Khawarij: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Utsman ditandai dengan meningkatnya ketidakpuasan dari berbagai kelompok dalam komunitas Muslim. Pengunggulan atas kerabatnya yang berasal dari [[Dinasti Umayyah]] dikritik oleh beberapa Sahabat di [[Madinah]].{{Efn|1=Dia menunjuk kerabatnya untuk semua jabatan gubernur penting dan memberikan hibah uang dan tanah untuknya kerabat dekatnya.{{Sfn|Donner|2010|pp=152–153}}}} Para pemukim Muslim awal di [[amsar|kota garnisun]] [[Kufah]] dan [[Fustat]], merasa statusnya terancam oleh beberapa faktor selama periode Utsman. Utsman benar-benar melakukan campur tangan dalam urusan provinsi,{{Efn|name=RepFN|1=Dia menuntut agar pendapatan surplus dari provinsi dikirim ke Madinah. Dia juga menegaskan bahwa tanah pertanian yang ditaklukkan di Irak, yang telah dinyatakan oleh khalifah kedua [[Umar]] sebagai aset negara yang pendapatannya dibayarkan kepada para pejuang, adalah milik negara yang dapat digunakan sesuai kebijaksanaan Khalifah.{{Sfn|Donner|2010|pp=148–149}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=63}}}} Kepadatan kota-kota garnisun karena masuknya suku Arab secara terus-menerus, mengurangi pendapatan dari penaklukan Muslim awal, dan mengembangkan pengaruh dari bangsawan suku [[Arab pra-Islam]].{{Sfn|Donner|2010|pp=148–154}} Oposisi yang dilakukan oleh pendatang awal Irak, yang dikenal sebagai ''qurra'' (yang mungkin berarti "pembaca Al-Qur'an"), dan orang Mesir berubah menjadi pemberontakan terbuka pada tahun 656. Didorong oleh beberapa elit Madinah yang tidak puas, para pemberontak berbaris di Madinah, membunuh Utsman pada Juni 656 M.{{Sfn|Kennedy|2016|p=63}} Pembunuhannya memicu perang saudara.{{Sfn|Donner|2010|p=155}}
 
Setelah itu, sepupu dan menantu Muhammad, Ali, menjadi khalifah dengan bantuan orang-orang Madinah dan para pemberontak. Dia segera ditantang oleh sahabat awal Muhammad, [[Thalhah bin Ubaidillah]] dan [[Zubair bin Awwam]] serta janda Muhammad, [[Aisyah]], yang berpendapat bahwa pemilihannya adalah tidak sah karena melibatkan pembunuh Utsman dan karenanya, majelis syura harus dipanggil untuk memilih khalifah baru. Ali mengalahkan mereka pada bulan November 656 di [[Pertempuran Unta]].{{Sfn|Donner|2010|pp=157–159}} Kemudian, [[Muawiyah bin Abi Sufyan]], Kerabat Utsman dan gubernur [[Suriah]], mencela pemilihan Ali, berpendapat bahwa pembunuh Utsman berada di kamp Ali dan menghindari hukuman. Keduanya saling berhadapan di [[Pertempuran Siffin]] pada Juli 657. Di ambang kekalahan, Muawiyah memerintahkan prajuritnya untuk mengibarkan mushaf Al-Quran di tombak mereka sebagai sinyal untuk menghentikan pertarungan dan merundingkan perdamaian. Orang-orang ''qurra'' yang ada di pasukan Ali digerakkan oleh isyarat,{{Sfn|Wellhausen|1901|p=3}} yang mereka tafsirkan sebagai seruan kepada Kitabullah,{{Sfn|Wellhausen| 1901|p=7}}{{Sfn|Madelung|1997|p=238}} dan menuntut agar Ali segera menghentikan pertempuran. Meskipun awalnya tidak mau, Ali kemudian menyerah di bawah tekanan dan ancaman kekerasan terhadapnya oleh orang-orang ''qurra''.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=3}}{{Sfn|Della Vida|1978|p= 1074}}{{Sfn|Madelung|1997|p=238}} Panitia arbitrase yang terdiri dari perwakilan Ali dan Muawiyah dibentuk dengan mandat untuk menyelesaikan perselisihan menurut Al-Qur'an dan sunnah.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=3}}{{Sfn|Hinds|1972|p=100}}{{Efn|1=Dokumen arbitrase tidak menyatakan dengan jelas masalah apa yang harus diselesaikan. Juga tidak jelas apa arti istilah ''sunnah al-adilah'' ({{Secara harfiah|praktek yang adil}}). Versi dokumen palsu selanjutnya merevisi istilah tersebut menjadi {{transliterasi|ar|[[Sunnah|sunnasunnah]]}} Muhammad. Kaum Khawarij menentang hal ini karena menyiratkan bahwa Al-Quran bukanlah dasar yang cukup untuk membuat keputusan.{{Sfn|Hinds|1972|pp=100–102}}}} Ketika sebagian besar pasukan Ali menerima kesepakatan tersebut, ada satu kelompok yang mencakup sebagian besar dari suku [[Bani Tamim|Tamim]], dengan keras menolak arbitrase dan mengangkat slogan "Tiada hukum kecuali hukum Allah" ''Lā hukma illā Allah''.{{Sfn| Della Vida|1978|p=1074}}
 
