Museum Sumpah Pemuda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Pranala luar: clean up |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
||
Baris 59:
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI. Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni menamakan gedung ini ''Indonesische Clubhuis'', tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal [[H.J. de Graff]] sedang menjalankan politik tangan besi.
Kegiatan pemuda dialihkan ke Jalan Kramat 156 setelah para penghuni Kramat 106 tidak melanjutkan sewanya pada 1934. Gedung itu lalu disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal pada 1937-1951. Setelah itu, gedung disewa lagi oleh Loh Jing Tjoe, yang menggunakannya sebagai toko bunga dan hotel. Gedung Kramat 106 disewa Inspektorat [[Bea dan Cukai]] untuk perkantoran pada 1951-1970.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128568.id.html Jejak Samar Bapak Kos] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100923104745/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128568.id.html |date=2010-09-23 }}, Majalah Tempo, 27 Oktober 2008</ref>
Pada 1968, [[Sunario]] berprakarsa mengumpulkan pelaku sejarah Sumpah Pemuda, dan meminta kepada Gubernur DKI mengelola dan mengembalikan gedung di Kramat Raya 106 yang "hak guna bangun"-nya dipegang oleh [[Sie Kong Lian]] tetapi telah habis masa berlakunya ke bentuknya semula. Tempat ini disepakati menjadi Gedung Sumpah Pemuda, tetapi usulan mengganti nama jalan Kramat Raya menjadi jalan Sumpah Pemuda belum tercapai.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128566.id.html Kebangsaan Sunario] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081218165623/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128566.id.html |date=2008-12-18 }}, Majalah Tempo 27, Oktober 2008</ref>
|