Nicolaas Jouwe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 86:
Pada bulan [[Oktober 2008]], sebuah [[film dokumenter]] ditayangkan di televisi Belanda berisi tentang kehidupan Jouwe. Dalam film dokumenter itu, Jouwe menegaskan sikapnya untuk tidak kembali ke Papua Barat yang diduduki Indonesia. Namun pada bulan [[Januari 2009]], ia diundang oleh pemerintah Indonesia untuk mengunjungi tanah leluhurnya. Jouwe merespon positif, dan ia akhirnya mengunjungi Papua dan Indonesia pada [[Maret 2009]].<ref>Schouten E. (2009) "[http://vorige.nrc.nl/buitenland/article2191212.ece/Praten_met_Jakarta,_beter_dan_strijd Praten met Jakarta, beter dan strijd,] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110720132712/http://vorige.nrc.nl/buitenland/article2191212.ece/Praten_met_Jakarta,_beter_dan_strijd |date=2011-07-20 }}" ''NRC Handelsblad''. 24 March.</ref> Tentang kunjungannya itu, sebuah film dokumenter lanjutan dibuat oleh sutradara yang sama.
 
Pada bulan [[Agustus 2014]], Nicolaas Jouwe bersama ''Ondofolo'' Franzalbert Joku mantan menteri luar negeri OPM, Pdt. Lipiyus Biniluk, [[Constant Karma]] mantan Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah Papua, Nicholas Simione Messet mantan diplomat OPM di Swedia, mendapat penghargaan dari Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] berupa [[Bintang Jasa Nararya]], sedangkan [[Abraham Octavianus Atururi]] mendapat penghargaan berupa [[Bintang Mahaputra Utama]].<ref name="detiknews 2014">{{Cite news| title=Mantan Tokoh OPM Dapat Penghargaan Dari Presiden SBY |work=[[Detik.com|detikcom]] | date=2014-08-13 | url=https://news.detik.com/berita/d-2660453/mantan-tokoh-opm-dapat-penghargaan-dari-presiden-sby | language=id | access-date=2022-03-10}}</ref>
 
== Referensi ==