===Harurah===
[[File:Balami - Tarikhnama - Battle of Siffin (cropped).jpg|thumb|alt=A painting depicting battle scene|Gambaran [[Pertempuran Siffin]] yang diambil dari sebuah manuskrip abad ke-14 yang berjudul ''[[Tarikh-i Bal'ami]]'']]
Saat Ali berbaris kembali ke ibukotanya di Kufah, kebencian yang meluas terhadap arbitrase berkembang di pasukannya. Sebanyak 12.000 pembangkang{{Efn|1=Angka ini dari al-Baghdadi. Al-Mubarrad melaporkan 2.000, sedangkan al-Qalhati 10.000.{{Sfn|Wilkinson|2010|p=139}}}} memisahkan diri dari satuan dan mendirikan kemah di Harurah, sebuah tempat dekat Kufah. Dengan demikian mereka dikenal sebagai orang Haruriyyah.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=4}} Mereka berpendapat bahwa Utsman pantas mati karena nepotismenya dan tidak memerintah sesuai dengan Al-Qur'an, dan bahwa Ali adalah khalifah yang sah , sementara Muawiyah adalah seorang pemberontak.{{Sfn|Watt|1973|p=14}} Mereka percaya bahwa Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa sebagai seorang pemberontak, Muawiyah tidak berhak atas arbitrase, melainkan harus diperangi sampai dia bertobat, menunjuk ke ayat Al-Qur'an:{{Sfn|Watt|1973|p=14}}
{{blockquote|Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. (Al-Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 9)}}
 
Mereka berpendapat bahwa dengan menyetujui arbitrasi, Ali melakukan dosa besar karena menolak hukum Allah dan berusaha untuk menggantikan hukum Allah yang jelas terdapat dalam Al-Qur'an dengan hukum manusia. Motivasi itulah yang mendorong orang-orang Haruriyyah ini mengangkat slogan "hukum hanya milik Allah semata".{{Sfn|Hawting|1978|p=460}} Dari ungkapan mereka itu, orang-orang Haruriyyah dikenal sebagai [[Muhakimmah]].{{Sfn|Djebli|2000|p=107}}
 
Ali mengunjungi perkemahan Harurah dan berusaha untuk membawa kembali orang-orang Haruriyah tersebut ke dalam satuannya. Ali beralasan bahwa merekalah yang memaksanya untuk menerima pengajuan arbitrase meskipun dia keberatan. Mereka mengakui bahwa mereka telah berdosa tetapi bersikeras bahwa mereka bertobat dan meminta Ali untuk melakukan hal yang sama, yang kemudian dilakukan oleh Ali secara umum dan ambigu. Pasukan di Harurah kemudian mengembalikan kesetiaan mereka kepada Ali dan kembali ke Kufah, dengan syarat perang melawan Muawiyah dilanjutkan dalam waktu enam bulan.{{Sfn|Madelung|1997|pp=248–249}}
 
==Catatan==