teratur.