Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
k clean up |
||
Baris 5:
Pada bulan Juni 1920 diadakan acara pelantikan pengurus empat bagian baru dalam Muhammadiyah. Terbentuklah empat bagian baru dalam Muhammadiyah, yaitu Bagian Tabligh yang diketuai oleh [[H.M. Fachrodin]], Bagian Taman Pustaka yang diketuai oleh H.M. Mochtar, Bagian Penolong Kesengsaraan Umum yang diketuai oleh [[H.M. Syuja’]], dan Bagian Sekolahan yang dipimpin oleh H. Hisyam.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/653499438|title=1 abad Muhammadiyah : gagasan pembaruan sosial keagamaan.|date=2010|publisher=Penerbit Buku Kompas|others=Penerbit Buku Kompas.|isbn=978-979-709-498-0|location=Jakarta|oclc=653499438}}</ref> Empat orang ketua bagian ini merupakan murid dari K.H. Ahmad Dahlan sekaligus pengurus dari pengajian Malam Jumat. Penunjukan [[H. Hisyam]] sebagai ketua bagian sekolahan ini merupakan pilihan yang tepat, mengingat sebelumnya dalam susunan pengurus pengajian Malam Jumat ia menjadi pengurus dalam bidang sekolah, baik dalam bidang agama maupun umum. Sebagai ketua bagian sekolahan, ia mendapat tugas untuk memajukan dan mengawasi sekolah Muhammadiyah. Namun, beratnya tugas ini tidak mengendurkan tekadnya. Hal ini terlihat dari kemantapannya saat menyatakan visinya ketika dilantik oleh K.H. Ahmad Dahlan:
“Saya akan membawa kawan-kawan kita pengurus Bahagian Sekolahan berusaha memajukan pendidikan dan pengajaran sampai dapat menegakkan gedung ''Universiteit'' Muhammadiyah yang megah untuk mencetak sarjana-sarjana Islam dan mahaguru Muhammadiyah pada khususnya guna kepentingan umat Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya”.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1077577991|title=Cerita tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan : catatan Haji Muhammad Sudja'|last=Sudja', Muhammad, 1882-1962,|others=Suara Muhammadiyah (Publisher),|isbn=978-602-6268-49-5|edition=Cetakan I|location=Yogyakarta|oclc=1077577991}}</ref>
Setelah mendapat penunjukan sebagai Ketua Bagian Sekolahan, K.H. Hisyam berusaha dengan tekun untuk memperbaiki sekolah Muhammadiyah. Secara teratur, ia memperbaiki pengorganisasiannya, meningkatkan mutu pelajaran, dan mengawasi guru-guru yang ada di sekolah Muhammadiyah. Atas jasanya inilah di kemudian hari sekolah Muhammadiyah mencapai kemajuan. K.H. Hisyam berusaha keras untuk meningkatkan, bahkan melampaui kualitas sekolah yang dimiliki oleh Muhammadiyah agar mampu bersaing dengan sekolah milik pemerintah. Kebijakan modernisasi sekolah Muhammadiyah ini ditujukan agar orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya agar tidak memasukkan anaknya ke sekolah pemerintah, tetapi mendaftarkan ke sekolah milik Muhammadiyah. Karena selain mutu yang terjamin, juga dipelihara kualitas pendidikan agamanya. Dimulai dengan penataan pendidikan yang berjenjang dengan membuka sekolah desa (''volkschool''), sekolah lanjutannya, yaitu ''vervolkschool'', kemudian ''standaardschool'' (sekolah sambungan 6 tahun) sebagaimana yang baru dibuka oleh pemerintah.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/694081098|title=Matahari-matahari Muhammadiyah|last=Hadikusuma, Djarnawi.|date=2010|publisher=Suara Muhammadiyah|isbn=978-979-3708-82-9|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=694081098}}</ref> Pada masa awal kepemimpinannya, sekolah-sekolah Muhammadiyah sedang mengalami pertumbuhan dan peletakan dasar pendidikan. Dalam kenyataan di lapangan, kuantitas sekolah Muhammadiyah terus menunjukkan pertambahan, namun di sisi lain kualitas pengajaran dan sistem pendidikannya belum tertata dengan baik.
Baris 15:
== Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah ==
Dua bulan berselang, tepatnya pada tanggal 15 September 1923, K.H. Ibrahim mengeluarkan maklumat yang berisi pendirian ''Madjelis Pimpinan dan Pengadjaran Moehammadijah'' atau MPM. Tugas MPM sebenarnya tidak jauh berbeda dari ''Departement van Onderwijs Moehammadijah'' yaitu mengawasi, mengatur, dan memperbaiki pengajaran di sekolah-sekolah Muhammadiyah.<ref name=":1" /> Pimpinan MPM saat itu diserahkan pada tiga orang, yaitu M.Ng. Djojosoegito, R.Sosrosoegondo dan K.H. Hisyam. Walaupun hanya tiga orang, namun MPM menunjukkan perkembangan pesat. Gagasan K.H. Hisyam dalam memajukan sekolah Muhammadiyah yang ditopang perbaikan dan ketertiban administrasi disalurkan melalui MPM. Djojosoegito dan R. Sosrosoegondo yang memiliki latarbelakang pengelola sekolah pemerintah juga memberikan dukungan yang tidak kalah penting bagi perkembangan sekolah Muhammadiyah.
Hanya dalam waktu kurang dari setahun, ketiganya berhasil menyusun kebijakan strategis bagi perbaikan sekolah Muhammadiyah. Pada tahun 1924, MPM mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan yaitu “''Ketentoean oentoek Moehammadijah Bahagian Sekolahan tentang Sekolah-sekolah Moehammadijah''”.<ref>''Soeara Moehammadijah'', No. 4, Th. ke-5, 12 Maret 1924.</ref> Ketentuan ini memuat tentang pendirian dan pengajaran sekolah, hari libur, ketentuan guru, murid, dan hukuman terhadapnya, biaya sekolah, guru, kepala sekolah, dan administrasi sekolah. Pada tahun yang sama, MPM juga menyusun ''Rangrang Pengadjaran'' (''Leerplan'') pada sekolah Klas II Moehammadijah. Kebijakan-kebijakan ini berdampak penting terhadap perkembangan sekolah Muhammadiyah pada tahun-tahun selanjutnya.
Baris 32:
== Referensi ==
[[Kategori:Muhammadiyah]]
|